Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dahsyatnya Peran Bermain dalam Kehidupan

22 Februari 2023   09:14 Diperbarui: 22 Februari 2023   09:20 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DAHSYATNYA PERANAN  BERMAIN

Oleh : Sukir Santoso

The Power of Play adalah konsep yang memperhatikan dahsyatnya  peran  bermain dalam perkembangan dan kesejahteraan manusia. Ternyata bermain bukan hanya aktivitas yang menyenangkan, namun juga merupakan komponen penting dalam kehidupan. 

Bermain memungkinkan anak-anak untuk menjelajahi dan bereksperimen dengan dunia di sekitar mereka, mengembangkan kreativitas, dan membangun keterampilan sosial dan emosional yang penting. Melalui bermain, anak-anak belajar untuk menyelesaikan masalah, berkomunikasi dengan orang-orang sekitar, belajar bekerja sama, dan berlatih untuk mengatur emosi mereka.

Misalnya, bermain dengan balok bangunan dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan pemecahan masalah saat mereka mencoba membangun struktur dan membuatnya lebih stabil. Bermain pura-pura, seperti bermain rumah-rumahan atau dokter, dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan komunikasi saat mereka berlatih menggunakan bahasa dan mengambil peran yang dimainkan. Bermain dengan orang lain dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kolaborasi saat mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Ada banyak bentuk bermain, termasuk bermain fisik, bermain khayalan, dan bermain sosial. Bermain fisik melibatkan aktivitas seperti berlari, melompat, dan memanjat, sedangkan bermain khayalan melibatkan skenario pura-pura. Bermain sosial melibatkan interaksi dengan orang lain dan dapat mencakup permainan dan aktivitas seperti olahraga tim atau permainan papan.

Menurut laporan dari American Academy of Pediatrics, "Bermain bukanlah hal yang sia-sia; hal ini meningkatkan struktur dan fungsi otak dan mempromosikan fungsi eksekutif (yaitu, proses belajar, bukan konten), yang memungkinkan kita mengejar tujuan dan mengabaikan gangguan." Laporan tersebut juga menyatakan bahwa bermain dapat berdampak positif pada kemampuan akademik anak-anak, termasuk perkembangan bahasa dan literasi, keterampilan matematika, dan kemampuan pemecahan masalah.

Meskipun ada banyak manfaat dari bermain, seringkali nilai dan peranannya diabaikan di masyarakat kita. Banyak sekolah yang telah mengurangi atau menghilangkan waktu istirahat dan bermain. Pembelajaran berbasis bermain sering dianggap kurang penting dibandingkan pencapaian akademik seperti Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Padahal terlalu memaksa pada pencapaian akademik dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti peningkatan stres dan kecemasan di antara siswa, serta penurunan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah

Banyak sekolah dan tempat kerja yang lebih memprioritaskan tugas akademik atau terkait pekerjaan daripada bermain, yang mengakibatkan kurangnya kesempatan bermain dan potensi dampak negatif pada kesejahteraan individu

Selain itu, tempat kerja sering memprioritaskan produktivitas dan efisiensi daripada kesejahteraan karyawan, yang mengakibatkan kurangnya kesempatan untuk bermain dan waktu santai.

Sebuah studi oleh International Journal of Workplace Health Management menemukan bahwa karyawan yang memiliki akses ke kegiatan santai di tempat kerja, seperti permainan atau peralatan olahraga, melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dan kepuasan kerja yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun