Mohon tunggu...
Sukmasih
Sukmasih Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Menulis berbagai hal dari sudut pandang kajian ilmu komunikasi. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Uni Eropa Boikot Sawit Indonesia, Saatnya Mawas Diri

20 Oktober 2020   07:47 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:06 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi selalu menempati posisi strategis dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan manusia. Tentu saja, karena pada dasarnya komunikasi merupakan fitrah bagi manusia. Dalam konteks permasalahan pemboikotan minyak sawit Indonesia yang dilakukan Uni Eropa, komunikasi menempati posisi penting dalam memperbaiki pengelolaan produksi minyak sawit. 

Pemerintah tidak cukup hanya dengan membuat pembaharuan ISPO, upaya penanganan masalah lingkungan dampak kegiatan pengelolaan perkebunan sawit dan produksi minya sawit, maka penting untuk melakukan penanganan masalah lingkungan yang berkelanjutan. Komunikasi berperan penting untuk menciptakan program perbaikan masalah lingkungan yang bersifat berkelanjutan.

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan berkewajiban untuk memastikan bahwa setiap regulasi yang berkaitan dengan kegiatan perkebunan juga harus menjamin kelestarian lingkungan dan keamanan satwa yang tinggal di dalam hutan. Ada catatan dari sosok spiritualis sekaligus politisi India, Mahatma Gandhi, bumi ini cukup untuk tujuh generasi, namun tidak akan pernah cukup untuk tujuh orang serakah. 

Inilah yang perlu ditelaah oleh pemerintah sebagai garda terdepan dalam membuat produk politik (kebijakan). Jika regulasi yang dibuat pemerintah tidak mampu melindungi kelestarian alam dan satwa liar di dalam hutan, maka satu perusahaan kelapa sawit sudah cukup untuk merusak kehidupan seluruh alam, dan tuduhan Uni Eropa menjadi kenyataan yang menyakitkan. 

Oleh karena itu, untuk terhindar dari dosa besar karena membiarkan sebuah perusahaan merusak seluruh kehidupan, pemerintah harus membuat regulasi tentang pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang tepat dan seimbang dengan keberlanjutan lingkungan hidup. Sebuah pemerintahan tanpa kebijaksanaan sudah cukup untuk meluluhlantakkan seluruh kehidupan.

Perusahaan turut menjadi bagian penting dalam mengupayakan terselenggaranya industri produk kelapa sawit yang memerhatikan kelestarian. Perusahaan sering menjadi aktor utama dalam suatu kasus kerusakan lingkungan, oleh karena itu tanggung jawab besar juga berada di atas pundak para kaum borjuis kapitalis ini. 

Menjadi egois untuk mengambil keuntungan besar juga tidak akan berakhir baik bagi perusahaan. Tidak ada jaminan bahwa Sumber Daya Alam akan tetap tersedia, kecuali perusahaan ikut berperan dalam upaya menjaga lingkungan dengan menjadi perusahaan yang mementingkan pemberdayaan dan perbaikan lingkungan secara berkelanjutan. 

Bayangkan jika perusahaan terus melakukan ekspansi perkebunan sawit tanpa memperhatikan ketersediaan lahan hutan yang menjadi habitat asli berbagai satwa liar. Maka satu perusahan sudah cukup untuk menghancurkan bumi ini.

Saat alam terus diperas untuk menjadi pemuas kapitalis, maka ia akan menemui titik habis kesabaran, pada akhirnya hukum alam akan berlaku. Alam sendiri yang akan menghabisi manusia. 

Kegiatan ekspansi perkebunan dan kegiatan produksi minyak sawit tanpa memerhatikan aspek lingkungan akan merusak satu per satu aspek kehidupan manusia. Mulai dari berkurangnya kesuburan tanah hingga rusaknya lapisan ozon atau hal lain, namun semua dampak negatif tersebut juga akan membawa akhir yang buruk bagi umat manusia, tanpa terkecuali para kapitalis yan menguasai perusahaan.

*Penulis merupakan pemerhati isu komunikasi, sosial dan politik. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Fisip, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun