Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Om Yon Bayu, Mau Jadi Novelis atau Seniman?

8 November 2023   10:01 Diperbarui: 8 November 2023   10:12 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disana Om Yon, menegaskan bagi yang sudah membaca novelnya, agar tidak sungkan-sungkan nanti untuk mengkritik, intinya lebih membutuhkan kritikan dari pada pujian. Kebetulan pada pra launching kedua novelnya ditunjukkan ke teman-teman yang datang saat itu.

Tiba hari yang dinantikan, saya pun dapat tugas dari Om Yon, "Sukma jadi pager ayu," pinta Om Yon. Seperti yang pernah saya katakan, saya sih senang-senang saja, karena Om Yon itu memang orang yang menyenangkan, apalagi pengetahuan dan mungkin juga pengalaman saya masih sangat minim dibanding beliau, tapi beliau adalah pribadi yang bisa menghargai  sesama. Ini bukan "peres" loh... Boleh ditanya teman-teman lainnya.

Bertugas sebagai "pager ayu" berarti harus tiba lebih dulu dari pada undangan. 

Seperti biasa KRL menjadi moda transportasi andalan saya dari Bogor ke Jakarta. Berhenti di stasiun Cikini lanjut naik Gojek ke Taman Ismail Marzuki. Sesampai di depan Gedung Ali Sadikin, saya bertemu Fredy Kompasianer juga, saya pun meminta kepada Fredy untuk menemani saya jadi "pager ayu".

Dokpri Muthiah 
Dokpri Muthiah 

Kami lanjut naik ke Gedung Ali Sadikin, rupanya bos Click Mba Muthia dan Mas Yos Mo juga Om Yon sudah tiba duluan sedang asyik menyantap makanan.

Tak berselang lama kita lanjut ke lantai 4 tempat acara berlangsung.

Beberapa teman penulis pun mulai berdatangan. Saya langsung mempersiapkan diri atau prepare layaknya 'pager ayu' jujur saya sedikit kelabakan karena 'Buku Daftar Hadir Undangan' tidak ada. Saya bertanya kepada Om Yon, rupanya yang menyediakan adalah pihak PDS dan belum juga menyerahkan.

Berjalanya waktu, acara segera dimulai, para undangan masuk tanpa mengisi daftar hadir lebih dulu. Makin sore satu persatu undangan semakin bertambah. Saya tetap mempersilahkan masuk tanpa mengisi daftar hadir, karena belum juga menampakkan diri. Beberapa teman undangan juga bertanya, "apakah tidak ada daftar kehadiran?"

Lamanya pihak PDS, kami pun berinisiatif sendiri membuat daftar hadir undangan dadakan. Selanjutnya saya mempersilahkan para undangan mengisi daftar hadir secara digilir di tengah berlangsungnya acara bedah novel tersebut.

Hingga acara hampir usai, beberapa orang masih berdatangan namun sepertinya bukan dari penulis, melainkan seniman. Saya hanya menebak dari tampilannya saja, itu mengingatkan saya pada launching buku sebelumnya juga merujuk pada lokasi yang dipilih di Taman Ismail Marzuki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun