Di beberapa kondisi, kita sering terhipnotis oleh kehebatan orang lain. Sampai-sampai kita hanya sebagai penonton alam semesta semata yang tidak banyak mengambil hikmahnya (kalau hikmahnya pun tidak diambil bagaimana mau beraksi?). Oleh karena itu, sudah saya jalani beberapa fase kehidupan dan ada satu hal yang tidak lupa saya bawa kemana-mana, yaitu memerhatikan hobi orang hebat.
Layaknya tokoh Hatake Kakashi (guru dalam serial anime Naruto) yang dijuluki sebagai peniru. Jika ditinjau dari segi keterampilan bawaan lahir, guru Kakashi ini mungkin kalah dengan ninja-ninja yang lain seperti dari keluarga Uchiha dan Hyuga yang punya warisan kekuatan dari mata. Tapi dengan ganteng kalemnya, dia bisa meniru jurus-jurus dari hampir  semua ninja.
Kenapa harus hobi yang diperhatikannya? Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa hobi itu akan membentuk kebiasaan perilaku seseorang. Dari hal itulah muncul keahlian atau keterampilan yang terlatih. Diantara persamaan hobi orang-orang hebat yang saya temukan sekarang adalah rajin membaca dan punya managemen waktu tersendiri. Jadi, nanti kita tinggal telisik dimana hobi yang spesifik dan kiranya dapat ditiru sesuai kemampuan kita.
3. Jangan terlalu transparan terhadap teman dekat kita akan usaha yang sedang kita jalani
Tidak sedikit kita terhalang atau malah terganggu oleh teman dekat sendiri. Dikatain so ini so itu lah, yang jelas itu adalah tanda kedekatan bahwa kita sudah dekat dan hal itu wajar juga mengasyikan. Oleh karena itu, harus pandai-pandai menyembunyikan usaha yang sedang kita jalani. Ataupun jika terlanjur diketahui, maka jalani saja seperti biasanya tidak perlu merasa diawasi ataupun yang dapat menghambat.
4. Bersikap apa adanya, bilang tahu jika benar tahu dan bungkuslah ketidaktahuan kita dengan cara yang lebih menarik
Konsep apa adanya pernah saya bahas di artikel sebelumnya, bisa dibaca di sini. Adapun terkait membungkus ketidaktahuan dengan cara yang menarik, mungkin bisa drama sedikit dengan berpura-pura sudah tahu (padahal tahunya baru tahu dari lawan bicara barusan) lalu ikuti saja alur pembicaraannya karena lawan bicara akan terus melanjutkan penjelasan yang ia ketahui. Setelah beres dari dialog, segara cari informasi sendiri terkait bahasan yang menjadi bahan dialog tadi.
Seringkali kita terlihat bodoh itu ketika sedang berdialog dengan orang lain, maka perlu ada seni dalam dialog tersebut. Tapi beda konteks lagi jika dialog itu berupa pertanyaan yang lawan bicara memang tidak tahu dan ingin tahu informasi dari kita, kali seperti ini jangan berpura-pura tahu dan jangan sungkan untuk mengatakan bahwa kita belum tahu. Dalam konteks ini, kesadaran kita belum tahu adalah seni tidak terlihat bodohnya. Karena kalau kita memaksakan justru disitu letak kebodohannya.
5. Jangan sesekali ungkapkan dosa kita terhadap orang lain
Pada intinya, poin ke-5 inilah yang menjadi dasar agar kita tidak terlihat terlalu bodoh. Dalam ajaran agama Islam, menceritakan dosa adalah sesuatu yang sangat dilarang. Banyak penjelasan yang ramai membahasnya, mungkin bisa di cari oleh masing-masing. Hemat dam kerdilnya pemikiran saya, dosa itu urusan pribadi yang menjadi privasi. Toh nanti pun ada ajang dosa kita diperlihatkan ketika di padang masyhar, buat apa kita tontonkan sekarang di dunia oleh diri sendiri pula.
Sebagai penutup saya ingin mengutip perkataan guru saya dan ini juga populer dimana-mana, yakniÂ
"kudu ngarasa bodo, tapi ulah bodo. Jeung kudu pinter, ngan ulah ngarasa pinter" (harus merasa bodoh, tapi jangan bodoh. Dan harus pintar, tapi jangan merasa pintar).Â
Semoga dosa kita diampuni dan dihapus secara tuntas agar kelak hari kiamat kita tidak termasuk orang yang dipertontonkan dosanya juga menonton dosa orang lain. Besar harapan saya dengan sering menulis artikel kecil dan sederhana bisa menjadi perantara terbukanya ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat, begitu pula bagi pembaca. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H