Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan di antaranya menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” . Kedua kodrat ini berkaitan dengan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan peserta didik.
Selanjutnya dalam melakukan prinsip perubahan adalah budi pekerti: budi itu mencakup cipta, rasa dan karsa. Diharapkan kepada peserta didik untuk menfungsikan akal dan pikirannya, memiliki mimpi, harapan dan cita-cita, berpikir untuk selalu berbuat yang terbaik dan memberikan manfaat kepada orang lain dalam mengolah rasa atau perasaan untuk menghaluskan rasa. Dalam mengolah karsa atau kemauan untuk memperkuat semangat atau kemauan. Diharapkan kepada peserta didik untuk selalu memiliki semangat juang dalam belajar, berkarya, berkreasi dan berinovasi dalam mencapai cita-citanya.
Konsep selanjutnya adalah: Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat terwujud dengan menerapkan kemerdekaan belajar yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan. Merdeka belajar yang berorientasi dan berpusat kepada peserta didik (student centered).
Dan Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan semboyan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Yang pengertiannya adalah: Di depan memberi contoh atau menjadi panutan, di tengah membangun semangat atau ide, dari belakang memberikan dorongan. Seorang guru harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, sesama guru dan seluruh warga sekolah, dan masyarakat pada umumnya. Dari tengah seorang pendidik harus mampu membangun semangat, menciptakan ide atau berkarya dan berinovasi di lingkungan tempat kerjanya atau di tempat tinggalnya. Terakhir, dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan, motivasi, arahan dan penyemangat kepada seluruh warga sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Kemudian sekolah juga harus bisa membuat rasa aman, nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik, dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki, menjadikan sekolah itu sebagai rumah kedua mereka, dan gurunya merupakan orang tua mereka selama berada di sekolah, dan teman mereka adalah sebagai saudaranya. Konsep demikian ini untuk selanjutnya adalah apa yang dimaksud dengan menjadikan sekolah sebagai taman siswa.
Untuk menambah referensi tentang apa dan bagaimana Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara silakan klik tautan ini. Klik.
Jangan lupa berbagi pendapat di kolom komentar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI