Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Polarisasi Politik Meningkat, dan Cara Menguranginya

5 Februari 2024   11:39 Diperbarui: 5 Februari 2024   12:04 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Friedrich-Ebert-Stiftung

Intensitas masalahnya lebih bersifat relasional daripada logis atau ideologis.

Polarisasi politik merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, sosial, dan budaya. Meskipun perbedaan logika dan ideologi berperan, intensitas polarisasi sering kali berasal dari aspek relasional dan psikologis. Berikut adalah beberapa faktor psikologis utama yang berkontribusi terhadap tumbuhnya polarisasi politik dan strategi potensial untuk menguranginya:

1. Teori Identitas dan Identitas Sosial:

  • Seringkali individu menyelaraskan diri dengan ideologi politik yang sesuai dengan identitas sosialnya. Identifikasi ini dapat mengarah pada mentalitas "kita versus mereka" yang kuat, sehingga memperkuat batasan kelompok.
  •  Mengurangi polarisasi: Mendorong identitas nasional bersama yang melampaui afiliasi politik dapat membantu mengurangi persepsi perpecahan antar kelompok.

2. Bias Konfirmasi:

  • Orang cenderung mencari informasi yang menegaskan keyakinan mereka sebelumnya dan menghindari informasi yang menantang mereka. Paparan selektif ini memperkuat pandangan yang ada dan berkontribusi terhadap polarisasi.
  • Mengurangi polarisasi: Mendorong literasi media dan keterampilan berpikir kritis dapat membantu individu mengenali dan melawan bias konfirmasi. Paparan sudut pandang yang beragam juga dapat memperluas pemahaman seseorang.

3. Penalaran Termotivasi:

  • Individu sering kali terlibat dalam penalaran yang termotivasi, menafsirkan informasi dengan cara yang mendukung keyakinan mereka yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat menimbulkan polarisasi pendapat.
  • Mengurangi polarisasi: Mendorong keterbukaan pikiran dan kemauan untuk mempertimbangkan kembali keyakinan seseorang ketika dihadapkan pada bukti-bukti baru dapat membantu mengurangi motivasi penalaran.

4. Persepsi Ketakutan dan Ancaman:

  • Ancaman yang dirasakan, baik nyata maupun khayalan, dapat meningkatkan polarisasi. Ketika individu merasa nilai-nilai, identitas, atau kesejahteraannya terancam, mereka mungkin akan semakin mengakar pada posisinya.
  • Mengurangi polarisasi: Menumbuhkan dialog terbuka dan pemahaman antar kelompok dapat membantu mengurangi ancaman yang dirasakan dan membangun jembatan antar komunitas.

5. Media Sosial dan Ruang Gema:

  • Algoritme media sosial sering kali menciptakan ruang gema, tempat individu dihadapkan pada konten yang selaras dengan pandangan mereka saat ini. Hal ini dapat mengarah pada penguatan perspektif yang terpolarisasi.
  • Mengurangi polarisasi: Mendorong interaksi online yang beragam, mendorong pengecekan fakta, dan mengatasi bias algoritmik dapat membantu menghilangkan ruang gema dan memaparkan individu pada perspektif yang lebih luas.

6. Kurangnya Empati:

  • Kurangnya empati terhadap individu yang mempunyai pandangan berbeda dapat menyebabkan polarisasi. Tidak memanusiakan atau menjelek-jelekkan "pihak lain" membuat sulit untuk menemukan titik temu.
  • Mengurangi polarisasi: Mendorong empati melalui dialog dan meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai mendasar dan keprihatinan berbagai kelompok dapat menumbuhkan wacana politik yang lebih berbelas kasih.

Singkatnya, mengatasi polarisasi politik memerlukan pendekatan multifaset yang mempertimbangkan landasan psikologis dari permasalahan tersebut. Strategi yang bertujuan untuk meningkatkan empati, pemikiran kritis, dan dialog terbuka dapat berkontribusi dalam mengurangi intensitas polarisasi dan menciptakan lingkungan politik yang lebih konstruktif.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun