Foto: Dokumen Pribadi
Dalam sebuah pernikahan, lagu menjadi salah satu yang punya peran penting. Meskipun tidak lebih penting dari wedding ring atau cincin kawin yang dianggap sebagai simbol menyatunya sepasang kekasih dalam komitmen pernikahan seumur hidup.
Sebab lagu dapat menghidupkan suasana, mampu menciptakan makna dan kenangan indah dalam pernikahan itu sendiri.
Hal yang sama berlangsung di acara pernikahan anak dari Tente saya, saya memanggilnya dengan sebutan Bibi, yang dilaksanakan di salah satu Hotel di Surabaya. Â
Lagu-lagu bertema cinta pun mengalun dengan indah, sesekali  lagu berbahasa Jawa dan Sunda, maklum yang punya hajatan memiliki garis keturunan campuran.
Seketika di tengah-tengah acara, suasana berubah menjadi hening, manakala terdengar sebuah lagu berbahasa Batak 'Tamiang Ni Dainangi'. Lagu yang mengisahkan bagaimana pengorbanan seorang ibu terhadap anak-anaknya dan doa ibu di setiap saat untuk keberhasilan anak-anaknya.
Di saat bersamaan saat lagu Tamiang Ni Dainang masih mengalun dengan sendu,  tetiba ada ritual pemberian 'Ulos' atau 'Mangulosi' kedua mempelai juga orang tua mempelai, sontak  membuat para undangan terdiam seperti terhipnotis, mata semua memandang ke arah ritual mangulosi berlangsung.
Bahkan keluarga mempelai pun tidak tahu jika ada sesi pemberian ulos. Satu hal, ada keharuan pun tangisan, tangisan yang menggambarkan banyak makna yang belum pernah saya saksikan di pernikahan Jawa -Sunda, ada Mangulosi dari Adat Batak, pemandangan yang langka dan menarik.
Dan saya yakin hampir semua undangan yang hadir, terkecuali rombangan kami dari Jakarta, tidak ada yang paham apa sebenarnya makna lagu dan Mangulosi,  namun itu membuat tak sedikit orang menangis. Saya pun  terkesima melihatnya, sekaligus bangga terselip sesi mangulosi.
Mangulosi artinya memberi 'Ulos' atau menyelimuti dengan Ulos untuk memberi perlindungan dari segala cuaca atau keadaan dan menjadi bagian penting di hampir semua acara dalam adat Batak, baik itu dalam pernikahan, kelahiran dan kematian, pun acara lainnya biasanya tak jauh dari tradisi Mangulosi.
Ulosnya juga  tidak sama apakah itu warna, motif, jenis dan artinya semuanya disesuaikan dengan acara. Termasuk orang yang memberikan ulos tidaklah sembarangan. Dan biasanya orang yang diulosi atau yang menerima ulos akan senang karena ada banyak doa doa baik diterima.