Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ubah Harapan Anda: Mengapa Mengejar Kebahagiaan dalam Hubungan Dapat Menyebabkan Kekecewaan

27 September 2024   11:46 Diperbarui: 27 September 2024   11:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: IDN Times

Kesalahpahaman tentang Kegembiraan yang Konstan

Wawasan Utama

  • Masyarakat mempromosikan kebahagiaan sebagai tujuan utama hubungan, sehingga menciptakan harapan yang tidak realistis.
  • Manusia itu kompleks, memiliki lanskap emosional unik yang tidak selalu selaras.
  • Kepuasan sejati datang dari merangkul kegembiraan dan perjuangan, daripada terus-menerus mencari kebahagiaan.

Di dunia saat ini, banyak orang percaya bahwa jika mereka tidak bahagia dengan pasangan intim mereka, ada sesuatu yang salah secara mendasar. Kepercayaan ini berasal dari narasi masyarakat---film romantis, sorotan media sosial, dan cerita budaya---yang semuanya menunjukkan bahwa kebahagiaan adalah puncak dari hubungan yang sukses. Gambar-gambar ini menggambarkan cinta sebagai keadaan kegembiraan yang tak berujung, sehingga tampak seperti kebahagiaan harus menjadi latar belakang yang konstan dari setiap hubungan. Namun, idealisasi ini lebih banyak menimbulkan kerugian daripada kebaikan, membuat orang kecewa ketika kenyataan tidak sesuai dengan dongeng.

Meskipun kebahagiaan merupakan bagian yang indah dari sebuah hubungan, hal itu seharusnya bukan tujuan utama atau satu-satunya. Hubungan adalah sebuah perjalanan, bukan keadaan bahagia yang terus-menerus. Sebagai makhluk yang rumit secara emosional, kita semua memiliki saat-saat gembira dan saat-saat sulit, dan bagian dari pertumbuhan yang sehat berarti menjalani keduanya bersama-sama. Berikut adalah tiga alasan mengapa mengejar kebahagiaan sendirian dalam hubungan Anda dapat membuat Anda merasa lebih terputus dan frustrasi.

1. Kebahagiaan Itu Cepat Berlalu, Tidak Dijamin

Memasuki hubungan dengan harapan untuk merasa bahagia sepanjang waktu dapat mengaburkan batas antara kepuasan dan kebahagiaan. Mudah untuk membingungkan keduanya, tetapi keduanya berbeda. Kebahagiaan sering kali bersifat reaktif, dipengaruhi oleh peristiwa eksternal seperti kencan yang menyenangkan atau sikap penuh perhatian dari pasangan Anda. Namun, kebahagiaan tidak selalu berkelanjutan---kebahagiaan itu pasang surut seiring pasang surut kehidupan. Hari yang buruk di tempat kerja, tekanan keluarga, atau bahkan tantangan biasa seperti kemacetan dapat memengaruhi suasana hati Anda dan, akibatnya, bagaimana perasaan Anda dalam hubungan Anda.

Kepuasan, di sisi lain, adalah rasa damai yang lebih dalam. Perasaan tenang dan aman dalam hubungan Anda, terlepas dari keadaan eksternal. Ini tidak berarti semuanya sempurna, tetapi Anda merasa tenang karena tahu bahwa bahkan di masa-masa sulit, Anda dan pasangan dapat menghadapi badai bersama. Mengharapkan kebahagiaan yang konstan tidaklah realistis, dan jika tidak terjadi, hal itu dapat menyebabkan perasaan tidak mampu atau dendam.

Daripada berjuang untuk kebahagiaan yang konstan, carilah hubungan yang fondasinya adalah rasa puas dan aman. Terimalah bahwa akan ada suka dan duka, dan bahwa duka bukanlah tanda kegagalan, tetapi peluang untuk berkembang.

2. Emosi Manusia Itu Kompleks

Manusia bukanlah makhluk satu dimensi yang hanya didorong oleh pengejaran kebahagiaan. Kita adalah individu yang kompleks dengan sejarah, harapan, ketakutan, dan kebutuhan emosional yang unik. Terkadang kompleksitas ini berbenturan dengan kompleksitas pasangan kita, yang menyebabkan gesekan atau kesalahpahaman. Jika Anda meyakini bahwa pasangan Anda harus selalu membuat Anda bahagia, Anda memberikan beban yang tidak adil kepada mereka untuk memenuhi semua kebutuhan emosional Anda.

Kenyataannya adalah bahwa setiap orang dalam suatu hubungan memiliki perjalanan emosional mereka sendiri. Terkadang perjalanan ini melibatkan perjuangan pribadi, dan penting untuk diingat bahwa kesulitan pasangan Anda bukanlah cerminan dari hubungan tersebut. Itu hanyalah bagian dari menjadi manusia. Pasangan Anda dapat mendukung Anda, tetapi mereka tidak dapat bertanggung jawab atas kebahagiaan Anda.

Mengenali kompleksitas ini memungkinkan pandangan yang lebih berbelas kasih dan realistis terhadap hubungan. Dengan menerima bahwa Anda berdua akan mengalami hari-hari baik dan hari-hari buruk, Anda menciptakan ruang untuk saling pengertian dan pertumbuhan. Beberapa hari akan dipenuhi dengan kegembiraan, sementara yang lain mungkin ditandai dengan percakapan yang sulit atau jarak emosional. Merangkul momen-momen ini memungkinkan Anda untuk terhubung pada tingkat yang lebih dalam, menghargai kepenuhan kemanusiaan masing-masing.

3. Kebahagiaan Harus Menjadi Hasil Sampingan, Bukan Tujuan

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dikejar; itu adalah hasil sampingan dari hubungan emosional yang lebih dalam, rasa saling menghormati, dan ketahanan dalam hubungan Anda. Ketika Anda fokus membangun kepercayaan, mempraktikkan empati, dan saling mendukung melalui tantangan, kebahagiaan secara alami mengikuti selama momen-momen koneksi.

Ketahanan sangat penting dalam menjaga hubungan yang sehat. Hidup ini penuh dengan pemicu stres---entah itu tekanan finansial, masalah kesehatan, atau tantangan pribadi---yang dapat menguji kekuatan ikatan Anda. Pada saat-saat seperti ini, fokus semata-mata pada pengejaran kebahagiaan bisa terasa mustahil. Namun, jika Anda membangun ketahanan, Anda dan pasangan dapat mengatasi kesulitan ini bersama-sama, dan memperkuat hubungan Anda dalam prosesnya.

Daripada mengejar kebahagiaan sebagai tujuan akhir, berusahalah untuk menumbuhkan ketahanan emosional dan pemahaman yang lebih dalam tentang satu sama lain. Saat Anda mengatasi tantangan hidup, kebahagiaan yang muncul akan terasa lebih asli, diperoleh melalui ketekunan dan dukungan bersama.

Kepuasan: Ukuran Sejati Hubungan yang Sehat

Kepuasan sejati datang dari penerimaan bahwa hidup, dan hubungan, tidak akan selalu bahagia---dan itu tidak masalah. Kepuasan adalah tentang menemukan kedamaian di masa sekarang, mengetahui bahwa bahkan selama masa-masa sulit, Anda dan pasangan berkomitmen untuk pertumbuhan dan kesejahteraan satu sama lain. Ini tentang mengakui bahwa ketidaknyamanan dan tantangan yang Anda hadapi bersama adalah bagian dari proses membangun hubungan yang langgeng.

Media sosial dapat memperburuk masalah dengan menampilkan versi hubungan yang ideal, di mana pasangan selalu tersenyum saat liburan atau menikmati makan malam romantis. Potret-potret yang dikurasi ini menciptakan perbandingan yang tidak realistis, membuat Anda merasa seolah-olah hubungan Anda kurang jika tidak selalu mencerminkan momen-momen kegembiraan tersebut. Namun, di balik setiap foto Instagram, terdapat hubungan nyata dengan serangkaian perjuangan, frustrasi, dan ketidaksempurnaannya sendiri. Belajar menghargai suka duka adalah kunci untuk mencapai kepuasan dan kedalaman emosional dalam hubungan Anda.

Kesimpulan: Mendefinisikan Ulang Kebahagiaan dalam Hubungan

Wajar jika Anda menginginkan kebahagiaan dalam hubungan, tetapi kuncinya adalah mendefinisikan ulang seperti apa kebahagiaan itu. Daripada mengharapkan kegembiraan yang konstan, pahamilah bahwa kebahagiaan sejati berasal dari menghadapi kerumitan hidup bersama. Ini tentang belajar menerima momen baik dan momen menantang, dan dengan melakukannya, menemukan hubungan yang lebih dalam dan lebih langgeng.

Dengan berfokus pada ketahanan, dukungan timbal balik, dan kepuasan, Anda dan pasangan dapat membangun hubungan yang berkembang bukan karena selalu bahagia, tetapi karena hubungan itu nyata, membumi, dan dibangun untuk bertahan dalam apa pun yang terjadi dalam hidup. Kebahagiaan, dalam bentuknya yang paling sejati, tidak datang dari menghindari kesulitan, tetapi dari merangkul perjalanan bersama.

***

Solo, Jumat, 27 September 2024. 11:34 am

Suko Waspodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun