Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Siklus Keterlibatan: Menumbuhkan Kepercayaan dan Koneksi dalam Hubungan Profesional

29 Juli 2024   19:39 Diperbarui: 29 Juli 2024   19:55 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: HR Exchange Network

Wawasan Utama

  • Keberhasilan karier dan tujuan bisnis bergantung pada hubungan yang kuat dalam tim dan organisasi.
  • Hubungan yang positif memerlukan pengembangan kepercayaan dan memastikan dukungan aktif, bukan sekadar kepatuhan.
  • Rasa ingin tahu mengarah pada mendengarkan secara aktif, menumbuhkan rasa hormat dan pengertian.

Dalam lingkungan profesional yang dinamis saat ini, membina hubungan yang sehat dalam tim, lintas organisasi, dan seterusnya adalah yang terpenting. Keberhasilan karier terjalin erat dengan dukungan dari kolega dan rekan kerja. Orang-orang yang bekerja dengan Anda dapat secara signifikan meningkatkan keberhasilan Anda dengan memberikan ide, wawasan, dukungan, perkenalan, dan advokasi. Sebaliknya, mereka dapat menimbulkan hambatan besar, menantang ide Anda, menghalangi akses ke individu penting, atau menyembunyikan informasi penting.

Membangun hubungan yang positif dan konstruktif adalah kepentingan terbaik semua orang. Mencapai hal ini memerlukan pengembangan kepercayaan dan keterlibatan, memastikan bahwa kolega secara aktif ingin mendukung kita, bukan sekadar mematuhi rencana kita.

Memahami hubungan antara rasa ingin tahu, mendengarkan, keaslian, dan kerentanan adalah kunci untuk mengembangkan keterlibatan ini. Elemen-elemen ini membentuk siklus berkelanjutan yang penting untuk membina hubungan profesional yang kuat. Dengan memahami siklus ini, kita dapat menavigasi dinamika interpersonal dengan lebih baik dan mempromosikan budaya organisasi yang berkembang.

Rasa Ingin Tahu: Katalisator Keterlibatan

Rasa ingin tahu memicu koneksi awal dalam suatu hubungan. Rasa ingin tahu mendorong individu untuk mencari pemahaman di luar pengetahuan yang dangkal. Memasuki percakapan dengan kesimpulan yang terbentuk sebelumnya dapat membatasi potensi interaksi yang bermakna. Di sisi lain, rasa ingin tahu yang tulus mendorong kita untuk mengeksplorasi berbagai perspektif, mengajukan pertanyaan yang menyelidik, dan mengungkap motivasi yang mendasarinya. Keterbukaan ini meletakkan dasar bagi interaksi yang signifikan dan kemungkinan hasil yang lebih berdampak.

Rasa ingin tahu tidak hanya menumbuhkan rasa haus akan pembelajaran yang lebih mendalam tetapi juga memperkuat koneksi. Peserta dalam sebuah studi oleh Todd Kashdan dan John Roberts di Universitas George Mason merasa lebih tertarik dan lebih dekat dengan mitra percakapan yang ingin tahu daripada mereka yang kurang menunjukkan minat. Kashdan mencatat, "Menjadi tertarik lebih penting dalam menumbuhkan hubungan dan mempertahankan hubungan daripada menjadi menarik. Itulah inti rahasia hubungan."

Mendengarkan: Fondasi Pemahaman

Rasa ingin tahu secara alami mengarah pada mendengarkan secara aktif. Mendengarkan yang efektif lebih dari sekadar mendengar kata-kata; hal ini melibatkan pemahaman dan pengakuan penuh atas sudut pandang orang lain. Ketika rekan kerja dan klien merasa didengarkan dengan tulus, hal itu memvalidasi kontribusi mereka dan memperkuat nilai yang mereka bawa.

Dengan menunjukkan bahwa Anda menghargai masukan orang lain, Anda menciptakan lingkungan tempat orang merasa terdorong untuk berbagi pemikiran dan ide mereka. Pertukaran autentik ini memperkuat rasa saling menghormati dan pengertian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun