pendidikan dan perjuangan. Diantaranya tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, kemarin tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional, dan sekarang tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Di bulan Mei terdapat beberapa hari yang memiliki sejarah dalam bidangSebagaimana informasi yang sudah masyhur, bahwa hari kebangkitan nasional itu bertepatan dengan tanggal berdirinya organisasi modern pertama di Indonesia yakni, Budi Utomo yang digagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan dr. Sutomo. Atas jasa organisasi tersebut perjuangan bangsa Indonesia pada masa pra-kemerdekaan semakin sistematis dan politis.
Diantara propaganda pemikiran dari organisasi tersebut adalah perjuangan meraih kemerdekaan itu tidak akan cukup dengan angkat senjata, mesti diimbangi dengan usaha perjuangan secara diplomatis yang hal itu tentu dibutuhkan pendidikan yang berkualitas dan berintegritas. Kemudian bangsa Indonesia harus menumbuhkan kesadaran untuk membentuk perjuangan secara nasional dalam meraih kemerdekaan, tidak secara regional yang berimplikasi pada mendahulukan kepentingan pribadi dan daerahnya masing-masing tanpa mengutamakan kepentingan umum bangsa Indonesia secara nasional.
Maka dari hal di atas, ada dua poin penting yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semua sebagai generasi bangsa Indonesia yakni, pendidikan dan nasionalisme. Dua hal tersebut akan menjadi dasar dalam implementasi semangat perjuangan di Hari Kebangkitan Nasional 2022 ini. Sebagai salah satu bagian dari masisir (mahasiswa Indonesia di Mesir), penulis hendak memberikan argumen tentang implementasi semangat perjuang ala masisir. Berikut adalah rinciannya.
- Fokus pada Tujuan Utama Berangkat ke Mesir
Di Hari Kebangkitan Nasional 2022 ini dapat dijadikan momentum untuk mengingat kembali dan memperkuat tujuan utama berangkat ke Mesir yakni, belajar. Mungkin tidak sedikit masisir yang lalai dan lupa akan tujuan utama tersebut, termasuk saya pribadi. Sehingga dikhawatirkan terjadi penyimpangan yang menghasilkan kekecewaan dan kegagalan dalam proses belajar. Maka dari itu, mari kita mengingat kembali "Apa yang Kita Cari di Mesir?".
- Keseimbangan antara Belajar di Jami' dan Jami'ah
Mayoritas masisir tentu melanjutkan pendidikannya di Al-Azhar University. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa ada dua metode pendidikan di Al-Azhar yakni, jami' dan jami'ah. Jami' sering kita pahami sebagai metode pendidikan dengan sistem non-formal yang dilakukan secara talaqqi. Sedangkan jami'ah dikenal sebagai metode pendidikan formal atau disebut juga kuliah (sistem universitas seperti pada umunya). Pada realitanya, ada 4 golongan masisir ditinjau dari segi belajarnya :
- Talaqqi dan kuliah
- Talaqqi
- Kuliah
- Tidak talaqqi dan kuliah
Dari 4 golongan tersebut tentu yang paling moderat adalah golongan yang pertama, yakni yang menyeimbangkan antara belajar secara talaqqi dan kuliah. Hal itu dapat digambarkan dengan bagaimana seorang santri yang belajar di pondok pesantren dan juga belajar di sekolah formal.
- Berusaha Menghimpun Hasil Belajar Melalui Karya Tulis
Untuk melestarikan budaya literasi yang di dalamnya terdapat kegiatan menulis, hal ini menjadi sebuah tuntutan bagi pelajar, khususnya mahasiswa yang secara tingkat akademiknya lebih tinggi dari SLTA. Sehingga diperlukan kemampuan untuk mengabadikan hasil dari apa yang telah dipelajari secara sistematis. Kegiatan menulis juga dapat menjadi media menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang berguna untuk kemajuan peradaban manusia.
- Mengasah Kemampuan dalam Bidang Teknologi
Di era digital yang perkembangan teknologinya semakin pesat, sebagai generasi milenial bangsa Indonesia kita perlu berusaha untuk melek teknologi. Karena penyebaran ilmu di era sekarang sangat dibutuhkan kemampuan menggunakan teknologi yang baik dan benar. Hal tersebut dapat berdampak pada persaingan pendidikan di tingkat internasional.
- Memperluas Pengalaman dan Relasi di Tingkat Internasional
Belajar di luar negeri menjadi kesempatan emas untuk memperluas pengalaman dan relasi di tingkat internasional. Karena dapat merasakan langsung bagaimana berinteraksi dengan negara-negara lain. Belajar dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang mereka pun banyak melakukan perubahan serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi bangsa Indonesia setelah belajar di luar negeri.
- Konsolidasi Persatuan dan Kesatuan Nasional Antar Kekeluargaan
Mesir menjadi salah satu negara yang paling banyak diminati para pelajar Indonesia. Sehingga jumlahnya terhitung banyak sekali. Oleh karena itu, dibentuklah kekeluargaan berdasarkan asal tempat daerahnya masing-masing di Indonesia. Hal tersebut tentu bukan sebagai media diskriminasi yang didasarkan atas perbedaan suku, ras, bahasa, dan yang lainnya. Melainkan sebagai media desentralisasi yang berfungsi untuk saling menguatkan satu sama lain dengan tujuan dan prinsip yang satu, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
- Senantiasa Berpegang Teguh pada Nilai-Nilai Pancasila