Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Pertempuran Surabaya 10 November 1945

10 November 2021   09:24 Diperbarui: 11 November 2021   08:59 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


MENGENANG PERTEMPURAN SURABAYA 10 NOVEMBER 1945

SUKIR SANTOSO

Pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara Inggris yang tergabung dalam "Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) mendarat di Surabaya. Semula maksud kedatangan tentara sekutu ini adalah melucuti persenjataan  dan mengurusi interniran. Namun ternyata tentara Netherland Indies Civil Administration (NICA) membonceng di belakangnya. Sehingga terlihat jelas gelagat tidak baik dari tentara sekutu ini. Mereka akan membantu Belanda untuk Kembali menguasai Indonesia.

Pengibaran bendera Merah Putih Biru di puncak hotel Yamato Surabaya membuat kegelisahan di kalangan penduduk Surabaya.  Residen Soedirman ditemani oleh Sidik dan Suhariyono menemui komandan tentara Belanda WVC Ploegman di hotel Yamato untuk meminta mereka menurunkan bendera tersebut.

Namun Ploegman menolak bahkaan mengancam mereka dengan todongan pistol. Dan terjadilah perkelahian hebat. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik dan Sidikpun tewas ditembak oleh tentara Belanda. Sementara  Suhariyono dan Residen Soedirman berhasil meloloskan diri. Kemudian Suhariyono Bersama seorang pemuda yang Bernama Koesno berhasil memanjat tiang bendera di hotel Yamato itu dan berhasil merobek bagian bendera yang berwarna biru sehingga tinggal warna merah putih saja.

Sejak peristiwa di hotel Yamato itu suasana pertentangan semakin bergejolak memanas antara penduduk Surabaya dan tentara Indonesia di satu pihak dengan tentara Inggris dan Belanda di pihak lainnya.

Suasana bertambah membakar setelah pada tanggal 30 Oktober 1945 seorang Brigadir Jendral  Inggris yang bernama Aubertin Walter Sothern Malaby tewas pada saat terjadi baku tembak antara tentara Inggris dan pejuang Indonesia di dekat Jembatan Merah. Dalam baku tembak itu Brigadir Mallaby akan melewati jembatan merah dan mobilnya terbakar karena ledakan sebuah granat. Tidak diketahui granat itu berasal dari tentara Inggris atau dari para pejuang.

Kematian Mallaby ini membuat tentara Inggris marah. Sehingga membuat jendral Robert Mansergh yang menggantikan posisi Mallaby mengeluarkan ultimatum. Ultimatum itu disebarkan dari pesawat udara ke seluruh kota Surabaya.Ultimatum itu isinya adalah bahwa sebelum pukul 06.00 pagi  10 November 1945 seluruh warga Surabaya harus menyerahkan semua persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara Inggris dan Belanda. 

Gubernur Suryo dengan tegas menentang ultimatum itu dan menyerukan ke seluruh rakyat Surabaya untuk mempertahankan Surabaya. Sementara bung Tomo melalui siaran radionya terus-menerus mengajak dan memberikan semangat kepada seluruh masyarakat Surabaya untuk mengadakan perlawanan terhadap Tentara Inggris dan Belanda dengan pekik"Merdeka atau Mati."

Maka pada tanggal 10 Nopember 1945 meletuslah pertempuran frontal antara para pejuang Bersama  tentara Indonesia melawan tentara Inggris dan Belanda. Para milisi berdatangan dari seluruh wilayah Jawa Timur.

Dalam pertempuran itu para pejuang melawan tentara Inggris yang lengkap persenjataannya dengan dibantu pasukan artileri dan pasukan udara. Walaupun para pejuang hanya bersenjata apa adanya bahkan banyak yang hanya bersenjata bambu runcing namun dengan semangat "Merdeka atau Mati" mereka dengan  heroiknya menerobos terjangan peluru dan tembakan mortir.

Dalam pertempuran yang heroik selama tiga minggu ini lebih 16000 pejuang gugur menjadi Pahlawan Kusuma Bangsa dan ribuan lainnya luka-luka.

Dari heroism para pejuang dalam pertempuran Surabaya ini pada 16 Desember 1959, Presiden Soekarno dengan Kepres No.316 tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Merdeka!

Diambil dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun