Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Buku Banyuwangi Sunrise of Java, Menggerakkan Hati Hendak kesana

25 Juni 2023   20:40 Diperbarui: 25 Juni 2023   20:48 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

uTetiba ada teman chat saya, "Ikutan yuk sekalian meet and great kitah" demikian isi chat-nya, sambil mengirim link pendaftaran 'Peluncuran Buku Banyuwangi Sunrise of Java'.

Memang jika menyoal informasi suatu acara, mungkin saya termasuk orang yang telat dapat info. Jadi jika saya mengikuti salah satu acara, biasanya saya diinformasikan langsung sama yang bersangkutan atau info dari teman. 

Nah, tetiba saya ingat masih punya janji yang belum terealisasi dengan teman tersebut, dan tidak enak rasanya jika janji belum ditepati. Saya pun meng-iya-kan meskipun kurang yakin bisa ikut apa tidak, begitu jawab saya kala itu.

Bukannya tidak ingin, namun mengingat di setiap Bulan Januari, Juni dan Desember, biasanya saya punya acara keluarga. Karena pada bulan-bulan tersebut umumnya masyarakat Batak kerap mengadakan acara adat, dan saya yang masih punya darah Batak yang ikut andil di dalamnya.

Selain itu saya belum pernah mengikuti acara Koteka meskipun sebenarnya sering saya lihat muncul di laman teman-teman yang memang bikin saya makin penasaran terlebih kalau ada acara jalan-jalan. 

Siapa sih yang tidak suka jalan-jalan hari gini, mungkin jika ada yang tidak suka paling sedikit. Nah, kalian suka jalan-jalan juga bukan? Apalagi saya. 

Walau kali ini bukan jalan-jalan, namun tidak kalah seru karena ada 'Peluncuran buku wisata Banyuwangi dan talk show wisata Banyuwangi, dengan speaker Ibu Asita DK, juga Talk show travel fotografi, speaker Ibu Sri Asih - traveler dan fotografer. Ini juga keren karena akan berbagi ilmu itu yang muncul dalam persepsi saya.

n

Dokpri 
Dokpri 
Dan benar saja, dua hari sebelum acara, saya mendapat undangan pesta Adat Batak. Agak dilema, apakah harus saya batalkan atau bagaimana? 

Saya minta pendapat teman lainnya, "jangan plin plan cepat putuskan, ini baru pertama kamu ikut Koteka langsung batal," masukan dari teman. Waduhh ! Bingung saya.

Akhirnya saya putuskan! Saya pun menelpon kakak saya, memberitahukan jika saya tidak bisa ikut pesta Adat pada tanggal yang bersamaan, jujur hati saya agak gimana saat itu. 

Tiba waktunya, saya berangkat dari rumah di Bogor dengan naik KRL pukul 08.00 WIB, supaya tidak terlambat pastinya. Eh, ada pesan masuk ternyata dari Om Yon Bayu Kompasianer Senior, beliau menanyakan apakah saya datang ke acara launching, jawab saya iya, ok saya datang juga lanjut beliau. Senang dong ! Ketemu teman baik iya senanglah setidaknya galaunya berkurang.

Tak disangka di stasiun Palmerah, ketemu lagi dengan Pak Agung Han, yang selalu bikin saya terkesima melihat konten-kontennya yang keren.

Eh ada Pak Sutiono, Mas Rahab, Mas Andri, Kak Muthiah. Makin girang hati saya, karena tak disangka juga sebab nama mereka tidak masuk di list Koteka, jadi saya tidak tahu ada mereka. Mungkin dari Ketapel atau undangan khusus entahlah. Kalau K Emma, Fenny, Mba Dewi Puspa yang keceh dan Mba Nurul, ada di list jadi saya tak kaget lagi.

Artinya Launching Bukunya Bu Asita DK, ramai dan seru karena tidak hanya dihadiri teman-teman kompasianer, pun teman-teman Bu Asita DK di Kompas, juga keluarga beliau, sepertinya begitu.

Cerita Bu Asita DK, peluncuran buku wisata kali ini adalah buku wisata ke-3, sebelumnya buku wisata mengenai Flores serta Raja Ampat dan Bromo.

Buku wisata ke -3 tersebut dengan judul "Banyuwangi Sunrise of Java" alasannya Banyuwangi merupakan tempat terbitnya matahari pagi pertama di Pulau Jawa paling timur tersebut.

Ditulis dalam waktu 6 bulan, sementara risetnya dilakukan hampir 60 tahun, seusia beliau, luar biasa. Kecintaannya terhadap keindahan Banyuwangi menjadi salah satu alasan. Maka tak heran jika dalam bukunya begitu mengeksplorasi Banyuwangi dengan maksimal, termasuk tempat-tempat kulineran, hingga nomor telponnya lengkap.

Juga bagaimana untuk tiba di Banyuwangi, apakah ingin menggunakan jalur udara maupun darat, seperti mobil atau KRL, dan berapa budgetnya semua tertuang dalam bukunya. Sehingga buku tersebut pun dapat menjadi buku panduan bagi yang hendak berwisata ke Banyuwangi.

Sepertinya diketahui Banyuwangi memang mendapat banyak julukan. Tahun 1980 Banyuwangi di kenal sebagai Kota Pisang, karena kala itu disana banyak tanaman pisang. Banyuwangi sebagai Kota Lumbung Padi, sebagai Kota Bahari, Kota Petualang, Banyuwangi Ijo Roya Royo, Banyuwangi Bumi Blambangan, Kota Osing, Kota Kopi, dan masih banyak julukan lainnya. 

Namun saat ini pemerintah menggunakan tagline baru untuk mempromosikan Banyuwangi seperti judul bukunya Bu Asita DK "Banyuwangi Sunrise of Java". Karena disaat orang lain masih terlelap dalam tidurnya, masyarakat Banyuwangi sudah menikmati hangatnya sinar mentari. Karena tidak ada satu pun daerah lain di pulau Jawa yang bisa mengklaimnya selain Banyuwangi.

i

Dokpri (berencana)
Dokpri (berencana)
Bagi yang belum pernah, pasti penasaran, seperti saya dan mungkin  teman lainnya. Atau yang sudah pernah tapi hendak kesana lagi, bisa jadi. 

Pastikan tidak lupa mengabadikan momen-momen indah dengan memotret meskipun sekedar menunjukkan eksistensi mu di media sosial. Dan jangan lupa beli bukunya Bu Asita DK sebagai panduanmu. 

Supaya kamu merasakan bagaimana hangatnya sinar mentari dikala orang lain masih terlelap.

Banyuwangi Tunggu Kami !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun