Mohon tunggu...
Sukmasih
Sukmasih Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Menulis berbagai hal dari sudut pandang kajian ilmu komunikasi. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Dilema Komunikasi Modern: Bagaimana AI Mengubah Cara Kita Menulis dan Berkomunikasi?

3 Juni 2024   07:31 Diperbarui: 3 Juni 2024   07:59 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI dan manusia (cottonbro studio /pexel)

Di era digital saat ini, penggunaan tulisan AI telah menjadi hal yang umum. Namun, apakah kita benar-benar menyadari keterbatasan tulisan AI dalam komunikasi? 

Mari kita bahas bersama dampaknya dan bagaimana kita bisa mengatasinya. 

Komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi AI, terdapat tantangan dalam menggabungkan komunikasi manusia dengan AI. Salah satu tantangan tersebut adalah perbedaan dalam pengertian dan pemahaman antara manusia dan AI. 

Manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, sementara AI hanya dapat menghasilkan tulisan berdasarkan data yang telah dimasukkan sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam interpretasi dan pemahaman pesan yang disampaikan.

Selain itu, keberadaan AI juga dapat mengurangi aspek manusiawi dalam komunikasi. Kemampuan AI dalam memahami emosi dan perasaan manusia masih terbatas. Ekspresi emosi yang dapat ditunjukkan manusia melalui bahasa tubuh, intonasi suara, atau penggunaan emotikon tidak dapat dipahami dengan baik oleh AI. Hal ini dapat membuat tulisan AI terasa kurang hidup dan tidak memiliki nuansa emosi seperti yang dapat dirasakan dalam komunikasi manusia.

Tantangan dalam Komunikasi Manusia dan AI

Frasa, kata, dan struktur tertentu sering muncul dalam tulisan yang dihasilkan oleh AI, membuatnya terasa seperti bahasa robot bagi siapa saja yang pernah menggunakan ChatGPT, Gemini, atau generator teks AI lainnya.

Manusia sebagai komunikator adalah produsen data. Kita menghasilkan kata-kata, yang merupakan data pemrosesan bahasa alami. Kita harus mulai memikirkan apa yang kita hasilkan sebagai data, dan memikirkan cara mengkategorikannya, menyimpannya, dan menamakannya.

Setiap posting blog, buletin, posting LinkedIn, keterangan YouTube, pidato, siaran pers, atau posting Threads yang diolah oleh generator teks AI menjadi bagian data yang dianalisis untuk pola format, struktur, dan frasa, kemudian dihasilkan kembali dengan penyesuaian sesuai masukan yang kita berikan.

Tapi apa yang terjadi jika kita memasukkan data alami yang kita miliki ke dalam program AI?

Maka akan terjadi keanehan linguistik yang muncul dalam hasil AI, tidak peduli apa yang kita minta untuk dihasilkan.

Keterbatasan Ekspresi Emosi dalam Tulisan AI

Coba ingat apakah kita pernah menemukan posting LinkedIn yang paling membosankan atau pernyataan perusahaan yang paling tidak bernyawa yang pernah kita baca, dan betapa banyaknya yang mirip seperti itu. Sangat jarang menemukan satu yang benar-benar menonjol.

Generator teks AI menyerap semuanya sebagai data, dan mayoritas data tersebut berkisar dari biasa-biasa saja hingga sangat buruk. Akibatnya, teks yang dihasilkan seringkali juga sama buruknya.

Meskipun demikian, dalam dunia komunikasi, teks yang dihasilkan oleh AI memiliki banyak kegunaan dan dapat mempercepat banyak proses. Ini sering menjadi titik awal yang bagus saat kita tidak tahu harus menulis apa, atau tidak punya waktu untuk menulis ulang pesan yang sama untuk berbagai platform.

Namun, penting untuk diingat bahwa inti dari komunikasi adalah pemahaman mendalam tentang kemanusiaan dan mencerminkan itu dalam setiap ungkapan dari organisasi atau pemimpin. Jika tulisan kita terdengar seperti "muntahan seni" robot, itu mungkin tidak akan membantu dalam hal kepuasan.

Jujur saja, tulisan AI yang jelas terbaca seperti hasil robot sangat menjengkelkan, terutama dari profesional PR yang mencoba meyakinkan untuk meliput karya kreatif mereka dengan frasa yang paling generik.

Salah satu keterbatasan tulisan AI dalam komunikasi adalah kurangnya ekspresi emosi yang dapat ditampilkan. Tulisan AI cenderung terasa hambar dan tidak memiliki nuansa emosi yang dapat dirasakan oleh pembacanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan AI dalam memahami dan menyampaikan emosi manusia. Emosi manusia dapat ditunjukkan melalui berbagai cara, seperti intonasi suara yang berbeda, penggunaan bahasa tubuh, atau penggunaan emotikon. Namun, AI belum dapat mengenali dan menginterpretasi semua nuansa emosi ini dengan baik. Sehingga, tulisan AI cenderung terasa datar dan tidak dapat menyampaikan emosi dengan baik kepada pembaca.

Selain itu, kekurangan dalam ekspresi emosi juga dapat mempengaruhi cara komunikasi yang efektif antara manusia dan AI. Dalam komunikasi manusia, ekspresi emosi sangat penting untuk memperjelas makna dan niat di balik kata-kata yang diucapkan. Namun, ketidakmampuan AI untuk mengekspresikan emosi dengan baik dapat menyebabkan pesan yang disampaikan menjadi ambigu atau terjadi kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan.

Perbedaan Budaya dan Konteks dalam Komunikasi

Komunikasi manusia sangat dipengaruhi oleh faktor budaya dan konteks. Namun, AI memiliki keterbatasan dalam memahami dan mengikuti perbedaan budaya dan konteks ini. AI hanya dapat menghasilkan tulisan berdasarkan data dan informasi yang telah dimasukkan sebelumnya, tanpa mempertimbangkan faktor budaya dan konteks yang dapat mempengaruhi makna dari suatu pesan. Hal ini dapat menyebabkan tulisan AI terasa tidak relevan atau tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sebagai contoh, dalam budaya yang berbeda, penggunaan bahasa dan gaya komunikasi juga dapat berbeda. Pemahaman yang baik terhadap budaya dan konteks sangat penting dalam komunikasi yang efektif. Namun, AI belum dapat sepenuhnya memahami dan mengikuti perbedaan ini. Sehingga, tulisan AI dapat terasa kaku dan tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan budaya dan konteks komunikasi yang berbeda.

Strategi untuk Meningkatkan Kualitas Tulisan AI

Meskipun tulisan AI memiliki keterbatasan dalam komunikasi, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tulisan AI. Pertama, pengembangan AI yang lebih canggih dan kompleks dapat dilakukan untuk memperbaiki kemampuan AI dalam memahami dan menyampaikan emosi manusia. Dengan pengembangan teknologi yang lebih baik, diharapkan AI dapat menangkap nuansa emosi dengan lebih akurat dan menghasilkan tulisan yang lebih hidup.

Selain itu, integrasi dengan teknologi lain seperti speech recognition dan natural language processing juga dapat meningkatkan kualitas tulisan AI. Dengan menggabungkan berbagai teknologi ini, AI dapat lebih efektif dalam memahami makna pesan yang ingin disampaikan oleh pengguna dan menyampaikannya dengan lebih baik kepada pembaca.

Terakhir, melibatkan manusia dalam proses pengembangan AI juga dapat membantu meningkatkan kualitas tulisan AI. Manusia dapat memberikan masukan dan pelatihan kepada AI untuk memperbaiki kemampuannya dalam berkomunikasi. Dengan kombinasi antara kemampuan AI dan pengetahuan manusia, diharapkan tulisan AI dapat menjadi lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Mari kita telusuri apa yang membuat tulisan AI terasa membosankan, dan bagaimana cara mengubahnya agar terdengar lebih alami dan menyenangkan:

1. Hindari klise struktural.
Alat AI cenderung menulis seperti esai siswa sekolah menengah, memulai dengan frasa seperti "Dalam dunia yang serba cepat ini," dan mengakhiri dengan "Sebagai kesimpulan, informasi ini memiliki implikasi yang mengubah hidup..."
Sebaliknya, berikan konteks melalui data konkret dan langsung ke intinya dengan hasil yang jelas dan ringkas.

2. Periksa subjudul dan daftar berpoin.
Pastikan subjudul diperlukan dan informatif, serta daftar berpoin tidak berulang.

3. Hilangkan kata sifat subjektif.
AI sering menggunakan kata sifat pengisi seperti "mengagumkan," "merangsang pemikiran," dan "unik." Hapus atau jelaskan alasan penggunaannya dengan konkret.

4. Dukung klaim Anda.
Jelaskan dampak atau perubahan yang diklaim dengan detail konkret. Kata-kata seperti "berdampak" atau "pivotal" perlu dijelaskan lebih lanjut.

5. Edit untuk objektivitas.
Pastikan tulisan tidak hanya memuji tanpa alasan jelas. Hindari suara pasif, pastikan kesepakatan kata ganti jelas, dan korelasi logis kuat.

6. Keringkasan dan ketepatan.
Potong pengulangan dan gunakan frasa yang lebih langsung. AI cenderung mengulang poin dengan beberapa cara, jadi singkatkan jika memungkinkan.

7. Periksa angka.
AI sering kali salah dalam matematika dan bisa saja mengada-ada angka. Pastikan angka yang digunakan benar dan masuk akal.

Dengan memperhatikan poin-poin di atas, kita bisa membuat tulisan yang dihasilkan oleh AI terdengar lebih alami dan sesuai dengan tujuan komunikasi yang kita inginkan.

Implikasi Keterbatasan Tulisan AI terhadap Dunia 

Keterbatasan tulisan AI dalam komunikasi memiliki beberapa implikasi terhadap dunia komunikasi. Pertama, dapat terjadi kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan karena kurangnya ekspresi emosi dalam tulisan AI. Pesan yang disampaikan oleh AI dapat diinterpretasikan dengan beragam cara oleh pembaca, yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian pemahaman dan berpotensi memicu konflik atau kesalahpahaman.

Selain itu, keterbatasan AI dalam memahami budaya dan konteks juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Tulisan AI dapat terasa tidak relevan atau tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga dapat mengurangi efektivitas komunikasi yang ingin dicapai.

Dalam dunia bisnis, keterbatasan tulisan AI juga dapat mempengaruhi citra dan reputasi suatu merek atau perusahaan. Tulisan AI yang terasa hambar dan kurang hidup dapat memberikan kesan negatif kepada pembaca, yang dapat berdampak pada kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap merek atau perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi pengembang AI dan pengguna tulisan AI untuk menyadari keterbatasan ini dan mencari solusi untuk memperbaiki kualitas tulisan AI agar dapat lebih efektif dalam berkomunikasi dengan manusia.

Artikel ini adalah tulisan asli penulis dan telah dipublikasikan di personal website penulis di www.sukmasih.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun