Di berbagai bidang, istilah "pengalaman" dan "keahlian" sering digunakan secara bergantian, sehingga menimbulkan kesalahpahaman umum bahwa akumulasi latihan bertahun-tahun pasti akan menghasilkan penguasaan.Â
Namun, penelitian terbaru di bidang psikologi menantang asumsi ini, dengan menyatakan bahwa keahlian, yang ditandai dengan praktik yang disengaja dan pembelajaran yang berkelanjutan, memiliki nilai yang lebih besar daripada akumulasi pengalaman belaka.Â
Artikel ini menggali nuansa psikologis yang membedakan keahlian dari sekadar pengalaman dan mengeksplorasi mengapa keahlian lebih ampuh dalam mendorong pengembangan keterampilan dan kesuksesan.
Mendefinisikan Pengalaman dan Keahlian
Pengalaman umumnya mengacu pada berlalunya waktu yang dihabiskan dalam aktivitas atau profesi tertentu. Di sisi lain, keahlian adalah bentuk pengalaman yang lebih halus dan disengaja. Ini melibatkan keterlibatan yang terfokus dan terarah dengan bidangnya, yang mencakup praktik yang disengaja, pembelajaran berkelanjutan, dan komitmen terhadap perbaikan.
Peran Latihan yang Disengaja
Penelitian inovatif Anders Ericsson tentang praktik yang disengaja menggarisbawahi pentingnya pelatihan yang bertujuan dan sistematis dalam mengembangkan keahlian. Tidak seperti pengalaman rutin, praktik yang disengaja melibatkan upaya yang ditargetkan untuk meningkatkan aspek kinerja tertentu, mendorong individu keluar dari zona nyamannya dan mengarah pada penyempurnaan keterampilan secara berkelanjutan.
Jebakan Pengalaman Pasif
Hanya mengumpulkan pengalaman bertahun-tahun tanpa penekanan pada praktik yang disengaja dapat menyebabkan stagnasi. Individu mungkin terjebak dalam pola kebiasaan, menolak perubahan dan gagal beradaptasi terhadap tantangan yang berkembang. Sebaliknya, para ahli secara aktif mencari peluang untuk berkembang, terus menyempurnakan teknik mereka dan memperluas basis pengetahuan mereka.
Pembelajaran Berkelanjutan dan Kemampuan Beradaptasi
Para ahli menunjukkan pendekatan belajar yang proaktif, selalu mengikuti perkembangan di bidangnya dan beradaptasi dengan informasi baru. Kapasitas adaptif ini merupakan ciri khas dari keahlian, yang membedakannya dari pengalaman pasif yang belum tentu berkontribusi pada kemampuan individu untuk menavigasi perubahan lanskap.
Pemecahan Masalah dan Kreativitas
Penelitian menunjukkan bahwa keahlian meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas. Para ahli memanfaatkan kekayaan akumulasi pengetahuan, memungkinkan mereka menghadapi tantangan dengan pemahaman yang lebih dalam dan pola pikir yang lebih inovatif. Sebaliknya, mereka yang memiliki banyak pengalaman mungkin kurang memiliki pengetahuan mendalam dan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan kompleks secara efektif.
Kesimpulan
Meskipun pengalaman tidak dapat disangkal berperan dalam pengembangan keterampilan, katalis sebenarnya untuk penguasaan terletak pada keahlian -- sebuah produk dari praktik yang disengaja, pembelajaran berkelanjutan, dan kemampuan beradaptasi. Mengenali perbedaan antara kedua konsep ini sangat penting bagi individu dan organisasi yang ingin memupuk keunggulan.Â
Dengan memprioritaskan keahlian dibandingkan pengalaman belaka, individu dapat mengeluarkan potensi penuh mereka dan memberikan kontribusi yang berarti pada bidangnya masing-masing.
***
Solo, Jumat, 10 November 2023. 2:16 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H