Kesadaran dan Strategi Kognitif
Kemampuan individu dengan aphantasia untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya terkait dengan imajinasi visual menimbulkan pertanyaan tentang peran kesadaran dalam proses ini. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mungkin tidak diperlukan untuk fungsi kognitif tertentu yang secara tradisional dikaitkan dengannya.
Zombi dan Ilusi Filosofis
Temuan ini menantang gagasan bahwa pertimbangan sadar sangat penting untuk semua tugas kognitif. Hal ini menimbulkan pertanyaan filosofis apakah manusia dapat berfungsi tanpa kesadaran atau kesadaran apa pun, mirip dengan zombie filosofis.
Meskipun aphantasia memunculkan pertanyaan-pertanyaan menarik, bukti-bukti yang ada saat ini tidak mendukung kesimpulan ekstrem tersebut. Penderita aphantasia masih menggunakan strategi, seperti alat bantu visual atau metode pemecahan masalah non-visual, untuk melakukan tugas. Komputer, misalnya, menyelesaikan tugas-tugas tersebut melalui proses matematika abstrak tanpa gambaran visual, menunjukkan bahwa imajinasi visual mungkin tidak sepenting yang diperkirakan sebelumnya.
Implikasinya bagi Kesadaran
Aphantasia menyoroti perbedaan individu yang signifikan dalam proses kognitif dan menantang pemahaman kita tentang kesadaran. Namun, hal ini tidak memerlukan evaluasi ulang yang radikal terhadap teori kesadaran. Fenomena ini menambah kompleksitas pemahaman kita namun tidak sepenuhnya melemahkan teori yang ada.
Jalan ke Depan
Masih banyak yang belum kita pahami tentang aphantasia dan kesadaran. Meskipun aphantasia menimbulkan pertanyaan mendalam, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengungkap kompleksitas ini. Penting untuk mempertimbangkan aphantasia dalam diskusi tentang kesadaran, namun hal ini tidak boleh menutupi aspek penting lainnya dari fenomena misterius ini.
Kemajuan ilmu pengetahuan sering kali terjadi secara bertahap. Mengharapkan teori kesadaran apa pun untuk menjelaskan semua fenomena, termasuk afantasia, sejak awal akan menghambat kemajuan ini. Oleh karena itu, teori tidak boleh diabaikan semata-mata karena teori tersebut (belum) dapat menjelaskan aphantasia.
Kesimpulan