Mohon tunggu...
Rafi Rasyid Sukmahadi
Rafi Rasyid Sukmahadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student of Al-Azhar University

semua artikel saya di kompas isinya hanya obrolan biasa, jadi gak usah serius amat bacanya. keep santuy

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelajar Berbisnis? Hemat adalah Bisnis Utamanya

24 Mei 2022   07:51 Diperbarui: 24 Mei 2022   07:57 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beranjak Menjadi Mahasiswa/dok pribadi

Diantara permasalahan penting dalam dunia pendidikan adalah ekonomi. Bagaimana tidak? Ekonomi menjadi penunjang dasar untuk terselenggaranya pendidikan. Baik itu dari segi infrastruktur lembaga, gaji guru, dan uang jajan bulanan seorang pelajar. 

Semua hal tersebut intinya membutuhkan dana yang cukup demi terselenggaranya pendidikan, bisa dikatakan diantara faktor terpentingnya adalah uang. Karena uang di dunia sekarang menjadi alat tukar yang sah sekaligus penguasa yang adidaya.

Banyak sekali kasus yang terjadi dalam dunia pendidikan yang disebabkan oleh faktor ekonomi. Di mulai dari kalangan pemerintah, tenaga pengajar, sampai kepada kita sebagai pelajar. 

Tidak sedikit teman-teman yang sebaya kita harus terpaksa berhenti melanjutkan pendidikannya karena tidak mampu dari segi ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan regulasi ekonomi yang sistematis dan solutif.

Merujuk permasalahan di atas, kalangan pelajar menjadi salah satu golongan yang banyak mengalami kasus tersebut. Adapun rincian kasus yang sering terjadi adalah sebagai berikut.

  • Putus sekolah karena tidak mampu secara ekonomi
  • Tidak amanah dalam membayar iuran sekolah
  • Menipu orang tua dalam permintaan dana risiko bulanan
  • Boros dalam penggunaan bekal bulanan
  • Tidak fokus belajar karena disertai kegiatan berbisnis

Kita ambil satu fokus pembahasan dari semua permasalahan, yakni poin nomor ke lima "tidak fokus belajar karena disertai kegiatan berbisnis". 

Sejak tingkat SLTP mungkin sudah banyak pelajar yang mulai berpikir tentang bagaimana orang tua dapat menafkahi keluarganya yang berujung pada rasa tertarik dalam dunia bisnis. 

Kemudian berlanjut pada tingkat SLTA yang pembelajaran tentang dunia ekonomi lebih diperdalam di sekolah. Pada akhirnya, ketika sudah beranjak menjadi mahasiswa perasaan malu untuk meminta uang kepada orang tua mulai membesar.

Alhasil lahirlah upaya untuk mencari pendapatan sendiri guna melanjutkan kehidupan khususnya pendidikan.

Semua hal itu merupakan rangkaian fase yang normal bahkan baik untuk perkembangan seorang pelajar. Namun, ada satu hal lebih penting yakni jangan sampai tujuan utama untuk belajarnya menjadi tergeserkan oleh hal-hal yang lain, seperti bisnis. Bisnis yang dimaksud adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup.

Sama sekali tidak ada larangan untuk berbisnis sembari belajar bahkan itu bisa menjadi suatu kehebatan jika keduanya seimbang dan saling menguatkan, tidak saling melupakan atau bahkan melunturkan satu sama lain. Apalagi berujung pada ketidakfokusan terhadap keduanya. Bisnis terabaikan, pendidikan pun terlupakan.

Namun, jikalau hendak memfokuskan diri untuk belajar dan orang tua melarang untuk berbisnis karena mereka masih mampu menafkahi tapi kita hendak sekali berbisnis maka kita masih bisa kok untuk berbisnis. Yakni dengan cara menerapkan pola hidup hemat. 

Hemat dalam makna yang luas merupakan pola gaya hidup untuk sederhana sehingga lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang, tidak boros, serta lebih cermat dalam mengelola antara pengeluaran dan pendapatan. Dalam hal ini, kita sebagai pelajar yang masih dinafkahi orang tua harus menggunakan kesempatan anugerah ini sehemat mungkin.

Berikut diantara cara untuk hemat bagi pelajar yang hendak berbisnis dengan bisnis hemat.

1. Menggunakan aplikasi pengatur keuangan. Zaman sekarang sudah banyak sekali aplikasi yang memudahkan untuk pengelolaan keuangan. Seperti contoh : walet, money lover, monefy, dan lain sebagainya. Yang diantara fiturnya dapat mengkalkulasikan pengeluaran dan pendapatan secara tersusun rapih dan hasil laporannya dapat diekspor menjadi dokumen.

2. Mengubah pola hidup menjadi sederhana. Meksipun sudah menggunakan aplikasi pengatur keuangan, jika tanpa pola hidup yang sederhana maka tetap saja yang terjadi adalah keborosan yang berakibat pada kasus yang lebih kompleks.

3. Hidup di lingkungan teman yang tidak boros. Lingkungan menjadi faktor utama dalam menerapkan semua hal di atas. Tanpa lingkungan yang mendukung maka akan sulit untuk menerapkannya sendirian. Oleh karena itu, usahakan hidup di lingkungan teman-teman yang hemat.

4. Memprioritaskan hal-hal yang sangat berhubungan langsung dengan pendidikan. Di tengah banyaknya kebutuhan dan berkembangnya gaya hidup sehingga melahirkan kebingungan dalam memilih kebutuhan mana yang harus lebih diutamakan. Maka segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan pendidikan adalah prioritas utamanya.

5. Usahakan menabung setiap bulannya. Dalam pembagian pengeluaran, diusahakan ada poin investasi walaupun kecil. Dalam hal ini, kita bisa menggunakan kegiatan menabung sebagai salah satu caranya. Baik itu secara manual maupun digital. Atau mungkin yang lebih ekstrem yakni mulai belajar untuk membeli saham agar dana yang dimiliki dapat lebih berkembang.

6. Jangan tergiur dengan banyak uang sedangkan ilmu masih dangkal. Ini merupakan tambahan yang paling fundamental. Tidak sedikit pelajar yang sudah mengenal uang sehingga melupakan akan pentingnya ilmu untuk beramal. Jadi, usahakanlah tetap fokus belajar.

Dari semua hal di atas, intinya jangan pernah memandang sempit terhadap bisnis yang berimplikasi pada ketidakfokusan belajar. Pelajar berbisnis itu sangat bagus selama tidak mengganggu tujuan utama belajarnya. 

Maka jika pelajar hendak berbisnis, hemat adalah bisnis utamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun