Mohon tunggu...
Sukmawaty Zulkifli
Sukmawaty Zulkifli Mohon Tunggu... Guru - Guru

I am a teacher with student spirit, always excited learning every single step in my life.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

9 September 2022   22:09 Diperbarui: 9 September 2022   22:12 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia, beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau merupakan putra raja Kesultanan Yogyakarta. Sebagai keluarga ningrat, beliau mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan bersama dengan anak-anak keturunan Eropa. 

Ki Hajar Dewantara adalah seorang bangsawan yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap bangsanya. Beliau berani mengungkapkan pemikirannya mengenai kesetaraan untuk mendapatkan pendidikan pada kolonial Belanda. Keberanian beliau dalam berpendapat menyebabkan beliau ditangkap  dan diasingkan ke berbagai daerah di Indonesia dan ke negeri Belanda. 

Selama pengasingan di negeri Belanda, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar tentang Pendidikan. Beliau berkenalan dengan pemikiran Montessori yang mementingkan pembelajaran dengan panca indra dan Frobel mementingkan pembelajaran dengan permainan. Usai pengasingan di Negeri Belanda, Ki Hajar Dewantara melanjutkan perjuangannya dengan mendirikan Taman Siswa. 

Pendidikan pada Taman Siswa merupakan penggabungan metode Montessori dan Frobel. Metode pembelajaran panca indra dan permainan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (1928) "dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak." 

Pengajaran menurut Ki Hajar Dewantara merupakan bagian dari Pendidikan. Pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak baik lahir maupun batin. 

Kegiatan transfer ilmu adalah merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinggi baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah kegiatan menuntun, membimbing, membina dan mengarahkan anak sesuai kekuatan kodrat yang dimilikinya dengan membekali ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidik bagaikan seorang petani, yang menyemai benih lalu merawatnya dengan menggemburkan tanah, menjaganya dari gulma dan hama serta memberinya pupuk, air dan cukup sinar matahari agar benih dapat berkembang dan tumbuh. 

Metode dan cara merawat yang tepat tentunya akan menghasilkan tanaman yang tumbuh subur. Setiap tanaman tentunya memiliki kebutuhan dan cara perawatan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, kita harus kenali karakteristik tanaman lalu merawat sesuai dengan kebutuhannya.

Sebagai seorang guru, saya percaya bahwa setiap murid adalah permata. Bentuk tiap batu permata yang unik akan berkilau memantulkan cahaya  dengan indah. Murid memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda-beda yang akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila guru memberikan perlakuan yang tepat. 

Oleh sebab itu, sebagai guru saya percaya bahwa setiap murid memiliki potensi yang sama untuk mencapai kesuksesan. Tugas guru adalah membimbing dan menuntunnya agar ia tidak kehilangan arah dalam menggapai kebahagiaan.

Sebelum saya mempelajari filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, saya lebih terfokus pada pengajaran. Saya melakukan transfer ilmu dan mengisi mereka dengan pengetahuan tanpa melihat kondisi dan kapasitasnya. Ibarat menuangkan air ke dalam gelas. Air yang saya tuangkan secara terus menerus tanpa henti hingga air luber dan tumpah. Ilmu yang saya berikan pada siswa, belum tentu dapat dipahami oleh mereka karena volumenya yang terlampau banyak. 

Setelah mempelajari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara saya memahami bahwa pendidikan adalah sebuah tuntunan. Anak bukanlah sebuah kertas kosong (tabula rasa) yang harus diisi hingga penuh sesuai dengan keinginan orang dewasa. Anak memiliki kekuatan kodrat yaitu cipta, rasa, karsa dan tenaga. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar, tugas seorang guru adalah menuntun anak untuk menebalkan garis samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. 

Seorang guru bagaikan petani yang menjaga, menuntun dan membimbing anak agar tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Agar dapat menuntun dan membimbing dengan baik, guru harus mengenali karakteristik murid.  Sebagai individu unik ciptaan Tuhan YME, setiap anak memiliki bakat, minat dan gaya belajar yang berbeda. Langkah awal yang saya lakukan adalah melaksanakan  asesmen diagnostik. Hasil asesmen diagnostik digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rencana pembelajaran.

Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam mendidik, guru bebas dari segala ikatan dan suci hati mendekati anak, bukan meminta suatu hak, tapi menghamba pada anak. Menghamba pada murid yaitu dengan merancang dan melaksanakan yang sesuai dengan karakteristik murid, murid bukanlah miniatur orang dewasa yang dapat diperlakukan seperti orang dewasa. Pendekatan dan metode yang digunakan guru hendaknya sesuai dengan usia perkembangannya.  

Guru adalah fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam belajar, dengan menggunakan strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan murid. Guru merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. 

Pembelajaran dilaksanakan berpusat pada murid, aktif, kreatif, kontekstual sesuai dengan sosio-kultural daerahnya dan menyenangkan. Guru sebagai fasilitator dan murid sebagai subjek pembelajaran berkolaborasi dalam mengembangkan potensi dan mengakomodasi semua karakteristik murid agar terwujud student wellbeing.

Daftar Pustaka

Dewantara, K.H. (2009). Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika

Dewantara, K.H. (1936). Dasar-dasar Pendidikan. Keluarga

Dewantara, K.H. (1928). Metode Montessori, Froebel dan Taman Anak. Wasita, Jilid No.1 Oktober 1928

Kemdikbudristek (2022). Modul Pelatihan Guru Penggerak. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun