Di kapel yang tenang dimana sinar matahari mengalir dengan lembut, dia berdiri, dihiasi mimpi dan sinar bulan. Hatinya, sebuah kanvas, dilukis dengan keanggunan murni, saat dia mengucapkan sumpah, senyum di wajahnya.
"Aku berjanji," katanya, dengan suara yang begitu jelas, untuk menjadi pelipur laramu, tawamu dekat. Di setiap matahari terbit dan setiap senja bersinar, melewati sungai kehidupan yang tenang dan alirannya yang menggelora.
Dengan bisikan lembut, dia mengikrarkan kepeduliannya, melodi cinta, sumpah yang harus ditanggung. Melewati pergantian musim, dalam suka dan duka, dia bersumpah untuk menghargai, untuk merangkul kehidupan ini.
Sumpahnya yang sederhana, bagaikan kelopak bunga yang berguguran dengan lembut, sebuah simfoni komitmen, selamanya memikat. Dalam tarian waktu, bergandengan tangan mereka akan bergoyang, terikat oleh janji yang dibuat pada hari suci ini.
Melewati padang rumput suka dan duka, dia bersumpah cinta yang akan mencerahkan hari esok. Melalui permadani momen, yang dijalin dalam keanggunan, dia mengikrarkan hatinya, di ruang suci ini.
Dalam keheningan kapel, tempat cinta terbang, sumpah sederhananya bergema, sebuah mercusuar cahaya. Karena dalam kata-kata itu, sebuah janji yang begitu mendalam, dua jiwa terjalin, selamanya terpesona.
***
Solo, Sabtu, 16 Desember 2023. 10:06 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H