Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Merasa Terhina, Tidak Ada yang Peduli hingga Sempat Terpikir untuk Bunuh Diri

13 Oktober 2019   23:20 Diperbarui: 13 Oktober 2019   23:29 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata "bunuh diri" artinya mengakhiri hidup diri sendiri dan
orang yang mengakhiri hidupnya sendiri sering disebut orang yang
paling bodoh. 

Namun setiap orang yang melakukan hal bodoh tersebut
biasanya punya alasan dan baiknya jangan men-judge namun merangkulnya.

Saya salah seorang termasuk di dalamnya, meskipun tidak pernah mencoba
untuk bunuh diri, tetapi saya sempat berpikir ke arah sana, "bagaimana
kalau saya bunuh diri saja, mungkin dengan begitu keluarga saya akan
senang dan saya tidak lagi bahan ejekan, hinaan juga tak dianggap
beban....," saya tau untuk memikirkan itu pun adalah perbuatan yang
tidak baik apalagi sampai melakukannya, dalam ajaran manapun bunuh
diri tidak diperbolehkan.

Adalah hal sepele mungkin buat orang lain yang mendengarnya  atau buat
mereka saudara-saudara saya yang selalu mengejek saya, yang memang
saya memiliki banyak kekurangan dibanding mereka terlebih soal kondisi
ekonomi, mereka secara sadar atau tidak tetapi itu sangat melukai hati
saya karena secara terus menerus dilakukan, sekali dua kali saya
memahami tetapi jika segala sesuatu dikatakan tidak lagi berdasarkan
fakta, logika dan tak lagi ada hati nurani, terlebih saya merasa
merasa sendiri tak punya siapa-siapa hingga suatu ketika saya rapuh
dan terlintas dipikiran saya memikirkan hal-hal yang tak selayaknya
saya pikirkan.

Beruntung tiba-tiba teringat di benak saya salah seorang penghotbah
pernah mengatakan; bahwa saya tidak sendirian, meskipun kamu tidak
berharga di mata orang-orang, namun kamu berharga di mata Tuhan, jadi
jangan sia-siakan hidup mu, selama hidup di dunia masalah pasti ada,
namun Tuhan tidak  akan memberikan masalah di luar kekuatan kamu,
percaya dan yakini bahwa Tuhan bersama dengan kamu. Dan sayapun
tersadar, terimakasih Tuhan.

Jika ada orang lain akhirnya menyadari kekeliruan yang diambil karena
mendapatkan rangkulan dan dukungan dari lingkungan sekitar atau
mungkin teman-temannya, mungkin saya berbeda, meskipun saya sendiri
pun mengharapkan rangkulan itu.

dokpri
dokpri
Seperti yang disampaikan ibu Novi Yulianti (MotherHope Indonesia)
"Mari kita menunjukkan empati, mengajak berbicara berinteraksi secara
lebih positif, membantu menyelesaikan masalah, mengajak terlibat di
kegiatan-kegiatan positif dan menyenangkan, atau ikut di komunitas,
mencarikan bantuan profesional, mengenali siapa saja teman-temannya,
menjauhkan dari alat-alat penunjang bunuh diri, dengan demikian kita
sudah ikut membantu mencegah bunuh diri.

Dari cerita ibu Novi, ternyata ibu ini pun pernah mengalami depresi
berat pasca melahirkan sehingga ingin bunuh diri, awalnya berharap
anak pertamannya lahir dengan normal ternyata caesar, begitupun saat
anak ke duanya lahir, air susu ibu tersebut tidak keluar, ibu ibu yang
datang menjengunya terus bertanya, acapkali menasehati hingga
membuatnya kembali depresi dan sering berlaku kasar terhadap sang bayi
yang tak punya salah, ini sungguh miris ditambah keluarganya tidak
perduli.

Namun Ibu novi tampaknya tidak memperlihatkan kegelisahannya di depan
umum dengan alasan agar tidak di bully, sebab ibu Novi adalah lulusan
psikologi yang harusnya mampu mengatasi kondisi kejiwaanya. Namun
sebaliknya ia sendiri tidak sanggup mengatasi kegelisahannya sendiri
hingga Ibu Novi mengenal dan bergabung di Komunitas MotherHope
Indonesia yang mana dalam komunitas tersebut saling membantu dan
menguatkan dan akhirnya membuat kesadarannya menjadi lebih baik dan
juga menjadi ibu yang lebih baik.

dokpri
dokpri
Ibu Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si (Ikatan Psikolog KlinisIndonesia), yang sengaja dihadirkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes
)RI, selain  Dr. Dr. Fidiansjah M. A, Sp.KJ, MPHD (Direktur Pencegahan
dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA) juga Ibu Novi dari
MotherHome Indonesia, selain bekerja sama mencegah bunuh diri
sekaligus  memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) atau  World
Mental Health Day yang ke-27 dengan megusung tema "Mental Health
Promotion and Suicide Prevention" penguatan pada #sehatJiwa dan
#CegahBunuhDiri, membenarkan pernyataan ibu Novi bahwa komunitas itu
penting. Karena komunitas mampu memberikan dukungan semangat yang
tidak didapatkan dari keluarga atau orang terdekat, artinya komunitas
dapat mencegah bunuh diri.

dokpri
dokpri
Menurut WHO 2018, Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang
menyebabkan kematian diri sendiri dan ini merupakan penyebab kematian
nomor 2 terbanyak untuk masyarakat berusia 15 hingga 29 tahun. Dan
prevalensi bunuh diri di Indonesia 3,7 per 100ribu penduduk setiap
tahun. Dimana masalah kesehatan jiwa yang menjadi prioritas kesehatan
masyarakat adalah bunuh diri, seperti tahun 2010 angka bunuh diri di
Indonesia mencapai 1,6 -1,8% per 100.000 penduduk atau sekitar
5000/tahun.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Ibu  Dr. Indria Laksmi
Damayanti, M.Si. (Ikatan Psikolog Klinis Indonesia) mengatakan, secara
global hampir 800ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap
tahunnya atau 1 kematian akibat bunuh diri setiap 40 detik. Dibalik 1
kematian akibat bunuh diri tersebut, ada 20 percobaan bunuh diri yang
tak terdata. Dan hasil survei dari SRS (Sistem Registrasi Sampel) pada
tahun 2016 terjadi 1.800 kematian karena bunuh diri atau terjadi 5
kematian/ hari.

dokpri
dokpri
Pentingnya mengetahui tanda-tanda bunuh diri supaya lebih perduli
dengan orang disekitar kita, antara lain:
*       Bicara tentang bunuh diri
*       Menjauhi dari komunitasnya
*       Sulit makan atau tidur
*       Menunjuk perilaku yang drastis

Tak kalah penting, kita pun harus tau mengapa muncul ide untuk bunuh
diri adalah karena:
*       Merasa kesepian
*       Merasa tidak berguna
*       Lelah dengan kehidupan
*       Rasa putus asa
*       Tidak ada satu pun yang mendukung
*       Merasa dijauhi
*       Ada perasaan tertekan dan hal-hal lainnya.

Selain hal tersebut ternyata bunuh diri menular seperti ada selebitis
terkenal yang bunuh diri tak hanya satu atau dua kali terjadi, bunuh
diri di lingkungan sekitar rumah, banyaknya informasi atau berita
tentang kasus bunuh diri serta tersedianya website bunuh diri.

Tingginya angka tersebut menyebabkan tingginya beban kesehatan dan
rendahnya kualitas dan produktivitas SDM.

dokpri
dokpri
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehtan Jiwa).

Perlu diketahui gangguan jiwa berbeda dengan Gangguan Mental Emosional
(GME). Gangguan mental emosional masih lebih baik dibawah gangguan
jiwa. Mereka yang sudah berada di Rumah Sakit Jiwa adalah sudah masuk
kategori gangguan jiwa.

Prevalensi RT dengan ART gangguan jiwa Skizofrenia/ Psikosis adalah
0,67% atau sekitar 282.654 RT (Riskendas 2018). Sedangkan Prevalensi
GME sebesar 9,8% dari total penduduk berusia >15 tahun (Riskendas
2018), maka prevalensi ini menunjukkan terjadinya peningkatan dari
riskendas 2013 , dimana prevalensi GME sebesar 6%.

Secara global, sekitar 1 dari 6 orang (15-20% ) mengalami satu atau
lebih masalah kesehatan jiwa dan NAPZA. Jumlah terbesar adalah
gangguan kecemasan, sekitar 4% dari populasi.Karena itu penting untuk
memprsiapkan remaja yang sehat fisik dan jiwa sejak dini agar tercipta
SDM yang unggul dan berkualitas.

Beberap upaya yang harus dilakukan:
      Upaya promotif: Media KIE (Komunikasi, Infoormasi dan Edukasi) serta
sosialisasi kepada masyarakat.
      Upaya Preventif: Deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan napza,
dengan terlebih dahulu melatih tenaga keseehatan di fasyankes maupun
guru bimbingan tau konseling di sekolah.

Biasanya yang berisiko mengalami masalah psikologis berat atau
gangguan jiwa antara lain;
1.      Adanya predisposisi kerentanan
2.      Adannya masalah hubungan awal yang tidak harmonis atau terputus
dengan ibu (maternal deprivation)
3.      Mengalam kekerasan, bullying, trauma, atau diskiminsi
4.      Mengalami tekanan hidup berat
5.      Minim dukungan sosial
6.      Sejarah anggota keluarga bunuh diri
7.      Mudah mendapatkan alat bunuh diri (tali, pil, pistol)

Dalam hal ini pun diperlukan dukungan sosial seperti:

Dukungan instrumental diantaranya Guidance dalam hal ini dukungan
sosial berupa nasihat dan informasi dari nara sumber yang dapat
dipercaya. Reliable alliance, merupakan jaminan bahan bantuan dari
orang lain nyata dan dapat diandalkan ketika dibutuhkan.

Dukungan Emosional; reassurance of worth, dukungan sosial ini
berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualiatas
individu. Attachment dukungan ini merupakan pengekspresian dari kasing
sayang yang diterima individu. Social integration, dukungan yang
berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki.
Opportunity to provide naturance, dukungan ini berupa perasaan
individu bahwa ia membutuhkan orang lain, sejauh mana seseorang
menjadi sumber dukungan bagi orang lain.

Pentingnya melakukan Promosi Kesehatan Jiwa, dimulai dari diri
sendiri, keluarga hingga masyarakat. 

Promosi dilakukan kita semua
bukan hanya tenaga kesehatan.

Stop Bunuh Diri dengan melakukan beberapa hal pencegahan:
Multisektoral dan berkesinambungan, Mengenali perilaku yang memberikan
sinyal tindakan percobaan bunuh diri, Identifikasi tanda-tanda stress
masalah kejiwaan dan cari pertolongan, Dukungan keluarga mutlak
diperlukan, Peran masyarakat membangun mekanisme pertahanan sosial dan
lain-lain, termasuk Peran media massa

dokpri
dokpri
Upaya yang dapat dilakukan media massa:
1.      Pentingnya menekankan informasi bahwa bunuh diri merupakan kerugian
bagi masyarakat
2.      Hati-hati jika menayangkan "celebrity suicide"
3.      Hindari memberikan penjelasan rinci tentang bagimana cara dan
tempat bunuh diri,  karena bisa menjadi sebuah inspirasi bagi orang
lain
4.      Bunuh diri terjadi karena multifaktor, maka dari itu jangan
menyalahkan korban
5.      Informasikan kepada masyarakat bagimana cara menghindari tindakan bunuh diri
6.      Media massa berkoordinasi dengan petugas keesehatan sebelum
menayangkan berita bunuh diri.

Ahai..... Untuk lebih tau Sehat Jiwa, sekarang tinggal download aplikasi #SehatJiwa Kemenkes.

dokpri
dokpri
Mari Cegah Bunuh Diri dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Salam -sukma-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun