Cara orang tua menyikapi makanan dan waktu makan secara signifikan memengaruhi hubungan anak-anak mereka dengan makanan. Dari preferensi makanan hingga asosiasi emosional, anak-anak sering kali meniru perilaku dan sikap yang mereka amati di rumah. Penelitian terkini menyoroti hubungan langsung antara praktik makan orang tua dan perkembangan perilaku terkait makanan pada anak-anak, yang menggarisbawahi peran penting orang tua dalam membentuk kebiasaan seumur hidup.
Pengaruh Orang Tua terhadap Praktik Makan
Anak-anak kecil memandang orang tua mereka sebagai panutan utama mereka. Mereka mencari persetujuan orang tua dan secara alami meniru perilaku yang mereka amati, termasuk kebiasaan makan. Peniruan ini melampaui tindakan tingkat permukaan hingga mencakup sikap dan emosi seputar makanan. Anak-anak memperhatikan jauh lebih banyak daripada yang sering diasumsikan orang dewasa, yang menjadikan contoh yang diberikan oleh orang tua sangat penting dalam membentuk hubungan makanan yang sehat.
Selama beberapa dekade penelitian, psikolog dan profesional kesehatan mental telah mengeksplorasi pengaruh mendalam dari kehadiran dan gaya keterikatan orang tua. Buku-buku seperti Hold On To Your Kids: Why Parents Need To Matter More Than Peers karya Dr. Gabor Mat dan Being There: Why Prioritizing Motherhood In The First Three Years Matters karya Erica Komisar, LCSW, menekankan pentingnya kehadiran emosional dan fisik orang tua dalam menumbuhkan keterikatan yang aman dan kesehatan emosional. Prinsip-prinsip ini secara alami meluas ke perilaku kesehatan mendasar, seperti makan, tidur, dan aktivitas fisik.
Kaitan Antara Hubungan Makanan Orang Tua dan Anak
Sebuah studi terbaru di Inggris yang dilakukan oleh ilmuwan perilaku meneliti korelasi langsung antara perilaku makanan orang tua dan pola makan anak-anak mereka. Orang tua dikategorikan ke dalam empat jenis hubungan makanan:
1. Makan Khas: Kebiasaan makan seimbang dan sedang, tanpa perilaku ekstrem (40%).
2. Makan Berlebihan:Â Makan lebih didorong oleh isyarat lingkungan dan emosional daripada rasa lapar, dengan respons rasa kenyang yang rendah dan konsumsi cepat (37%).
3. Makan Emosional: Makan sebagai respons terhadap emosi, yang sering kali menyebabkan makan berlebihan (16%).
4. Makan Menghindar: Kenikmatan makanan terbatas, dengan perilaku makan pilih-pilih atau selektif (6%).