Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran penting dalam pola asuh orang tua yang memprioritaskan validasi perasaan anak. Meskipun tujuan di balik pendekatan ini adalah untuk menumbuhkan kecerdasan emosional dan membangun hubungan orang tua-anak yang kuat, terdapat kekhawatiran yang berkembang bahwa keterikatan kita pada validasi mungkin secara tidak sengaja menghambat keterampilan pengaturan emosi anak-anak.
Validasi, pada hakikatnya, melibatkan pengakuan dan penerimaan perasaan anak, terlepas dari apakah kita setuju atau tidak. Ini tentang menunjukkan empati dan pengertian, yang tidak diragukan lagi merupakan komponen penting dalam interaksi orang tua-anak yang sehat. Namun, timbul pertanyaan: apakah orang tua harus selalu mengakui perasaan anak-anaknya?
Jawabannya berbeda-beda. Meskipun validasi memainkan peran penting dalam membina kesejahteraan emosional anak, menjaga keseimbangan antara validasi dan mendorong pertumbuhan emosional juga sama pentingnya. Inilah alasannya:
1. Mendorong Ketahanan
Validasi terus-menerus mungkin secara tidak sengaja menyampaikan kepada anak-anak bahwa tidak perlu mengatasi emosi sulit secara mandiri. Meskipun memvalidasi perasaan mereka adalah hal yang penting, memberdayakan anak-anak untuk mengembangkan ketahanan dan mekanisme mengatasi masalah untuk menghadapi sendiri situasi yang menantang adalah hal yang sama pentingnya.
2. Mempromosikan Regulasi Emosional
Penekanan yang berlebihan pada validasi terkadang dapat melemahkan pengembangan keterampilan regulasi emosional. Anak membutuhkan bimbingan dalam memahami dan mengelola emosinya secara efektif. Daripada hanya memvalidasi perasaannya, orang tua juga dapat mengajari anak cara yang sehat untuk mengatasi dan mengekspresikan emosi secara konstruktif.
3. Menumbuhkan Refleksi Diri
Memvalidasi perasaan anak-anak tanpa mendorong refleksi diri dapat menghambat kemampuan mereka untuk memahami penyebab emosi mereka. Dengan melibatkan anak-anak dalam percakapan reflektif, orang tua dapat membantu mereka mendapatkan wawasan tentang mengapa mereka merasakan hal tertentu dan mengeksplorasi perspektif alternatif.
4. Menetapkan Batasan
Validasi tidak boleh disamakan dengan dukungan. Ada kalanya perasaan anak-anak mungkin tidak sejalan dengan perilaku atau nilai-nilai yang pantas. Dalam kasus seperti ini, orang tua dapat memvalidasi emosi sekaligus menetapkan batasan yang jelas dan membimbing anak menuju respons yang lebih konstruktif.
5. Membangun Empati
Meskipun penting bagi orang tua untuk mengakui perasaan anak-anak mereka, penting juga bagi anak-anak untuk belajar empati terhadap orang lain. Orang tua dapat memberikan teladan empati dengan memvalidasi perasaan dan sudut pandang orang lain, sehingga mengajarkan anak pentingnya mempertimbangkan emosi orang lain dalam interaksi mereka.
Kesimpulan
Meskipun validasi tetap menjadi aspek penting dalam mengasuh anak, penting untuk menyadari bahwa validasi hanyalah satu bagian dari teka-teki. Orang tua harus berusaha untuk mencapai keseimbangan antara memvalidasi perasaan anak-anak mereka dan mendorong pertumbuhan dan ketahanan emosional. Dengan memberikan bimbingan, menetapkan batasan, dan mendorong refleksi diri, orang tua dapat memberdayakan anak-anak mereka untuk menavigasi kompleksitas emosi dengan percaya diri dan kedewasaan.
***
Solo, Senin, 13 Mei 2024. 10:08 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H