Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahligai Bara

14 Agustus 2021   11:18 Diperbarui: 15 Agustus 2021   09:11 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki-lelaki itu rata-rata berwajah tampan dan kekar berotot. Lelaki yang menarik hati bagi wanita-wanita galau dan kesepian seperti aku. Untuk menemani minum minuman beralkohol dan ngobrol saja, atau bahkan untuk melampiaskan hasrat. Tidak! Aku masih berpedoman.

Musik orchestra di pub itu memainkan lagu sendu. Kuteguk Tequila Sunrise dengan Lemon Drop di mejaku. Dan kubiarkan kesenduan dan kegalauanku terbawa musik.

Tiba-tiba seseorang mendekatiku. Yah lelaki itu. Lelaki yang selama ini sudah kubuang dari ingatanku. Handoko!

"Kebetulan aku pulang ke Indonesia. Dan aku mampir di pub ini,"katanya.

"Dan aku sejak tadi memperhatikanmu sendirian. Mana Herman?"tanyanya.

Aku menghela napas.

"Panjang ceritanya," jawabku.

Lalu aku meminta Jack Daniel kepada bartender.

"Jangan banyak banyak nanti kau mabuk," Handoko memperingatkan.

Kemudian seperti meluapnya bendungan yang jebol kuceritakan semua kisahku.

"Aku kira engkau sangat bahagia bersama Herman. Ia seorang direktur perusahaan besar yang sangat sukses. Rumahmu yang dibangunnya sangat besar. Kukira Herman dapat memberikan mahligai terindah buatmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun