Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh bukit hijau, hiduplah seorang gadis kecil bernama Narnia. Ia dikenal oleh semua orang karena rambutnya yang luar biasa indah. Rambut Narnia panjang, lembut, dan berkilau seperti sutra. Warnanya cokelat kemerahan, berkilau seperti matahari terbenam.
Setiap pagi, Narnia dengan penuh cinta menyisir rambutnya, merapikannya dengan pita warna-warni, dan berjalan ke sekolah dengan senyum cerah di wajahnya. Teman-temannya sering memuji rambutnya, bahkan beberapa anak-anak di desa ingin memiliki rambut seperti miliknya.
Namun, ada satu hal yang Narnia selalu simpan dalam hati. Meskipun rambutnya sangat indah, ia kadang merasa lelah merawatnya. Narnia ingin berlari bebas bersama teman-temannya, melompat di sungai, dan memanjat pohon tanpa harus khawatir rambutnya akan kusut atau terkena lumpur.
Suatu hari, ketika bermain di taman desa, Narnia melihat seekor burung kecil yang terperangkap di semak-semak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari mendekati burung itu dan berusaha membebaskannya. Namun, rambutnya yang panjang tersangkut di cabang-cabang semak. Narnia mulai panik, tetapi ia tetap berusaha keras untuk membantu burung itu.
Tiba-tiba, seorang nenek tua yang bijaksana datang menghampiri Narnia. "Mengapa kamu terlihat sedih, Narnia?" tanya nenek itu dengan lembut.
Narnia menjelaskan apa yang terjadi, dan bagaimana ia sering merasa rambutnya menghalangi kegiatannya. Nenek tersenyum dan berkata, "Rambutmu memang indah, sayang. Tapi yang lebih penting adalah hatimu yang baik. Rambutmu tidak boleh menjadi penghalang bagi kebaikan yang ingin kamu lakukan."
Nenek itu kemudian mengeluarkan sebuah gunting kecil dari tasnya. "Kadang-kadang, kita harus melepaskan sesuatu yang indah demi kebaikan yang lebih besar. Apakah kamu siap?"
Narnia terdiam sejenak. Ia menyayangi rambutnya, tetapi ia juga tahu bahwa kebaikan hati lebih penting. Dengan mantap, Narnia mengangguk. Nenek tua itu pun memotong rambut Narnia hingga sebatas bahu.
Setelah rambutnya dipotong, Narnia merasa ringan dan bebas. Ia berterima kasih kepada nenek itu dan menyadari bahwa keindahan sejati bukanlah dari rambutnya, tetapi dari hatinya yang penuh kasih sayang.
Sejak hari itu, Narnia bermain dengan lebih bebas. Rambutnya tetap indah, meskipun lebih pendek, dan ia merasa lebih bahagia karena bisa melakukan hal-hal yang ia sukai tanpa merasa terbebani.
Dan di desa kecil itu, semua orang masih memuji Narnia---bukan hanya karena rambutnya yang indah, tetapi karena hatinya yang luar biasa.
***
Solo, Jumat, 25 Oktober 2024. 10:20 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H