Mohon tunggu...
Sukma Ayuuu
Sukma Ayuuu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas islam negeri imam bonjol padang

Olahraga, membaca, scroll tik tok

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Filosofi Terhadap Istilah Alam Takambang Jadi Guru, Bagi Pendidikan Masyarakat Minangkabau

29 Mei 2024   22:30 Diperbarui: 29 Mei 2024   22:49 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nilai-nilai pendidikan diambil dari falsafah hidup manusia yang dianut jauh sebelum munculnya zaman teknologi modern. Manusia dilahirkan, tumbuh, berkembang, dan berinteraksi dengan alam yang diciptakan Tuhan sebagai sumber pembelajaran dalam hidupnya. 

Alam merupakan ayat Kauniyah yang tidak tertulis namun memiliki makna yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. Ekspansi manusia dan ekspedisi penelitian dalam kajian alam dan penaklukan, alam melahirkan berbagai corak budaya dan merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi berkembangnya filsafat pendidikan yang mengarah pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu fokus artikel ini adalah budaya dan adat istiadat Minangkabau. 

Secara historis, suku Minangkabau terbukti telah banyak melahirkan falsafah hidup yang menjadi landasan kehidupan masyarakatnya, bahkan dapat diterapkan pada masyarakat luas.Tidak hanya pada masa lampau, bahkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini. Adat istiadat Minangkabau mengandung falsafah hidup yang diungkapkan melalui kalimat-kalimat yang biasanya mengandung makna kiasan, yaitu mengandung makna tersurat dan tersirat. 

Kita bisa menganalisisnya berdasarkan banyak kata-kata tradisional Minangkabau yang sarat akan makna kehidupan. Tata cara sosial dan adat istiadat masyarakat Minangkabau tercermin dalam pituah sebagai acuan halus yang mempunyai makna mendalam sehingga memunculkan kompleksitas masyarakat Minangkabau. Islam dan adat istiadat Minangkabau, menyatakan bahwa adat istiadatMinangkabau mempunyai hukum, undang-undang dan adat istiadat. 

Cangkir dingantang mempunyai landasan filosofis yang dapat dikaji dan dikaji secara ilmiah. Jelas bagi kita bahwa adat istiadat Minangkabau tidak hanya bersifat seremonial saja, melainkan hanya dapat digunakan pada saat upacara pernikahan atau upacara kematian. Namun selain itu, praktik Minangkabau mengembangkan bentuk dasar filsafat. Sebuah filsafat yang turut melahirkan ilmu pengetahuan modern. 

Petunjuk dan tata laksana masyarakat yang termaktub dalam undang- undang adat dapat diuji kebenarannya dengan metodologi penelitian ilmiah. Lebih jauh, kami memahami bahwa adat Minangkabau bukanlah adat istiadat buta yang menuntut ketaatan belaka dan menghalangi orang untuk menggali kebenaran. Praktek Minangkabau mendukung ilmu pengetahuan dan bersifat fleksibel serta mendukung segala penemuan ilmu pengetahuan untuk memajukan kehidupan manusia.

Makna Filosofis "Alam Takambang jadi Guru" mengungkap makna filosofi Pada dasarnya sudah menjadi keharusan bagi masyarakat Minangkabau untuk menemukan makna sebenarnya dari filosofi tersebut. Hal ini dilakukan bukan sekedar untuk mengetahui maknanya, namun yang lebih penting adalah bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan profesi dan kedudukan seseorang dalam kehidupan sosial masyarakat, seperti pada pepatah berikut ini.

Nan buto paambuih lasuang, 

Nan pakak palapeh badia

Nan lumpuah paunyi rumah

Nan kuek pambao baban

Nan binguang ka disuruah-suruah

Nan cadiak lawan barundiang

Nan pandai tampek batanyo

Peribahasa di atas mengandung makna bahwa setiap orang mempunyai kedudukan dan proses yang patut dalam masyarakat. Artinya tidak ada manusia yang tidak berguna dan hal itu dipelajari berdasarkan aturan kodratnya sendiri. Jadi belajar tentang alam merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Minangkabau.

Alam Takambang menjadi guru sebagai filosof pendidikan merujuk pada etimologi dasarny. Ungkapan "alam takambang menjadi guru" diambild ari bahasa Minang yang dalam bahasa Indonesia berarti alam berkembang menjadi guru. Seperti yang kita ketahui bersama, bahasa Minang merupakan bahasa sehari-hari suku Minangkabau yang tinggal di salah satu provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Barat. Alam berarti tempat kita hidup, sesuatu yang ada di sekitar kita, tempat lahir dan berkembangnya sesuatu yang diciptakan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Takambang artinya alam yang diciptakan Tuhan bukanlah alam yang sempit, melainkan alam yang luas, tempat berlangsungnya berbagai peristiwa dan dinamika kehidupan. Sekaligus menjadi guru berarti alam dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran, tempat berlangsungnya proses pendidikan yang sangat besar, banyak hikmah yang bisa diambil dari menjalani hidup, yang dapat menjadi pedoman hidup manusia. 

Filosofi alam Minangkabau menempatkan manusia sebagai suatu unsur yang mempunyai kedudukan yang sama dengan unsur-unsur lain seperti tanah, rumah adat, dan nagari. Mereka melihat persamaan status dari kebutuhan pendidikan manusia itu sendiri. Setiap orang, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, membutuhkan tanah, rumah, suku, dan desa, sebagaimana ia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. 

Kedudukan di atas membuktikan bahwa keberadaan manusia bergantung pada keberadaan dan kemampuannya dalam menjaga dirinya di alam, disamping itu pemanfaatan alam sebagai sumber pemuasan kebutuhan manusia harus mutlak dilindungi dan dilestarikan, yang menyangkut keberlangsungan hidup saat ini, orang atau anak cucu di masa depan. Masyarakat Minangkabau berpikir dan belajardari persembahan alam. 

Oleh karena itu, tidak jarang peribahasa dan kutipan yang menjadi pedoman tradisi mereka bersumber dari kejadian di alam. Yang kami maksud adalah sumber daya alam seperti tanah, lautan, gunung, bukit, lembah, bebatuan, air, api, besi, tumbuhan, hewan, langit, bumi, bintang, matahari, bulan, warna, suara, dan lain-lain, yang mempunyai aturan tersendiri. Misalnya lautan bergulung, gunung berkabut, jurang air, air bergizi, api membara, batu keras dan besi, kelapa baja, bambu buku, pohon bertunas, kicau ayam, kicau murai, elang tanpa kulit, merah, putih, hitam, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun