Mohon tunggu...
SVN
SVN Mohon Tunggu... -

A person who admits that life and death are two parts of incredible journey...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Pacman Is My (Our) Winner

3 Mei 2015   13:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Assalamualaikum Wr.Wb

Memalukan. Memuakkan Menyebalkan!

Hanya tiga kata itu yang tepat menggambarkan pertarungan tinju termegah abad ini. Bagi anda yang ingin melongok artikel dari kompasianer pecinta tinju, maka, saya bukanlah orangnya. Saya hanya orang awam. Tak tahu apapun soal bagaimana olahraga ‘banyak pukul-pukul’ ini bermain. Tak tahu soal cara menilai permainan. Dan tak tahu, kenapa para pria, termasuk juga wanita, ada yang menyukai olahraga pukul-pukul ini. Mungkin, buat saya yang anti kekerasan, olahraga ini sangat tidak saya sarankan untuk anak di bawah umur. I’m not fan of boxing. I’m not lover of boxing game, too. Cos I almost never see it in entire of my life.

Olahraga tinju adalah olahraga, Ada triknya. Dan ditujukan tidak untuk kekerasan. Bahkan yang saya tahu, anda yang bisa olahraga keras ini, akan memiliki hikmah tersendiri. Yaitu menjadi sosok yang barangkali bisa melindungi kaum yang lemah. Mungkin bisa membela diri saat keadaan terjepit, barangkali saat berhadapan dengan penjambret berbadan besar yang harus dilawan dengan pukulan. Man who likes boxing is also not my type...

Pertarungan yang paling ditunggu ini nyatanya sangat memuakkan. Mayweather di dua rode terakhir, jika tidak salah, terlalu sering menghindar. Terlalu sering! Ia tidak maju sebagai fighter, tetapi defender. Pacman jauh lebih berani. Maju terus pantang mundur! Buk. Buk. Buk. Kalau soal keringat, tubuh mereka sudah berlimbah keringat.Yang paling tidak saya sukai adalah si Mayweather yang tiba-tiba naik ke atas pinggiran ring. Ia berteriak-teriak. Entah berteriak apa? Jika tidak salah mendengar, ia mengatakan bahwa ia lah pemenangnya. Kalau dalam bahasa Jawa, saya akan berkata begini: “Wong kuwi urung menang og malah ngaku-ngaku njug dadi pemenang. Karepmu ki opo tho yoo?” Hari ini saya menonton acara akbar ini tidak penuh. Kenapa? Seeing boxing game is not my style, anyway~

Ayah saya, yang pagi ini heboh. Ia mengamati dengan baik tiap detik berganti. “Tinggal dua ronde lagi!” Saya pun bergerak ke depan TV. Menonton. Aneh memang, acara tinju yang katanya supermahal dan disebut sebut akan menghasilkan petinju dengan gelar petinju terbaik itu malah disuguhi dengan aksi menghindar. Atau si Mayweather memang petunju defender, ya? Well, pertandingan itu tak menimbulkan K.O. Well, ayah saya berkata bahwa pemenang akan ditentukan oleh wasit di pertandingan ini. “Setiap pukulan ada nilainya...,” begitu ujar ayah saya. Entahlah bagaimana menghitung nilai dalam olahraga tinju. Tapi buat saya, Pacman lebih berani! Wasitnya juga orang yang berasal dari Amerika Serikat. Asumsinya, atas dasar kebangsaan, mereka tak akan membiarkan orang Asia menang di tanah Amerika Serikat, uhh? Semua orang di dunia ini, saya yakin, baik fans maupun bukan, akan mengira ada suap di pertandingan ini, benar begitu?

Menyebalkan! Karena Pacquiao, orang Filipina, orang Asia, tidak menang. Barangkali kalau ini berbicara soal ras, saya enggan Asia terlihat selalu sebagai kumpulan negara berkembang dan bukan negara maju seperti Amerika Serikat. Persis sesuai dugaan ibu dan saya, si Mayweather ini yang menang. Tapi kemenangan ini barangkali kontroversial. Penuh tanda tanya. Mayweather adalah sosok petinju yang mungkin harus disebut little boy. Menurut putri dari Muhammad Ali, Laila Ali, Mayweather itu seperti little boy, meskipun ia adalah grown up man. Dua wartawati asal CNN dan ESPN, Rachel Nichols dan Michelle Beadle, yang pernah mempertanyakan soal KDRT yang Mayweather lakukan juga dilarang meliput acara ini. Wallahualam. Credentials mereka dibekukan. Kata publisist Mayweather, mereka diberikan tempat melalui TV lain. Hanya saja, mereka sendiri diberitahukan lewat email bahwa mereka dilarang meliput. Money can rule the world, uhh? Acara ini juga ditonton bintang, mulai dari Denzel Washington, Sting hingga Paris Hilton yang tertangkap senyam-senyum. Ngapain,mbak, kebanyakan senyum?Nanti banyak nyamuk masuk lhoooo :p

Overall, jika dilihat berdasarkan hubungan personal, Pacman adalah pria yang lebih sukses dibandingkan Mayweather. Pacman memiliki keluarga yang lebih lengkap dengan istri dan anaknya. Bahkan, ia masuk sebagai anggota parlemen Filipina. Berarti dipercaya masyarakat sana untuk mengembang tugas legislatif, kan? Sedangkan Mayweather? Terduga pelaku KDRT. Entah kapan pacarnya dan dirinya akan married...

Pria yang belajar olahraga keras seharusnya menggunakannya untuk melindungi orang yang ia kasihi dan orang-orang lemah. Bukan untuk melakukan KDRT. Bahan tertawaan dari pertandingan ini adalah pengiring Pacquaiao dan Mayweather. Mayweather sering diiringi tim di belakangnya oleh Justin Bieber. Anda tahu lah, badan JB tak lebih besar dari Mayweather. JB bukan idola yang patut dicontoh. Dulu ia mungkin remaja yang terlihat cute, tapi, setelah sangat playboyish, ‘megang-megang’ Ariana Grande di depan pacarnya(Sekarang kakak Ariana sudah single, btw.), hingga tertangkap polisi atas tindakan ngebut-ngebutan dan mengganggu tetangga karena pesta di rumahnya, ia terlihat sebagai musisi yang supernakal dan ‘anak rusak’. Nah, khusus hari ini, si Jimmy Kemmel, host acara bincang-bincang yang agak konyol nan humoris itu, malah ada di barisan tim Pacman. What are you doing there, Jimmy?

Most of all, for me, Manny Pacquaiao is my winner. Pacman is more brave and offensive, I guess. That’s my view as someone who doesn’t really know about the rule of this boxing game.

Tulisan ini akan saya tutup dengan lagu kartun. “Pacman Pacman Pacman, kupanggil ia Pacman, suaranya riang. Datanglah oh Pacman, datanglah ke rumahku. Dengan hati riang memberi semangat. Pacman Pacman. Pacman.” :p Eh salah, itu bukan Pacman, tetapi tokoh kartun=  "P-Man", si makhluk yang terbang dengan kostum berwarna biru, jika tidak salah.Wew. Masih teringat teriakan penonton di sana. "Huuuuuuuuuuuuuuu...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun