Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menjembatani Kesenjangan: Menavigasi Perbedaan Persepsi Orangtua-Remaja

21 Mei 2024   18:48 Diperbarui: 21 Mei 2024   19:31 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: AdobeStock

Menyelesaikan konflik orang tua-remaja melibatkan penanganan persepsi yang berbeda.

Wawasan Utama

  • Konflik antara orang tua dan remaja seringkali bermula dari perbedaan persepsi terhadap perilaku masing-masing.
  • Orang tua biasanya fokus pada hasil jangka panjang, sedangkan remaja lebih fokus pada pengalaman langsung.
  • Memahami niat (perspektif orang dalam) versus tindakan mengamati (perspektif orang luar) dapat menyoroti kesenjangan persepsi.

Konflik adalah hal yang lumrah terjadi dalam hubungan apa pun, baik itu dengan keluarga, teman, atau kolega. Salah satu sumber frustrasi yang umum adalah perbedaan persepsi masing-masing pihak mengenai apa yang terjadi dan apa yang merupakan perilaku yang pantas. Misalnya, seseorang mungkin meminta perubahan perilaku, dan bahkan jika orang lain berupaya, pemrakarsa mungkin masih menganggapnya tidak memuaskan.

Dalam dinamika orang tua-remaja, konflik seringkali muncul akibat perbedaan persepsi tersebut. Orang tua mungkin meminta anak remajanya untuk berkontribusi lebih banyak dalam pekerjaan rumah tangga, termasuk membersihkan kamar. Ketika remaja berusaha, orang tua mungkin masih menganggapnya kurang, sedangkan remaja merasa usahanya diabaikan. Demikian pula, seorang remaja mungkin meminta komunikasi yang lebih penuh hormat dari orang tuanya, yang kemudian akan memberikan pujian. Namun, remaja tersebut mungkin masih merasa bahwa penguatan positif tersebut tidak cukup atau tidak tulus.

Penelitian menggarisbawahi bahwa perbedaan persepsi antara orang tua dan remaja adalah hal yang umum dan dapat menyusahkan. Studi, seperti yang dilakukan oleh Van Heel dkk. (2019) dan Stattin dkk. (2021), menyoroti bahwa orang tua dan remaja sering kali berada dalam "dunia persepsi yang berbeda".

Faktor yang Berkontribusi pada Perbedaan Persepsi

Beberapa faktor berkontribusi terhadap kesenjangan persepsi ini:

1. Fokus Temporal: Meskipun remaja mampu berempati, mereka biasanya lebih berorientasi pada masa kini dibandingkan dengan orang tua mereka yang fokus pada masa depan. Misalnya, orang tua mungkin menekankan pentingnya pekerjaan rumah untuk kesuksesan di masa depan, sedangkan remaja mungkin memprioritaskan interaksi sosial langsung.

2. Nilai dan Minat Budaya: Remaja mungkin mengembangkan nilai dan minat yang dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya, yang mungkin berbeda dengan kelompok orang tuanya. Perbedaan ini terutama terlihat pada keluarga imigran di mana orang tua dan anak menghadapi perbedaan budaya dan pemicu stres seperti diskriminasi dengan cara yang berbeda.

3. Keterampilan Komunikasi: Keterampilan komunikasi dan resolusi konflik yang terbatas dapat menyebabkan interaksi yang membuat frustrasi. Kedua belah pihak mungkin gagal mendengarkan secara empati, sehingga terjadi pertukaran pendapat yang terpolarisasi dan tidak sopan. Masalah-masalah ini sering kali diatasi dalam terapi keluarga dan program pengasuhan anak.

Mengatasi Perbedaan Persepsi dalam Terapi Keluarga

Terapi keluarga dan program pengasuhan anak bertujuan untuk menjembatani kesenjangan persepsi ini dengan menumbuhkan empati dan meningkatkan komunikasi. Namun, kesuksesan bergantung pada pengakuan perbedaan-perbedaan ini dan membantu anggota keluarga memahami dan menghargai sudut pandang satu sama lain.

Sebuah penelitian baru-baru ini meneliti dampak program Padres Informados Jvenes Preparados (Padres), yang dirancang untuk keluarga imigran Latin. Program ini berfokus pada:

  • Meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perkembangan remaja dan tantangan akulturasi.
  • Meningkatkan empati dan penerimaan orang tua terhadap remajanya.
  • Penguatan metode komunikasi dan kedisiplinan orang tua-remaja.
  • Membantu remaja menghindari perilaku bermasalah.

Kami menilai persepsi orang tua dan remaja terhadap perilaku orang tua sebelum, selama, dan setelah program. Orang tua melaporkan peningkatan dalam penerimaan, disiplin yang konsisten, dan permintaan informasi dari anak-anak mereka, sementara remaja hanya mencatat peningkatan dalam perilaku permintaan orang tua mereka. Kesenjangan ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan kedua perspektif tersebut untuk mengukur efektivitas suatu program.

Peran Perspektif dalam Persepsi

Perspektif "orang dalam" orang tua mungkin membuat mereka lebih sadar akan niat dan upaya mereka, sedangkan perspektif "orang luar" remaja berfokus pada tindakan yang dapat diamati. Hal ini dapat menyebabkan orang tua merasakan perubahan positif yang lebih signifikan dibandingkan anak-anak mereka. Remaja mungkin merasa skeptis terhadap ketulusan orang tua mereka, mempertanyakan apakah perbaikan tersebut bersifat murni atau sekadar performatif.

Membangun kepercayaan dan pola baru dalam interaksi keluarga memerlukan waktu, kesabaran, dan kemauan untuk berempati terhadap pengalaman satu sama lain. Terapis dan pemimpin program memainkan peran penting dalam membimbing keluarga melalui proses ini, membantu mereka mengatasi sikap defensif dan merangkul empati. Mengakui kekecewaan di masa lalu sekaligus mendorong upaya baru dapat membuka jalan bagi hubungan keluarga yang lebih harmonis.

Kesimpulan

Mengatasi perbedaan persepsi antara orang tua dan remaja sangat penting untuk menyelesaikan konflik dan membina dinamika keluarga yang sehat. Dengan memahami faktor-faktor yang mendasarinya dan secara aktif berupaya menjembatani kesenjangan ini, keluarga dapat mengembangkan pola komunikasi yang lebih berempati dan efektif, yang mengarah pada peningkatan hubungan dan pengurangan konflik.

***

Solo, Selasa, 21 Mei 2024. 6:34 pm

Suko Waspodo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun