Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Cinta Terlarang Banowati

24 Agustus 2023   08:39 Diperbarui: 24 Agustus 2023   08:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kerajaan Mandaraka yang cantik jelita,

Banowati bernama, putri nan berseri.

Dipuja dan dibenci, takdirnya yang kaya rasa,

Kisah cinta dan duka, dalam balada kurasakan.

Cantik jelita, nan memikat mata,

Siapapun terpikat, tak terkecuali Raja.

Ksatria dan rakyat, terpana tak berkata,

Namun cinta tak seindah rupa, terkadang pilu menghampar.

Duryudana sang pilihan, suami nan berharga,

Banowati pun bersuami, meski cinta tak hilang begitu saja.

Arjuna si pandai busana, merasakan yang sama,

Namun takdir mengikat, cinta terpaksa terkunci dalam sepi yang abadi.

Banowati dalam perih, menjalani hidup dalam duka,

Harta melimpah dari Duryudana, tak bisa mengusir rasa.

Cinta yang terpendam, merasuk dalam rasa,

Seolah jiwa terbelah, antara suami dan cinta masa lalu.

Arjuna, sang pahlawan, berjuang dalam perang,

Banowati di sisinya, dalam doa ia merangkai harap.

Duryudana tewas dalam Baratayuda, berakhirlah derita,

Namun takdir kejam, Aswatama datang membawa malapetaka.

Darah tercurah di malam kelam,

Aswatama membawa dendam yang tak terpadam.

Banowati gugur, cinta dan nyawa tercabik,

Balada pahit nan indah, kisah cinta berakhir dalam titik.

Di Mandaraka yang sunyi, legenda terukir abadi,

Tentang Banowati putri jelita nan berbudi.

Cinta sejati yang tak bisa bersatu,

Dalam ingatan dan doa, kisah ini tetap hidup, tiada terlupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun