Legends? Ya, karena sudah ada sejak tahun 1925. Artinya sejak masa pemerintahan Hindia Belanda dan hingga kini masih aktif mempertahankan eksistensinya di tengah maraknya kedai kopi.
Seperti kita lihat belakangan kedai kopi semakin menjamur dari yang bergaya klasik maupun yang modern. Kopi di-mix dengan berbagai varian rasa, menjadikan kopi salah satu minuman tren yang banyak digemari hampir semua kalangan, baik tua maupun muda.Â
Selain karena rasanya yang enak setelah di-mix (ini biasanya bukan penikmat kopi sejati), ada juga yang percaya kopi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Seperti dapat meningkatkan energi dalam tubuh, menurunkan berat badan, mengurangi resiko penyakit jantung dan manfaat lainnya.
Namun tidak semua kedai kopi menyajikan kopi berkualitas baik, pun kedai-nya tidak selalu bertahan lama, tidak seperti Kopi Bah Sipit yang mampu bertahan hampir menginjak usia 100 tahun.
Eksistensinya dan mempertahankan menyajikan kopi berkualitas tinggi dengan rasa otentik, dimana kopi bubuknya perpaduan jenis robusta dan arabika dibeli langsung dari petani Indonesia, seperti petani Lampung dan Bogor.
Kopi Bah Sipit yang digiling pun hanya berupa kopi tulen kualitas terbaik tanpa campuran apapun, pantas menjadikan Kopi Bah Sipit jadi ikon dalam sejarah kota Bogor.
Racikan kopi bubuk berjenis robusta mampu memikat banyak orang. Tak heran banyak warga dari kota lain hingga mancanegara berkunjung ke kedai Kopi Bah Sipit untuk menikmati kopinya yang khas, juga menjadikan kopi bubuk Bah Sipit sebagai oleh-oleh dari Bogor.
Terpampang nyata pada dinding kedai Kopi Bah Sipit, banyak dokumentasi foto-foto di sana sebagai bukti melegendanya Kopi Bah Sipit.
Kemasan kopinya pun masih ada yang menggunakan kertas sampul cokelat dengan label kemasannya masih memakai teknik stempel, menjadi ciri khas kemasan Kopi Bah Sipit yang masih terus dipertahankan hingga saat ini.
Termasuk proses produksinya dengan sistem yang diwariskan turun temurun sejak tahun 1925, tahun dimana Yoe Hong Keng menemukan kematangan proses pengolahan kopi bubuk dalam kemasan.
Yoe Hong Keng (1902 - 1985), beliau adalah pendiri Kopi Bah Sipit yang melihat bahwa emas itu adalah kopi.Â
Seperti kita ketahui, kopi memang merupakan salah satu komoditas perdagangan terbesar di dunia.
Sejak beliau menetap di daerah Empang Bogor yang mayoritas warganya adalah keturunan Arab, Yoe Hong Keng memulai bisnis pengolahan kopi bubuknya dengan merk "Kopi Bubuk Bah Sipit" cap Kacamata.
Simbol Bah Sipit dan Kacamata bermula dari sapaan warga sekitar yang akrab memanggilnya dengan sebutan "Bah Sipit". Sebuah gambaran nyata tentang toleransi antar warga yang bebas nilai namun saling menghormati di kala itu, entah dengan sekarang.
Teh Nancy yang style-nya saya suka banget dari atas sampai bawah, juga tertawa lepas, aku banget hehehe....
Bercerita, awalnya kakeknya tersebut membuka warung kelontong dan menjual beberapa kebutuhan pokok termasuk kopi bubuk olahan sendiri, namun berjalanya waktu lebih difokuskan kepada kopi yang memang sudah memiliki penikmat kopi setia olahan kedai Kopi Bah Sipit.
Dalam siklus bisnis tentu saja ada naik turunnya, hal yang sama juga dialami Kopi Bah Sipit yang sudah menjadi usaha warisan turun temurun, kala itu yang menjalankan adalah orang tua dari Ibu Nancy, bahkan sempat menyerah.
Namun akan sangat disayangkan jika itu sampai terjadi, mengingat Kopi Bah Sipit merupakan usaha peninggalan keluarga yang membanggakan. Untungnya tidak tidak terjadi.
Dan saat ini yang bertanggung jawab mengelola Kopi Bah Sipit otomatis adalah Teh Nancy, sebagai turunan ketiga hanya beliau yang tinggal di Indonesia sementara kedua saudara stay di luar negeri, terlebih dapat dukungan dari sang suami tercinta.
Nah, bagi kamu-kamu yang penasaran dengan Kopi Bah Sipit yang legends atau sebagai penikmat kopi sejati, kudu wajib icip-icip kopinya, jangan sampai nyesal loh tidak nyobain.
Seperti saya dan teman-teman kompasianer, rasanya hati riang gembira ketika KPK Kompasiana dan Vlomaya pada Sabtu, 29 Juli 2023 ngajakin ke Kedai Kopi Bah Sipit yang melegenda, namanya saja kita ke kedai kopi, iya harus ngopi dong.
Saya pesan kopi plus gula karena tidak terlalu suka yang pahit, ternyata saya penasaran ingin mencoba kopi tanpa gula yang diracik atau hasil grinding oleh Bos Vlomaya Kang Bugi, tak sampai disitu, saya coba lagi kopi susu gula aren, pokoknya saya ingin cobain semua produknya. Hmmmm.... nikmat tiada taraaaa.
Maka putuskan membeli beberapa kopi untuk stok di rumah, padahal sebenarnya saya bukan penikmat kopi tapi suka ngopi kadang-kadang tergantung moodnya.
Berlokasi di Jl. Empang No. 27 Bogor, tempatnya mungkin sederhana tapi Kopi Bah Sipit punya cita rasa yang luar biasa.
Ngopi lagi yuk !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H