Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cermin | Kenangan Jumpa di Kota Tua

19 September 2023   06:49 Diperbarui: 19 September 2023   06:55 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: SINDOnews

Suasana senja yang sejuk menggantung di atas Kota Tua, menciptakan sebuah panggung romantis yang sempurna bagi kisah cinta kami. Aku dan Sarah, kami berdua adalah teman sekolah lama yang tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun. Namun, takdir membawaku kembali ke kota ini untuk kunjungan singkat, dan kebetulan membawanya ke sini juga.

Kami bertemu di depan bangunan bersejarah yang telah melihat berbagai peristiwa selama berabad-abad. Terdapat nuansa mistis di sekitar tempat ini, dengan lampu-lampu jalan yang menyala redup, menciptakan bayangan yang indah di sepanjang jalan berbatu.

"Sarah?" tanyaku, wajahku berseri-seri ketika aku melihatnya. Dia juga tersenyum lebar.

"Ben! Aku tidak bisa percaya kita bertemu lagi di tempat seperti ini," katanya, suaranya bergetar dengan kegembiraan.

Kami berjalan-jalan di sepanjang jalan-jalan yang berliku, berbicara tentang masa lalu dan masa depan. Kami berbagi kenangan-kenangan dari masa sekolah, tertawa atas kebodohan-kebodohan yang kami lakukan, dan membicarakan impian dan tujuan kami yang telah berubah sejak kami terakhir bertemu.

Saat kami mendekati taman kecil di tengah Kota Tua, kami duduk di bangku kayu yang rapuh. Bulan muncul di langit, menambahkan pesona pada malam yang sudah indah ini. Kami berbicara tentang masing-masing pengalaman hidup kami, tentang cinta, kehilangan, dan pertumbuhan.

Waktu berlalu dengan cepat, dan sebelum kami menyadari, langit telah berubah menjadi cerah. Kami merasa seperti kami telah menghabiskan waktu selamanya berbicara satu sama lain. Namun, kenyataannya, kami hanya memiliki beberapa jam sebelum aku harus pergi.

Kami berdiri dari bangku kayu dan berpelukan erat. Aku merasa bahwa ada hubungan yang telah terbentuk kembali antara kami, lebih kuat dari sebelumnya. Kami tahu bahwa kita mungkin tidak akan bertemu lagi dalam waktu yang lama, tetapi kenangan indah ini akan selalu bersinar di hati kami.

"Selamat tinggal, Sarah," kataku dengan berat hati.

"Selamat tinggal, Ben. Jangan lupakan Kota Tua dan kenangan kita di sini," balasnya sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun