Sebuah studi pada manusia tahun 2022 bahkan mencatat lonjakan aktivitas otak yang sebanding pada pasien setelah jantungnya berhenti, yang menunjukkan bahwa beberapa tingkat pemrosesan saraf dapat berlanjut selama waktu ini.
Studi-studi ini mengusulkan bahwa upaya terakhir otak untuk memproses informasi mungkin berperan dalam membentuk pengalaman yang dilaporkan oleh orang-orang yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian (NDE), yang menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana otak memahami dan memproses informasi selama saat-saat terakhir ini.
"Koktail Kematian": Neurokimia dan Momen-Momen Akhir Kesadaran
Selain aktivitas saraf yang meningkat, neurokimia dan hormon tertentu dilepaskan saat tubuh mendekati kematian, yang kemungkinan berperan dalam membentuk pengalaman sadar terakhir kita. "Koktail kematian" ini dapat menjelaskan sensasi kedamaian, keterpisahan, dan persepsi yang berubah yang umum dilaporkan dalam pengalaman mendekati kematian. Komponen utama koktail ini meliputi:
- Endorfin: Opioid alami ini bekerja untuk mengurangi rasa sakit dan menimbulkan perasaan tenang dan euforia, yang dapat meredakan tekanan fisik dan emosional saat sekarat.
- Serotonin: Dikenal karena perannya dalam pengaturan suasana hati, serotonin diyakini meningkat selama kematian. Kehadiran kadar serotonin yang tinggi dapat menciptakan pengalaman halusinasi dan nyata, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa orang melaporkan melihat cahaya, pemandangan yang damai, atau orang terkasih yang telah meninggal.
- DMT (Dimethyltryptamine):Â Psikedelik alami ini, yang diproduksi dalam jumlah kecil di otak manusia, juga diperkirakan meningkat pada saat-saat menjelang kematian. DMT dikenal dapat menimbulkan pengalaman visual dan emosional yang intens, seperti perasaan transendensi dan pertemuan dengan entitas mistis, yang umum terjadi dalam pengalaman mendekati kematian.
- Adrenalin dan Noradrenalin:Â Selama stres ekstrem akibat kematian, tubuh melepaskan adrenalin dan noradrenalin, yang biasanya merupakan bagian dari respons melawan atau lari. Pelepasan ini dapat menciptakan kesadaran yang lebih tinggi dan pemrosesan informasi yang cepat, yang berpotensi mengarah pada fenomena "tinjauan hidup" di mana individu melaporkan melihat momen-momen dari kehidupan mereka melintas di hadapan mereka.
Proses kimia ini dapat berperan untuk memperlembut transisi menuju kematian, menciptakan rasa damai atau bahkan euforia di saat-saat terakhir seseorang.
Pengalaman Mendekati Kematian dan Misteri Kesadaran
Salah satu aspek paling menarik dari kematian adalah pengalaman mendekati kematian (Near-Death Experiences/NDE), yang dilaporkan oleh individu yang hampir meninggal dan kemudian dihidupkan kembali. Elemen-elemen khas NDE meliputi sensasi damai, pengalaman keluar tubuh, pertemuan dengan cahaya atau orang-orang terkasih, dan tinjauan hidup di mana kenangan diputar ulang secara berurutan dengan cepat.
Studi Dr. Sam Parnia tahun 2014 tentang pasien serangan jantung menemukan bahwa sekitar 40% pasien yang dihidupkan kembali melaporkan adanya kesadaran selama kematian klinis, dengan beberapa bahkan mampu mengingat detail tertentu dari lingkungan mereka. Temuan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kesadaran dan apakah kesadaran dapat bertahan setelah kematian klinis.
Meskipun tidak ada konsensus ilmiah yang menjelaskan NDE secara lengkap, para peneliti mengusulkan bahwa hal itu mungkin berasal dari upaya terakhir otak untuk memproses pengalaman di bawah tekanan ekstrem dan kekurangan oksigen.Â
Dalam kondisi hipoksia (oksigen rendah), misalnya, otak dapat menghasilkan halusinasi atau penglihatan seperti mimpi. Lonjakan neurokimia yang terjadi pada individu yang sekarat, khususnya dengan serotonin dan DMT, dapat lebih jauh berkontribusi pada pengalaman mendalam ini.
Batas Akhir: Pertanyaan yang Belum Terjawab Tentang Kehidupan dan Kematian