Mohon tunggu...
Sukma Dwi Meyrena
Sukma Dwi Meyrena Mohon Tunggu... -

Jiwa kedua yang lahir di bulan Mei, dan membawa kebahagiaan. Amiin ~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keuntungan Memaafkan dari Sudut Pandang Psikologi

13 Maret 2018   12:07 Diperbarui: 13 Maret 2018   12:26 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.icoachrealcoach.com

Cara lain untuk melepaskan emosi negative dalam diri yaitu dengan melepaskan pemikiran yang menimbulkan emosi negative itu sendiri dan menggantinya dengan sebuah perspektif yang dapat membuat kita memafkan pemikiran-pemikiran tersebut.

Setiap manusia sering kali ingin terbebas dari perasaan menyakitkan seperti marah, benci, cemburu, sedih, malu dan sebagainya. Namun apakah mungkin bagi seorang manusia yang memiliki kodrat sebagai homo socialisnamun tidak mampu mengungkapkan bagaimana kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan pada individu lain?

Contoh kasus perdebatan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya dikarenakan perbedaan ras-warna kulit. Hanya karena perbedaan kecil yang ada menyebabkan munculnya perdebatan hingga pertempuran yang tidak terelakkan. Hal semcam ini dapat ditemukan dalam cuplikan film Freedom Writer dimana masih kentalnya perang antar geng terjadi di sebuah kota hingga terbawa ke dalam kelas. Alhasil di dalam kelas mereka duduk berkelompok menurut ras masing-masing. Tidak ada seorang pun yang menghendaki untuk duduk berdampingan dengan kelompok ras yang berbeda.

Penilaian, persepsi, kepercayaan, atribusi dan tujuan sesorang yang menentukan emosi apa yang akan mereka rasakan pada situasi tertentu. Dalam hal ini persepsi yang terbentuk oleh masing-masing ras terhadap ras lainnya tidak lah baik dikarenakan pengalaman emosional yang pernah terjadi dan akhirnya mereka menarik kesimpulan bahwa ras A brutal, ras B pembunuh, ras C lemah dan sebagainya.

Dengan mengingat-ingat kesalahan, kemarahan dan menyimpan dendam maka tekanan darah dan detak jantung akan meningkat hingga ada pernyataan bahwa "seseorang yang mudah emosi adalah orang yang mudah terjangkit penyakit".

Lalu bagaimana cara kita untuk berdamai dengan masa lalu dan segala pengalaman emosionalnya??

Ya, melepaskan rasa sakit hati. Memaafkan membantu seseorang melihat peristiwa dengan cahaya baru. Memafkan dapat menumbuhkan empati, yaitu kemampuan untuk melihat perasaan atau situasi dari perspektif pihak lain. Memafkan bukan berarti menyangkal, mengabaikan, atau membenarkan alasan seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan yang bisa jadi adalah kekerasan yang serius. Memaafkan berarti bahwa kita akhirnya dapat berdamai dengan ketidak-adilan yang pernah terjadi dan melepaskan perasaan marah, sakit hati, benci dan dendam.

Dengan mengontrol emosi, manusia dapat mengurangi resiko terkena serangan jantung. Karena dalam sebuah penelitian orang dengan rentan kemarahan atau puncak emosional yang intens dapat meningkatkan resiko terkena serangan jantung 8.5 kali lebih tinggi setelah meluapkan kekesalan tersebut. Namun bagaimana persisnya amarah dapat memicu serangan jantung masih belum dapat dipastikan. Tetapi kuat dugaan bahwa tingkat stress dapat meningkatkan aktivitas pada jetak jantung dan tekanan darah, penyempitan pembuluh darah, pemecahan plak, dan pembekuan yang akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung.

Manfaat yang bisa kita dapatkan jika kita mau memaafkan kesalahan orang lain, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Adapun manfaat tersebut antara lain :

  • Memafkan membuat kita lebih bahagia
  • Memaafkan dapat meningkatkan kesehatan
  • Memaafkan membuat hubungan bertahan lama
  • Memaafkan dapat mengurangi rasa sakit
  • Memaafkan dapat mengusir stress

Untuk itu, berdamailah dengan masalalu. Kuasailah emosi diri bukan malah emosi yang yang mengendalikan diri. karena hidup tanpa permaafan akan melanggengkan derita psikis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun