Termasuk proses produksinya dengan sistem yang diwariskan turun temurun sejak tahun 1925, tahun dimana Yoe Hong Keng menemukan kematangan proses pengolahan kopi bubuk dalam kemasan.
Yoe Hong Keng (1902 - 1985), beliau adalah pendiri Kopi Bah Sipit yang melihat bahwa emas itu adalah kopi.Â
Seperti kita ketahui, kopi memang merupakan salah satu komoditas perdagangan terbesar di dunia.
Sejak beliau menetap di daerah Empang Bogor yang mayoritas warganya adalah keturunan Arab, Yoe Hong Keng memulai bisnis pengolahan kopi bubuknya dengan merk "Kopi Bubuk Bah Sipit" cap Kacamata.
Simbol Bah Sipit dan Kacamata bermula dari sapaan warga sekitar yang akrab memanggilnya dengan sebutan "Bah Sipit". Sebuah gambaran nyata tentang toleransi antar warga yang bebas nilai namun saling menghormati di kala itu, entah dengan sekarang.
Teh Nancy yang style-nya saya suka banget dari atas sampai bawah, juga tertawa lepas, aku banget hehehe....
Bercerita, awalnya kakeknya tersebut membuka warung kelontong dan menjual beberapa kebutuhan pokok termasuk kopi bubuk olahan sendiri, namun berjalanya waktu lebih difokuskan kepada kopi yang memang sudah memiliki penikmat kopi setia olahan kedai Kopi Bah Sipit.
Dalam siklus bisnis tentu saja ada naik turunnya, hal yang sama juga dialami Kopi Bah Sipit yang sudah menjadi usaha warisan turun temurun, kala itu yang menjalankan adalah orang tua dari Ibu Nancy, bahkan sempat menyerah.
Namun akan sangat disayangkan jika itu sampai terjadi, mengingat Kopi Bah Sipit merupakan usaha peninggalan keluarga yang membanggakan. Untungnya tidak tidak terjadi.