Semenjak aku dan kamu  bermukim di kota hujan, sejak itu pun Kereta menjadi transportasi andalan kita, meskipun begitu aku bahagia.
Sembari menunggu datangnya kereta, kita berbincang tentang banyak hal, terkadang menikmati lembutnya Ice Cream, aku bahagia.
Di dalam kereta, hampir tak pernah kita mendapat tempat duduk, jika pun ada yang kosong, duduk hanya sejenak karena harus mengalah kepada mereka yang lebih membutuhkan, Â meskipun begitu aku bahagia.
Kau minta aku pegang tanganmu supaya aku tak terjatuh, sesekali kamu rangkul aku agar aku terlindung dari himpitan orang-orang sekitar, aku bahagia.Â
Tercium bau tak sedap dari orang lain di sekitar kita, kita berbisik sembari tertawa geli, iya banyak hal lucu kita temukan disana, aku pun bahagia.
Bersamamu, setiap hari rasanya indah bagiku.
Hal-hal sederhana yang kau lakukan melengkapi hariku.
Hadir mu hilangkan lukaku.
Kau berikan apa yang aku perlu.
Kau tutupi rasa lelahmu agar aku tak khawatir.
Namun sesempurna apa pun kau tutupi pasti aku tau, karena lelahmu adalah lelahku, sakitmu adalah sakitku, dan kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku.
Jika orang lain menginginkan kemewahan dalam hidup, aku hanya menginginkan kamu ada di dekatku. Karena buatku kemewahan bukan jaminan untuk bahagia.
Denganmu pun aku tidak perlu berpura-pura menjadi seseorang yang bukan diriku.Â
Aku bisa menjadi konyol sebanyak apa yang aku suka ketika bersamamu.
Terima kasih kau membuatku bahagia dengan caramu.Kaulah pelengkap duniaku, tetaplah bersamaku.
Aku bahagia bersamamu.
Â
.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H