Bagi saya Natal dan Tahun Baru (Nataru) lebih dari sekedar perayaan, tetapi adalah momen penuh makna untuk merenung, bersyukur, mempererat kasih sayang dengan keluarga, termasuk berbagi kasih dengan sesama.
Karena makna kelahiran Yesus Sang Mesias itu sendiri adalah sebagai 'Penyelamat Umat Manusia, Memberikan Damai Sejahtera' bagi mereka yang percaya.Â
Maka ini kesempatan berharga untuk saling introspeksi diri, memaafkan, memperbaiki atau mendamaikan hubungan yang mungkin selama satu tahun terputus akibat kesalahpahaman baik antar anggota keluarga atau sanak famili hingga tak jarang memicu perdebatan, maka saat Natal dan Tahun Baru waktunya memperbaiki (mendamaikan) semuanya.
Jika ada yang tanya, apakah harus menunggu momen Natal dan Tahun Baru?Hari lain juga bisa bukan?
Benar, bukan berarti hari-hari biasa tidak bisa menyelesaikan segala sesuatu apalagi itu suatu masalah, bukankah permasalahan juga tak baik jika dibiarkan berlarut larut?
Hanya saja pada momen Nataru, apalagi jika itu pada Suku Batak Nasrani, umumnya pada momen tersebut hampir semua keluarga berkumpul baik saat Natal atau Malam Pergantian Tahun Baru juga Tahun Baru, selain menyampaikan Puji-pujian atau ucapan syukur kepada sang pencipta, juga ada tradisi "Mandok Hata" dalam artian hampir setiap orang yang berkumpul wajib menyampaikan buah pikiran, apakah itu berupa petuah, unek-unek, atau resolusi ke depan, atau ucapan maaf. Nah pada kesempatan inilah jika ada permasalahan diselesaikan. Mumpung semua berkumpul !!
Tak sampai disana di kesempatan Nataru, juga ada tradisi saling mengunjungi sanak saudara atau family atau rekan sejawat yang kebetulan tidak bisa berkumpul saat Natal dan pergantian malam tahun baru, termasuk waktu yang tepat melakukan sejenis tradisi tertentu yang tertunda. Seperti saya katakan tadi, mumpung pada kumpul.
Nah, kebetulan saya bermukim di Kabupaten Bogor Bojonggede, maka tak jarang transportasi andalan saya adalah commuter Line atau KRL.Â
Naik KRL ini ada suka dukanya, sukanya tidak pakai macet, murah, dan aman. Meskipun sesekali masih ada orang-orang yang memanfaatkan jam-jam padat penumpang dengan melakukan hal-hal yang tak terpuji. Seperti sengaja menempelkan tubuhnya ke kita dan hal-hal lainnya.
Selain itu, saya termasuk salah seorang dari sekian penumpang KRL sepertinya langganan berdiri (tidak mendapatkan tempat duduk). Sebenarnya setiap kali saya naik KRL tidak selalu berdiri, hanya saja kadang saya mengalah untuk berdiri  jika melihat penumpang yang lebih tua.Â
Namun disaat saya sedang capek-capeknya, tetiba dapat tempat duduk senang rasanya. Eh tak lama diminta berdiri oleh petugas dengan mempersilahkan yang lain duduk di bangku saya dengan alasan saya masih muda. Padahal kalau saya perhatikan sepertinya umur saya masih lebih banyak.
Kalau kata kawan, "makanya tampilan jangan dimuda-mudain supaya tidak diminta berdiri".Â
Kadang yang bikin kesal ketika bawaan saya banyak dan berat, saat pindah jalur, saya paling sering harus naik turun tangga melewati jalur bawah karena tidak diperbolehkan lewat jalan prioritas, dengan alasan masih muda. Antara agak kesal dan lucu sih...
Dan menyoal momen Nataru, kebetulan pula, saya paling bontot dari enam bersaudara, yang mana dalam tradisi Batak, yang bontot lah atau anak paling muda yang harus mengunjungi saudara-saudara lainya (kakak-kakaknya) untuk Natalan dan Tahun Baruan.
Seperti kakak saya tertua tinggal di kota Bogor, jika harus kesana, maka dari Stasiun Bojonggede saya naik KRL ke Stasiun Bogor lalu melanjutkan transportasi lainnya.
Sementara jika ke tempat kakak saya nomor dua bermukim di Cikarang, dari Stasiun Bojonggede ke Manggarai lalu transit ke arah Bekasi dan seterusnya.Â
Ke kediaman kakak saya yang nomor tiga di Arteri Pondok Indah, dari stasiun Bojonggede transit di Manggarai, lanjut naik ke arah Tanah Abang, dari Tanah Abang transit kembali naik KRL ke arah Stasiun Kebayoran Lama, dari Kebayoran Lama dilanjutkan dengan transportasi lainnya. Tetapi yang sering saya lakukan turun di Stasiun Kalibata lanjut naik kendaraan lainnya.
Begitu juga jika hendak ke kediaman kakak saya yang nomor 4, ada di Ciputat. Dari stasiun Bojonggede turun di Manggarai lanjut ke arah Tanah Abang transit lagi naik KRL menuju stasiun Sudimara, dari sana lanjut naik transportasi lainnya. Bisa dikatakan, setiap bepergian diawali dengan naik KRL.
Misal ditanya apakah tidak mudik pada Nataru tahun ini? Tidak ! Rencana hendak mudik, tapi lagi-lagi gagal.
Artinya, 17 tahun sudah saya tidak mudik ke kampung halaman di Tapanuli sana. Semoga tahun depan bisa mudik. Amin.
Memang di kampung halaman tinggal beberapa family dan ada ibu sambung, yang lain sudah dipanggil Tuhan. Atau mayoritas bermukim di pulau Jawa ini, karena mayoritas ada di pulau Jawa ini, cenderung keluarga yang di Tapanuli sana yang berkunjung kemari.
Sebenarnya saya merayakan 2 hari raya, Natal dan Idul Fitri. Kebetulan Ibu saya berasal dari Ciamis, meskipun sudah alm, namun hubungan silaturahmi dengan keluarga ibu saya tetap terjalin, bahkan tak jarang setiap lebaran Idul Fitri kami merayakan di Ciamis di tempat kelahiran ibu.
Karena kebersamaan dan kedamaian adalah yang utama.
Salam Damai -sukma-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI