Mohon tunggu...
Sukmawati Gultom
Sukmawati Gultom Mohon Tunggu... Penulis - Mintalah maka kamu akan diberi, carilah maka kamu akan mendapat dan ketoklah maka pintu akan dibukakan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

God is Love

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kerasnya Kehidupan Jakarta, Namun Tetap di Hati

6 Juli 2019   13:04 Diperbarui: 6 Juli 2019   13:29 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon Jakarta kejam, sumpek, panas, macet... Terlepas dari semua nya itu, namun buat saya Jakarta tetap di hati.

Jakarta memang kota dengan sejuta harapan. Sekeras apapun kehidupan di Jakarta, namun tak membuat orang orang pupus datang ke Jakarta untuk mengadu nasib atau memperbaiki taraf hidup, bisa juga karena sesuatu hal, termasuk saya. Apa???

Jakarta yang merupakan ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentu saja menjadi salah satu daya tarik jutaan orang, juga menjadi pusat keramaian, banyaknya lapangan pekerjaan yang menjanjikan seperti kantor dan perusahaan perusahaan sebagian besar berpusat di Jakarta, maka di Jakarta apapun bisa jadi uang, jika pernah mendengar dikatakan bahwa profesi di Jakarta itu banyak termasuk profesi dadakan, ternyata benar.

Meskipun tak bisa dipungkiri, tidak semua orang yang datang ke Jakarta beruntung karena memang rejeki sudah ada yang atur.

Sebagai pendatang, saya pun merasakan bagaimana kerasnya kehidupan di Jakarta, namun Jakarta tetap di hati, pastinya setiap orang punya alasan masing masing.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Maka ketika Jakarta merayakan hari jadinya ke-492 tanggal 22 Juni lalu, saya pun ingin merasakan evoria nya Jakarta.

Sebagai warga pendatang, wajar jika ingin mengetahui lebih banyak  tentang kota yang di kunjunginya, juga ingin merasakan kegembiraan hari jadinya Jakarta.

Tak berbeda jauh dengan saya, saya pun ingin merasakan itu, sebab selama tinggal di Jakarta, saya belum punya kesempatan untuk itu.

Dan alasan lainnya sedikit berkesan buat saya, kebetulan saya pun lahir di bulan Juni tanggal 8 (oups....! Tak bermaksud mempromosikan iya...tapi jika ada yang mau kasi kado iya mau gimana lagi konon rejeki gak baik ditolak).

Jadi ikut senang aja serasa ulang tahun saya pun dirayain, hahaha....ngarep.

Maklum seingat saya di sepanjang hidup saya, saya belum pernah merayakan ulang tahun saya. kasihan...

Eh...tiba tiba teringat kak Muthiah yang senang traveling, saya WhatsApp dia: "ke ulang tahun Jakarta yuk sekarang.....". Responnya cepat nih... "Jangan sekarang, besok iya..... Tikumnya di Stasiun Kota pukul 11.00wib", balasnya. Rupanya memang sudah ada schedulenya untuk clickers nya.

Hah! Besok? Jujur hati saya sedikit rada gimana gitu....  Soalnya Minggu itu jadwal saya ibadah. Begini begini saya mah anak Tuhan. Asek....

Cuzzz.....pagi pagi saya berangkat dari rumah hendak naik KRL dengan tujuan Stasiun Kota agar tak terlambat. Hmmm... Gak jadi ke Gereja, ampuni saya Tuhan ucap saya dalam hati.

Sampai di KRL, Oh My God... padatnya  penumpang luar biasa. Sebenarnya bukan soal padat dan berdesakan, itu sudah seperti makanan sehari hari buat saya, cuma ini kok anak anak balita banyak, tangisan pun bersahut sahutan baik dari ujung sana juga ujung sini, kasihan melihatnya, anak masih kecil seperti itu sudah lebih sehat tinggal di rumah. 

Saya yang tadinya dapat tempat duduk yah....kudu mengalah...padahal rencana pengen bobo manjah sebentar saja karena kurang tidur, tapi  mau diapain lagi, saya pun berdiri dari awal hingga akhir tujuan. Mantap pegalnya !

Pukul 10.30 wib saya tiba di Stasiun Kota, tau dong stasiun akhir tujuan yang merupakan bangunan sisa peninggalan Belanda.

Hmmmm.... Yang clickers lainnya belum pada datang, emang sih saya lebih cepat 30 menit. Saya menunggu deh...lagi lagi ber-selpih ria, mumpung bedaknya belum luntur. Hikhik....

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Tak lama kak Muthiah muncul dengan Mas Topik, dan ternyata masih ada yang ditunggu Mba Tamita.

Kok lama iya... Kalau tau begini harusnya saya ibadah dulu tadi, pikir saya.

Dan begitu Mba Tamita datang, perjalanan di mulai, sebelumnya merapat ke penjual pecal yang sepertinya perut memang sudah minta diisi. kata saya itu pecal harganya terlalu mahal untuk ukuran pinggir jalan, tapi namanya penjual kesempatan di hari libur, begitu deh jadi dimaklumi.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Usai menyantap pecal tapi jika boleh kasi nilai pecal buatan saya lebih enak. 

Kami naik busway dengan tujuan pertama Museum Bahari yang terletak di Sunda Kelapa Jakarta Utara, oups kami melewati Alexis, tau kan? itu loh yang sempat perbincangan hangat, saya melongok kanan kiri hanya sekedar ingin tau seperti apa lingkungannya, maklum pertama kali buat saya lewat area itu. Sebenarnya ada keinginan kami untuk mampir ke Alexis, eits.....jangan negative thinking ya... tapi mungkin lain waktu Soale Alexis nya tutup hihihi...

Sempat berganti busway dan akhirnya sampai ke tempat yang dituju.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Begitu turun dari busway, wih.... aromanya pun sangat khas dan badan saya terasa lengket. Kata saya itulah kesan pertama memasuki area Sunda Kelapa Museum Bahari yang konon bangunannya dulu gudang penyimpanan rempah rempah dari Kongsi Dagang Hindia Timur.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Begitu saya masuk ke dalam Museum Bahari tersebut, jujur saya terkesima melihat di dalam ruangan tersebut ada banyak koleksi perahu layar dari berbagai daerah Indonesia, ukurannya pun beragam dari yang kecil kuhingga besar pastinya, saya berpikir bagaimana caranya membawa perahu ini dari segala penjuru di Indonesia.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Tak sampai disitu, juga ada koleksi  meriam, lonceng kapal, lampu navigasi (untuk memberi petunjuk arah bagi kapal yang berada di sekitar Phinisi Nusantara).

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Ada juga radio pantai (salah satu alat komunikasi Phinisi Nusantara dipakai dengan menggunakan sandi Morse).

Radio komunikasi VHF (alat komunikasi kapal dipakai untuk verbal baik untuk komunikasi antar kapal atau petugas pelabuhan pada saat kapal masuk atau keluar pelabuhan.

Jika pernah mendengar ungkapan yang mengatakan nenek moyang kita pelaut, ternyata itu benar.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Untuk mempersingkat waktu, habis melihat lihat dari lantai dasar, saya naik ke lantai atas, entah mengapa saya agak merinding, terlebih disitu saya melihat banyak patung patung para pelaut maupun tokoh tokoh yang memang legend.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Di salah satu ruangan ukuran tidak terlalu besar terdapat bermacam rempah rempah, aroma-nya masih terasa, ini luar biasa kata saya. 

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Namaun tak seluruhnya saya perhatikan karena rasa takut saya yang muncul, saya merasa seperti ada yang memperhatikan saya.hiiii.....takut. Atau mungkin juga halusinasi saya melihat patung2 tersebut, entahlah... namun terlepas dari semua itu...tetap seru dan menambah banyak pengetahuan saya tentang dunia kelautan.

Saya buru buru turun ke lantai bawah, ada Mas Topik, sekilas saya curhat dengan rasa takut saya, sementara Mba Tamita entah dimana juga Kak Muthiah. Rupanya saat saya dirundung ketakutan, kak Muthiah sedang asyik asyik berfoto cantik ibarat model ganti ganti gaya, hmmm saya sedikit iri fotonya bagus2, saya tidak diajak.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Tak lama selamat tinggal Museum Bahari, konon masih mau melanjutkan ke Rumah si Pitung tokoh terkenal dari Betawi. 

Kami menunggu busway...agak lama tak muncul muncul, sepertinya ada yang mulai uring uringan...siapa  hayo....  wajar  sih melihat waktu yang terus berjalan, masih sempatkah?

Saya sih seperti biasa menyibukkan diri, asyik sendiri, dari pada bete nunggu busway lama, mending foto2.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Hmmm....benar saja waktu kami tak lagi cukup, putuskan pulang naik KRL dari Stasiun Tanjung Priuk, sebelumnya...kita sempatkan isi perut, karena ini juga penting.

Foto arsip pribadi
Foto arsip pribadi
Walau rencana tak semulus yang direncanakan, karena katerbatasan waktu, namun keceriaan kami tak lekang hingga akhir perjalanan. Terimakasih para clickers.... Terimakasih Jakarta yang selalu dihati.

Btw....Mas Topik, menang banyak.

Sampai berjumpa lagi.

#clickkompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun