Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rasa Penasaran Saya Icip-icip Kue Balok, Terbayar!

6 Juni 2023   23:48 Diperbarui: 7 Juni 2023   05:42 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya termasuk menjadi salah seorang dari sekian banyak orang yang ikut penasaran dengan rasa kue balok yang lagi viral di Bogor.

Memang wisata kuliner di kota Bogor seperti tidak pernah habis dibahas. 

Bosan dengan jajanan modern, iya Icip-icip kuliner jadul.

Mengapa disebut kue jadul? Karena termasuk Kue legendaris khas Bogor. Konon dirintis pertama kali oleh Pak Muhidin pada tahun 1952.

Dijual di emperan Toko Terang Kawasan Jembatan Merah dekat Stasiun Bogor, buka mulai subuh sekita pukul 04.00 wib. 

Dikatakan Kue balok, karena bentuknya seperti balok kayu, simpel dan sederhana namun banyak peminatnya. Sayangnya, meskipun sudah puluhan tahun penjual kue balok ini mangkal disini namun banyak warga Bogor yang tidak tahu keberadaan tukang jualan kue balok ini.

Bahkan saya sendiri pun baru tahu dari bos Madang Mas Rahab Kompasianer. 

Seperti diketahui Postingan  beliau berseliweran dengan kulineran. Wajarlah namanya pun bos Madang. Dari setiap postingannya membuat rasa penasaran saya memuncak, ingin Icip-icip semuanya termasuk kue balok yang lagi viral.  

Seperti apakah rasanya? Saya masih menduga-duga.

Rasa penasaran pun terbayar, bertepatan di Hari Jadi Bogor (HJB) 541. Dimana teman-teman kompasianer kembali bikin seseruan untuk menikmati HJB tersebut, yang berlangsung dari pukul 06.00 wib - 10.00 wib.  

Karena acara pagi, maka kami bikin kesepakatan, tiba di Alun-alun kota Bogor tempat mepo pagi. 

Rupanya saya yang duluan tiba di lokasi.   Tak berselang lama, bos Madang pun tiba, lalu menyodorkan kue balok seperti yang sudah dia janjikan. Luar biasa, akhirnya kebagian juga.  

Sebab cerita Mas Rahab, pukul 06.00 wib, kue balok biasanya sudah ludes. Bayangkan jam berapa kira-kira Mas Rahab ke lokasi untuk membeli kue baloknya? Ini demi teman-teman loh...bela-belain bangun subuh iya.

Terima kasih Mas Rahab baik sekali dirimu.  

Begitu aku Icip-icip kue baloknya, sepertinya cocok untuk teman ngopi. Saya pun lirik kanan kiri mencari   penjaja kopi keliling, eh ada.  

Mencoba menawarkan kopi ke Mas Rahab, sudah katanya. Baiklah saya pun ngopi sendirian sambil celup celup kue baloknya ke kopi saya, bukan mau mengikuti yang lagi trend celup dicelup biscuit ke teh-nya, oh tidak.

Menyoal celup dicelup, dari saya masih kanak-kanak, hingga saat ini, itu sudah saya lakukan, awalnya memperhatikan alm. Bapak saya, saya pun mengikutinya hingga kini.

Mungkin orang yang tidak terbiasa dengan itu akan merasa aneh, tidak masalah. Karena sejatinya setiap orang berhak melakukan apa yang dia suka selagi tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar peraturan, bukan begitu?  

Jadi, lakukan apa yang membuatmu bahagia, begitupun dengan saya.  

Dan saya pun merasa bahagia, akhirnya bisa Icip-icip kue baloknya, yang kata saya sebenarnya rasanya biasa saja, tapi membuat kita kenyang.

Kesimpulannya, mengapa kue balok buka subuh dan langsung diserbu? Mungkin karena kue balok dapat menahan rasa lapar berjam-jam, apalagi harga yang terjangkau, dan cocok bagi mereka yang sedang melakukan aktivitas pada waktu tersebut. Mungkin loh iya...

Terima kasih bos Madang Mas Rahab, untuk kue baloknya, ditunggu kuliner selanjutnya.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun