Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Memberdayakan Melalui Kepercayaan: Biaya Tersembunyi dari Pola Asuh yang Terlalu Protektif

15 Agustus 2024   19:20 Diperbarui: 15 Agustus 2024   19:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Gulf News

Bahaya dari Pola Asuh yang Terlalu Protektif

Menjadi orang tua adalah perjalanan yang ditentukan oleh cinta, perhatian, dan keinginan yang tak kenal lelah untuk melindungi anak-anak kita dari bahaya. Kita membayangkan masa depan di mana anak-anak kita tumbuh subur, tak tersentuh oleh bahaya dunia, melangkah ke masa dewasa dengan bekal dan tanpa cedera. Namun, dalam upaya kita yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan rasa aman, terdapat risiko---ketika naluri protektif kita berubah menjadi kendali yang meluas atas lingkungan anak-anak kita, kita mungkin secara tidak sengaja melakukan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan. Di sinilah batas antara perhatian dan kendali menjadi kabur, yang mengarah pada apa yang sering disebut sebagai "pola asuh helikopter", di mana perhatian menjadi melumpuhkan, menghambat pertumbuhan yang ingin kita pupuk.

Dari Perlindungan hingga Kelumpuhan: Bagaimana Perawatan Berubah Menjadi Kendali

Wajar bagi orang tua untuk ingin melindungi anak-anak mereka dari bahaya, entah itu dengan mengoleskan tabir surya di hari yang cerah, memastikan mereka mengenakan helm saat bersepeda, atau mengingatkan mereka untuk mencuci tangan sebelum makan. Tindakan-tindakan ini, jika dilakukan secara seimbang, merupakan bagian dari pengasuhan yang sehat dan bertanggung jawab. Namun, ketika tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara ekstrem, dinamikanya berubah secara dramatis.

Pertimbangkan orang tua yang terus-menerus mengoleskan kembali tabir surya selama tamasya singkat, atau yang memaksa anaknya mengenakan beberapa lapis pakaian di hari yang agak dingin karena takut akan kemungkinan masuk angin. Orang tua lain mungkin melarang anak untuk berpartisipasi dalam olahraga, bukan karena cedera yang sebenarnya, tetapi karena takut akan kemungkinan cedera. Tindakan-tindakan ini, meskipun berakar pada cinta, dapat menciptakan ketidaknyamanan dan pembatasan yang tidak perlu, mengajarkan anak-anak bahwa dunia adalah tempat yang harus ditakuti dan bahwa mereka tidak siap untuk menghadapinya.

Konsekuensi yang Tak Terlihat: Menghambat Kemandirian dan Pertumbuhan

Perlindungan yang berlebihan terhadap anak-anak membawa konsekuensi yang tidak diinginkan yang jauh melampaui momen saat itu juga. Ketika anak-anak berulang kali dilindungi dari tantangan kecil dan risiko sehari-hari, mereka belajar melihat dunia melalui lensa ketakutan. Hakikat kemandirian---kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan, membuat keputusan, dan memecahkan masalah---menjadi terkekang.

Anak-anak yang tumbuh di bawah bayang-bayang kendali orang tua yang berlebihan mungkin akan kesulitan dengan keterampilan hidup dasar saat mereka tumbuh dewasa. Seorang remaja yang tidak pernah diizinkan memasak mungkin akan memasuki masa dewasa tanpa keterampilan memasak dasar. Seorang anak yang pilihannya selalu dibuat untuk mereka mungkin kesulitan dengan ekspresi diri dan pengambilan keputusan. Anak-anak ini berisiko memberontak terhadap batasan yang menyesakkan atau menjadi terlalu bergantung pada orang tua mereka, tidak mampu bertindak tanpa bimbingan.

Implikasi jangka panjangnya signifikan. Ketika anak-anak ini melangkah ke dunia mereka sendiri---entah itu kuliah, memulai pekerjaan, atau sekadar mengelola tugas sehari-hari---mereka mungkin merasa kewalahan oleh situasi yang ingin dihindari oleh orang tua mereka. Tugas-tugas yang seharusnya rutin, seperti membuat keputusan, menjelajahi ruang publik, atau menangani kemunduran kecil, dapat terasa seperti tantangan yang tidak dapat diatasi.

Menyeimbangkan Perawatan dengan Keyakinan: Strategi untuk Membina Kemandirian

Jadi, bagaimana kita, sebagai orang tua, mencapai keseimbangan yang tepat antara perlindungan yang diperlukan dan pembinaan kemandirian? Jawabannya terletak pada pengembangan pendekatan yang berakar pada kepercayaan---kepercayaan pada kemampuan anak-anak kita dan pada ketahanan yang dapat mereka bangun melalui pengalaman.

Berikut adalah beberapa strategi untuk mencapai keseimbangan ini:

1. Menilai Risiko Secara Rasional: Tidak setiap risiko potensial merupakan ancaman yang akan segera terjadi. Sebelum membatasi suatu aktivitas atau memberlakukan aturan, evaluasi apakah kekhawatiran tersebut merupakan kemungkinan yang realistis atau sekadar ketakutan yang jauh. Ini dapat membantu memberi anak Anda kebebasan untuk mengeksplorasi dalam batasan yang aman.

2. Dorong Kemandirian Bertahap: Mulailah dengan membiarkan anak Anda membuat keputusan kecil sendiri, seperti memilih pakaian yang akan dikenakan atau menyiapkan makanan sederhana. Rayakan keberhasilan mereka dan tingkatkan tanggung jawab mereka secara bertahap seiring dengan tumbuhnya rasa percaya diri mereka.

3. Kembangkan Keterampilan Memecahkan Masalah: Daripada memecahkan setiap masalah untuk anak Anda, bimbing mereka melalui proses menemukan solusi. Tanyakan kepada mereka, "Menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Ini mendorong pemikiran kritis dan membangun kapasitas mereka untuk menangani tantangan secara mandiri.

4. Teladankan Perilaku Tenang dan Percaya Diri: Anak-anak sangat tanggap dan sering kali mencerminkan emosi orang tua mereka. Jika Anda menghadapi tantangan dengan ketenangan dan percaya diri, anak Anda cenderung akan mengembangkan pandangan yang sama, sehingga mengurangi kecemasan mereka terhadap dunia di sekitar mereka.

5. Tekankan Upaya daripada Hasil: Tekankan pentingnya upaya dan belajar dari pengalaman, daripada hanya berfokus pada keberhasilan. Ini mengajarkan anak-anak bahwa mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru adalah hal yang berharga, meskipun tidak selalu mengarah pada keberhasilan langsung.

Kesimpulan: Mempercayai Proses Pertumbuhan

Hadiah paling berharga yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita adalah keyakinan akan kemampuan mereka untuk menjalani dunia dengan keberanian dan keyakinan. Hal ini mengharuskan kita melepaskan dorongan untuk mengendalikan setiap aspek kehidupan mereka dan merangkul pemahaman bahwa, melalui pengalaman, mereka akan mengembangkan kekuatan dan kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk berkembang. Dengan melakukan hal itu, kita tidak hanya melindungi mereka; kita memberdayakan mereka untuk menghadapi tantangan hidup dengan ketahanan dan kemandirian.

Meskipun pola asuh helikopter sering kali berakar pada cinta, penting untuk menyadari kapan keinginan kita untuk melindungi mulai menghambat pertumbuhan anak-anak kita. Dengan mencapai keseimbangan antara kepedulian dan otonomi, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang cakap, yang diperlengkapi untuk menangani kompleksitas kehidupan dengan keyakinan dan ketenangan.

***
Solo, Kamis, 15 Agustus 2024. 7:10 pm
Suko Waspodo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun