Pernahkah kalian mendengar seseorang mengatakan;  salah satu kriteria seorang pria mencari wanita yang akan dinikahinya  adalah harus bisa memasak, bahkan  menjadi kriteria umum bagi para lelaki mendapatkan pasangan idamannya.
Tak hanya itu, konon pertanyaan yang pertama sekali terlontar dari sang mertua ke menantu, "Apakah kamu bisa memasak ?"
Kata saya; "Wanita itu harus bisa memasak sekalipun wanita karir." Bukan sekedar memasak yang mudah saja seperti Mie Instan dan yang lainnya, tetapi memasak bermacam masakan yang dapat dimakan tak hanya untuk kita sendiri tetapi juga bisa dinikmati orang lain.
Mungkin ada yang tidak sependapat dengan saya, jika saya katakan wanita itu harus bisa memasak, adalah hal yang wajar, karena hobi setiap orang itu berbeda-beda. Tetapi bagi saya, memasak  bukan hanya sekedar hobi namun menjadi keharusan bagi setiap wanita untuk bisa memasak tak hanya berlaku untuk ibu rumah tangga.
"Halo.... hari gini masih memikirkan memasak untuk keluarga? Kan gampang tinggal ambil ponsel, pesan, orderan tiba tak pakai lama,gak pakai ribet, tak pakai bau amis dan tak harus panas-panasan di dapur," kata seorang teman.
Iya, hanya dengan ponsel kita dapat  browsing makanan, bahkan bermacam makanan favorit keluarga dapat dipesan dengan sekejap makanan tiba tanpa harus ribet memasak.
Padahal kata saya memasak merupakan hal yang mengasyikkan dan jangan menganggap itu sebagai sesuatu hal yang ribet. Jika memang tidak bisa memasak tetapi ada kemauan maka belajarlah memasak  agar kamu merasakan bagaimana senangnya memasak terlebih hasil olahan tangan sendiri dipuji pasangan kita, alangkah bahagianya.
Mungkin masakan restoran lebih enak dari masakan olahan tangan kita, namun ketika pasangan mu dengan lahap memakan bahkan menghabiskan apa yang kamu sajikan, kamu akan jauh lebih bahagia ketimbang melihatnya menghabiskan makanan di restoran, juga merasa dihargai.
Dan rupanya tak jarang para lelaki pun kadang membicarakan soal masakan istrinya yang enak di tempat kerjanya sehingga enggan diajak makan di luar bersama teman-temannya, Â sebaliknya ingin cepat-cepat pulang makan masakan istrinya.
Istri mana yang tidak bahagia hanya karena dengan masakan yang kamu buat? Â termasuk anak-anak mu akan memuji masakan buatan ibunya.
Selain itu kebahagiaan tersebut, kamu pun  menjadi tau bahan-bahan apa saja yang ada di dalam makanan yang kita makan dan sehigienis serta seberapa besar gizi dalam masakan yang akan kita makan karena kita sendiri yang melakukan pekerjaan itu artinya untuk menjaga pola sehat makanan, kita dapat melakukannya sendiri.
Memang dengan memasak, Â semua sisi tubuh kita akan digerakkan, mulai dari tangan apakah itu dengan memegang pisau dapur pakai tenaga untuk memotong sesuatu, kaki kita akan berdiri selama memasak, wajah berkeringat ini bisa menjadi pengganti berolah raga yang dapat menyehatkan badan.
Keuntungan lainnya, dengan memasak dapat menjauhkan kita dari pemborosan, karena kita akan menghindari rutinitas jajan diluar,
dipastikan makan masakan rumah bisa lebih hemat dimana kita sendiri yang menentukan apa yang harus kita masak.Â
Jika dikalkulasi terkadang harga satu porsi makan di restoran atau di luar, bisa mencukupi makanan satu keluarga jika masak sendiri. Atau bisa juga menjadi ladang usaha jika mau.
Tetapi yang paling utama bagi saya, dengan masakan dapat mempererat suatu hubungan dalam keluarga, juga kita akan selalu dirindukan, Â tak hanya keluarga juga teman-teman yang pernah mencicipi masakan kita. Sebaliknya, kita pun merindukan masakan seseorang yang pernah kita cicipi.
Memasak saya senang, salah satu alasan dari sekian alasan karena saya suka makan, maka selalu  ingin tau bagaimana cara membuat apa yang saya makan. Selain menjadi salah satu petuah dari orangtua saya dulu, meskipun tak dipaksa tetapi setidaknya wanita harus bisa memasak.
Mengetahui memasak  secara otodidak, dan kebiasaan saya memasak ketika duduk dibangku SMP, saya memperhatikan kakak kakak saya memasak, sesekali almarhum bapak saya yang memasak berusaha memanjakan anak-anaknya ditengah kesibukannya.
Masakan dengan menggunakan 'Petai' merupakan ciri khas bapak saya memasak, dan dengan masakan itu membuat saya pun merindukan bapak saya, meskipun tak hanya menyoal masakan, banyak kenangan indah, tetapi satu hal dengan masakan kita bisa dirindukan oleh siapa pun.
Dan ketika saya melihat tukang sayur keliling lewat depan rumah, disana ada petai sontak mengingatkan saya akan masakan bapak saya, saya pun tertarik memasak dengan beberapa masakan menggunakan bahan petai.
Jika ada yang bertanya kemana ibu saya?  Jauh sebelum bapak saya menghadap sang pencipta, ibu saya lebih dulu, bahkan tidak satu pun yang bisa saya kenang  atau ingat dari ibu saya, karena disaat kepergiannya konon saya masih balita, mungkin  kakak-kakak  saya  yang dapat mengenangnya, artinya bagaimana rasanya masakan ibu saya? Saya tidak tau, meskipun saya ingin tau.
Tetapi saya mengingat bagaimana  rasanya masakan bapak saya dan bagaimana cara beliau memasak saya pun mengingatnya. Maka ketika saya pun bisa memasak saya merasa bahagia karena dengan masakan kita bisa dirindukan  juga dapat mempererat hubungan keluarga.Â
Saya belum menjadi wanita sempurna, tetapi wanita yang bisa memasak itu mendekati sempurna.
Selamat Memasak --Sukma-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H