Peristiwa Reconquista mengambil peran dalam sejarah Islam, Reconquista merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Spanyol yang berarti penaklukan kembali, secara istilah reconquista adalah perebutan kembali wilayah Spanyol yang dikuasai kaum muslim. Pada awalnya yaitu sekitar abad ke 8 atau tahun 711 M, Thariq bin ziyad seorang panglima perang Islam berangkat menuju Andalusia dan mendarat di selat Gibraltar pada 29 April 711 M, pasukan Thariq berhasil meraih kemenangannya atas kerajaan Visigoth, setelah rajanya yaitu Roderick terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 M dalam pertempuran Guadalete.
 Setelah itu Thariq sempat menjadi gubernur di wilayah andalusia sebelum akhirnya dipanggil untuk kembali ke Damaskus oleh Khalifah Walid I. Kaum muslim telah berhasil berkuasa diwilayah Andalalusia dan berhasil memajukan peradaban sejak awal abad ke-8 M, sejak saat itu wilayah tersebut menjadi salah satu pusat peradaban yang maju di dunia. Kendati demikian dilain pihak, kalangan kristen yang ada di utara Spanyol memiliki tekad untuk merebut kembali Andalusia dari tangan muslim.
 Mereka membalas penaklukan Spanyol yang dilakukan kaum muslim dengan cara Reconquista, yakni proses yang dilakukan kalangan Krisren untuk menaklukan kembali daerah Spanyol yang dikuasai oleh kaum muslimin. Sayangnya para penguasa muslim yang ada saat itu telah terlena dengan kemegahan dan kekuasaan sehingga lemah dalam menghadapi ancaman lawan. Akibatnya satu persatu wilayah berhasil direbut kembali oleh kaum Kristen.Â
 Kekuatan kaum kristen di utara semakin kuat sehingga mendorong kaum muslim untuk terus mundur ke daerah selatan, dalam keadaan ini, kaum muslim justru sibuk untuk berebut kekuasaan, sedangkan disisi lain kaum kristen semakin merapatkan barisan untuk terus melawan kaum muslim. Dampak dari hal ini sangat dapat dirasakan, beberapa daerah telah berhasil dikuasai kembali oleh kaum kristen, setelah Toledo, Cordova, Sevilla, dan beberapa kota lainnya jatuh ke tangan kaum Kristen, hanya tersisa Granada di ujung selatan Iberia yang masih bertahan hingga abad ke-15.
 Keruntuhan kekuasaan islam di Andalusia semakin menjadi saat dua kerajaan kristen terbesar saat itu yaitu Aragon dan Castle bergabung melalui pernikahan raja dan ratunya, yaitu raja Ferdinand dan ratu Isabella pada tahun 1469, kerajaan gabungan ini kemudian dikenal dengan sebutan Los Rayes Catolicos atau dalam bahasa inggris disebut The Catholi Monarchs yang berarti Monarki Katolik. Pada 1 November 1478 M, Ferdinand dan Isabella mendirikan Tribunal Del Santo Oficio de la Inquisicion, atau lembaga inkuisisi Spanyol atas usulan peneta Alonso de Hojeda, dewan ini kemudian dibentuk secara terbatas di Cordova dan Sevilla.
 Wilayah terakhir kekuasaan islam di Andalusia yaitu Granada pada saat itu berada di bawah kekuasaan Bani Ahmar yang dipimpin oleh sultan Boabdil atau disebut juga Abu Abdullah bin Abil Hasan (Sultan Muhammad XII). Dengan keadaan umat islam saat itu yang sangat memilukan, hampir seluruh umat islam Andalusia saat itu mengungsi ke wilayah Granada karena hanya wilayah itulah satu satunya yang tersisa, pada awalnya dengan kekuatan umat muslim yang tersisa saat itu mereka masih bisa bertahan, akan tetapi ditengah keadaan yang sulit ini, penguasa Granada Abu Abdullah bin Abil Hasan berselisih dengan pamannya yaitu Azzaghel, hingga kemudian terjadi perpecahan kekuasaan, Azzaghel menguasai lembah Aash sedangkan Abu Abdullah Muhammad menguasai Granada.
Perselisihan inipun dimafaatkan oleh kaum kristen untuk terus mengadu domba dua kekuatan umat islam yang tersisa saat itu, dan taktik inipun berhasil. Pada akhirnya Azzaghel tewas terbunuh oleh seorang pengkhianat dari bani ahmad yang bernama Yahya yang pada akhirnya murtad dan menyerahkan lembah Aash yang sebelumnya dikuasai Azzaghel kepada raja Ferdinan II dari Aragon dan Isabella I dari Castile.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H