Mengingat dan membahas kembali pelajaran yang telah diketahui merupakan salah satu hal yang sangat efektif dalam proses menuntut ilmu. Karena dalam kegiatan tersebut seseorang dapat memperkuat kembali ilmu yang telah dipahaminya, bahkan dapat menemukan ilmu baru yang sebelumnya tidak terduga untuk didapatkannya.Â
Oleh karena itu, kita mungkin mengenal istilah muraja'ah (mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari) yang sering diucapkan oleh guru atau orang tua kita sebagai nasihat untuk rajin belajar kembali setelah pembelajaran di sekolah atau madrasah.Â
Dengan muraja'ah itulah seseorang dapat lebih mengembangkan kemampuan membaca, menulis, menganalisis, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan dunia literasi. Kegiatan literasi tersebut menjadi salah satu bentuk pelajaran pertama yang diberikan Allah Swt kepada baginda Nabi Muhammad Saw, yakni perintah membaca, sebagaimana dalam Q.S. Al-'Alaq [96]: 1-5,
() () () () ()
Artinya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia (3). Yang mengajar (manusia) dengan pena (4). Â Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)".
Jika kita memahami maksud ayat tersebut hanya melalui terjemahan, tentu yang terkesan dari pesan ayat tersebut hanyalah sekadar perintah untuk membaca.Â
Padahal jika ditinjau dari makna kebahasaan per kata dan kalimat, ayat tersebut mengandung pesan yang fundamental bagi kehidupan manusia secara universal. Bahkan salah seorang pengajar Senior Monash Law School, Monash University, Australia yakni Nadirsyah Hosen atau lebih akrab disapa Gus Nadir pun berpendapat di dalam bukunya Kiai Ujang Di Negeri Kangguru bahwa lima ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad Saw menginginkan kita untuk cerdas dengan banyak membaca dan menulis.Â
Hal tersebut semakin mengingatkan kita tentang pentingnya kegiatan literasi yang di dalamnya mencakup membaca dan menulis. Karena kegiatan literasi merupakan suatu hal yang paling krusial dalam proses menuntut ilmu.Â
Lebih dari itu, sebagaimana dalam Tafsir Al-Mishbah (vol. 15 hal. 454) dijelaskan tentang makna kata iqra' dalam ayat pertama di atas yakni yang bermakna "menghimpun". Sehingga pesannya tidak hanya mengandung perintah membaca.Â
Melainkan mengandung pesan yang lebih dalam dari sekadar membaca biasa, seperti perintah untuk menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya yang semuanya bermuara pada arti "menghimpun".Â
Memperhatikan semua makna yang terkandung dalam kata iqra' tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa wahyu pertama Nabi Saw itu sekaligus menjadi dasar kegiatan literasi. Sehingga urgensi kegiatan literasi secara general bagi umat manusia sangatlah besar.Â
Terlebih di era digital ini, tantangan zamannya semakin menuntut tiap-tiap individunya untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif dengan pemikiran yang progresif, inklusif, dan solutif tentunya. Sebagaimana peribahasa dalam suku sunda sering diungkapkan "lmu tungtut dunya siar, sukan-sukan sakadarna", yang maksudnya adalah hidup itu harus menuntut ilmu untuk keselamatan dunia akhirat dan harus hidup dengan secukupnya (sederhana).Â
Oleh karena itu, salah satu media dalam proses menuntut ilmu itu adalah kegiatan literasi yang di dalamnya mencakup membaca, menulis, meneliti, dan lain sebagainya yang dengan semua itu tiap-tiap individu dapat meraih ilmu pengetahuan.Â
Diperjelas kembali oleh sumber yang sama yakni Tafsir Al-Mishbah (vol. 15 hal. 454), bahwa dari lima ayat yang menjadi wahyu pertama tersebut juga memberikan interpretasi mengenai pentingnya membekali diri dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan salah satu langkah awal untuk merealisasikan pesan tersebut adalah dengan giat membaca, apa pun itu objeknya. Karena ditinjau dari nash ayatnya, kata perintah tersebut tidak disertai objek setelahnya. Sehingga makna objek yang dimaksud bersifat umum, baik yang materi maupun non-materi.Â
Alhasil, dengan mengindahkan pesan dari ayat tersebut kita dapat meraih kekuatan ilmu pengetahuan yang bisa menuntun kemantapan hati untuk kembali lagi kepada Dzat yang memiliki sumber pengetahuan ilmu, yakni Dzat yang telah menciptakan seluruh makhluk tanpa terkecuali.Â
Ayat pertama tersebut  dilanjutkan sampai dengan ayat ke-lima yang semuanya mengandung pesan akan pentingnya kekuatan ilmu dan bagaimana proses ilmu tersebut dapat sampai kepada manusia dari Dzat yang mengajar dengan pena dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.Â
Maka dari itu, kesimpulan yang dapat diambil dari lima ayat di atas -yang menjadi wahyu pertama baginda Nabi Muhammad Saw-Â adalah bahwa kita dituntut untuk menjadi pribadi yang cerdas dengan melaksanakan kegiatan literasi. Sebab kegiatan tersebut merupakan pelajaran pertama yang diajarkan kepada Nabi Saw secara khusus dan manusia secara umum dari sang Ilahi. Sehingga mengandung pesan yang fundamental dan krusial bagi kehidupan manusia. Wallaahu a'lamu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI