Di kerajaan Mandaraka yang cantik jelita,
Banowati bernama, putri nan berseri.
Dipuja dan dibenci, takdirnya yang kaya rasa,
Kisah cinta dan duka, dalam balada kurasakan.
Cantik jelita, nan memikat mata,
Siapapun terpikat, tak terkecuali Raja.
Ksatria dan rakyat, terpana tak berkata,
Namun cinta tak seindah rupa, terkadang pilu menghampar.
Duryudana sang pilihan, suami nan berharga,
Banowati pun bersuami, meski cinta tak hilang begitu saja.
Arjuna si pandai busana, merasakan yang sama,
Namun takdir mengikat, cinta terpaksa terkunci dalam sepi yang abadi.
Banowati dalam perih, menjalani hidup dalam duka,
Harta melimpah dari Duryudana, tak bisa mengusir rasa.
Cinta yang terpendam, merasuk dalam rasa,
Seolah jiwa terbelah, antara suami dan cinta masa lalu.
Arjuna, sang pahlawan, berjuang dalam perang,
Banowati di sisinya, dalam doa ia merangkai harap.
Duryudana tewas dalam Baratayuda, berakhirlah derita,
Namun takdir kejam, Aswatama datang membawa malapetaka.
Darah tercurah di malam kelam,
Aswatama membawa dendam yang tak terpadam.
Banowati gugur, cinta dan nyawa tercabik,
Balada pahit nan indah, kisah cinta berakhir dalam titik.
Di Mandaraka yang sunyi, legenda terukir abadi,
Tentang Banowati putri jelita nan berbudi.
Cinta sejati yang tak bisa bersatu,
Dalam ingatan dan doa, kisah ini tetap hidup, tiada terlupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H