Mohon tunggu...
Sukma Wati
Sukma Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ummat

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akibat anak diabaikan

27 Desember 2022   10:19 Diperbarui: 27 Desember 2022   11:33 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Libur akhir tahun pun telah tiba aku. Untuk liburan akhir tahun kali ini aku pulang ke kampung halamanku. Aku pun berangkat dari mataram ke flores setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang aku pun tiba di rumah ku dari halaman aku melihat kearah rumah sudah ada Mama dan bapak serta saudara saudari yang menyambutku dengan senyuman. Aku senang sekali bisa bertemu dengan mereka apalagi bisa bermain sama keponakan ku yang masi duduk di bangku Sekolah dasar. Karena kelelahan aku dan keponakan ku tidur sekamar 

Keesokan paginya ponakan ku sudah bersiap-siap ke sekolah sebut saja namanya Lia. Setelah bersiap-siap aku mengantarnya menggunakan sepeda motor. Aku mengantar Lia sampai di depan kelas. Kebetulan aku berpapasan dengan guru wali kelasnya dan aku bertanya-tanya mengenai perkembangan belajar Lia di kelas. 

Guru wali kelasnya berkata Lia anaknya introvert tidak percaya diri, selalu duduk sendiri, dan tidak mau berteman dengan teman di kelasnya. Lia belum bisa menulis, membaca, dan berhitung. Itu yang menyebabkan Lia kesulitan dalam proses belajarnya. Guru wali kelasnya sudah melakukan berbagai upaya agar Lia bisa bekerja sama dalam tugas kelompok dan mengajarnya untuk membaca, menulis, dan berhitung. Tapi tetap Lia belum bisa. Bisa-bisa Lia tidak dinaikkan ke kelas 2. 

Guru wali kelasnya sudah melakukan pengamatan langsung dan mendiskusikannya dengan orang tua di rumah Lia. Ternyata orang tuanya sibuk mencari uang dan tidak ada waktu untuk mendidik anaknnya. Sehingga Lia merasa dirinya kurang kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Di kelas Lia selalu menggambar keluarga yang berkumpul dengan harmonis duduk di pantai atau Lia sering Menggambar pemandangan. Gurunya merasa prihatin dengan kondisi Lia. Gurunya Lia sudah memberi nasihat kepada orang tuanya agar mendidik anaknya di rumah karna waktu di sekolah hanyalah sebentar, waktu di rumah lebih banyak bersama orang tua terutama ibunya. Seperti yang kita ketahui ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak nya. 

Selain itu orang tua Lia sering membandingkan anaknya dengan anak tetangga yang pintar. Padahal anak tetangganya pintar karena orang tuanya yang mendidik dengan baik. 

Setelah berbincang dengan wali kelasnya Lia aku pamit untuk pulang. Lalu setibanya di rumah aku berbicara dengan orang tuanya untuk memperhatikan Lia. Karena aku lama tidak tinggal di Rumah jadi aku tidak tau bagaimana kondisi orang-orang yang ada di dalam Rumah. 

Pukul 10:00 waktunya Anak SD untuk pulang aku pun bergegas mengambil sepeda motor langsung menuju sekolah Lia. Ternyata Lia sudah lama menunggu dan duduk sendiri di depan gerbang tidak ada satu teman pun yang perduli dengannya. 

Aku memanggilnya lalu Lia menuju kearahku. Aku mengajak Lia bermain di taman bermain. Disana banyak sekali anak seusia nya bermain aku menyuruhnya untuk bermain dengan mereka. Pertama-tama Lia menolak setelah aku memberikan motivasi agar Lia tidak takut untuk bersosialisasi dengan teman seusianya akhirnya diapun mau. 

Satu jam kemudian aku melihat Lia bermain bersama mereka aku melihat raut wajah bahagia aku pu  ikut senang Lia bisa bermain bersama teman-teman seusianya. Karena kelelahan Lia pun beristirahat dan duduk bersamaku Lia mengatakan dia sangat senang karena aku mengajak nya ke taman bermain. Aku dan Lia pun Pulang karena hari sudah mulai sore

Setibanya di Rumah aku menyuruhnya untuk memberikan salam sebelum masuk ataupun keluar rumah dan menyalimi tangan orang yang ada di dalam Rumah. Lia pun mengikuti apa yang aku ucapkan Sontak orang tuanya kaget melihat perubahan anaknya. Lalu aku mengajak Lia bergegas istirahat agar malam nanti bisa belajar dengan aku. 

Karena Aku berkuliah di jurusan PGSD lumayan lah ilmu yang aku dapat meskipun masih sedikit akan aku terapkan kepada ponakan ku ini yang kesulitan mengenal huruf. Pertama-tama aku menyuruhnya untuk melafalkan huruf abjad dari A-Z Lia menurutinya dan dia lancar menyebut huruf nya dengan tepat. Setelah itu aku memberikan poster abjad dan aku menunjuk huruf abjad secara acak meskipun Lia masi ragu-ragu tapi ucapan nya sudah benar hanya saja dia bingung di huruf B, P, dan D. Aku telah menjelaskan nya berulang kali tetap Lia belum paham. Karena Lia sudah mulai bosan dia ingin istirahat aku pun mengizinkannya.

Malam berikutnya aku berpikir materi yang termuat dalam matakuliah Psikologi belajar ada tiga yaitu teori kognitif, Humanistik, dan Behavoristik. Sepertinya ketiga materi tersebut cocok untuk Lia. Akhirnya aku mengubah cara mengajar agar Lia tidak bosan di sela-sela waktu belajar aku menyisipkan permainan yang sesuai dengan abjad yang akan aku berikan. Aku menyuruhnya untuk menebak-nebak huruf apa yang aku tulis dan dalam bentuk kata-kata. Akhirnya Lia pun bisa berpikir dengan cepat dan hasil tebakannya benar semua

Alhamdulillah akhirnya Lia bisa membaca dan menulis karena Lia sudah bisa Lia tidak lagi merasa dirinya diasingkan dalm kelas dan sekarang Lia bisa percaya diri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun