Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Sia-siakan Aminah

11 Agustus 2021   16:00 Diperbarui: 11 Agustus 2021   16:19 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 2 November 1945 Bung Karno menemui brigadir jenderal Bethel. Namun kedatangan Bung Karno untuk berunding dengan Brigadir Jenderal Bethel untuk gencatan Senjata justru menyelamatkan mereka yang hampir kalah.

Isi perjanjian itu  antara lain : Sekutu tetap di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi tentara Sekutu dan angota Red Cross yang ditawan Jepang. Jumlah tantara Sekutu dibatasi sesuai tugasnya. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka untuk jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA.

Namun Bethel secara diam-diam menarik pasukanya ke Ambarawa. Mengetahui hal ini Letkol Sarbini sebagai komandan resimen memerintahkan pengejaran dan penghadangan.

Tentara Sekutu dan NICA tertahan di desa Jambu oleh pasukan Onie Sastrodihardjo. Sedang batalyon Soerjosoempeno berhasil menghadang di desa Ngipik.

................................

Tanggal  21 November 1945, pesawat-pesawat cocor merah melakukan pengeboman di desa-desa sekitar Ambarawa. Sementara canon dan mortir dari kapal Ingris  HMS Hussex di Semarang berjatuhan di medan tempur dan pemukiman penduduk.

Dalam pertempuran di Jambu itu kolonel Isdiman gugur.   Dengan gugurnya kolonel Isdiman di desa Jambu pada tanggal 26 November 1945,  kolonel Sudirman  sebagai Panglima TKR turun langsung memimpin pasukan TKR.

Dalam hujan bom dan mortir tersebut Pasukan TKR Bersama parapemuda pejuang dari Boyolali, Salatiga, Kartosura dan Yogyakarta membangun pertahanan di sepanjang rel kereta api.

Malam itu pasukan TKR bersama para pejuang berencana melakukan serangan fajar untuk menguasai Pingit. Pletonku terus bergerak mengikuti aba-aba letnan Gunadi. Dan akhirnya pertahanan Inggris di Pingit dapat dikuasai.

Kedatangan batalion 10  di bawah pimpinan mayor Soeharto dan batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono semakin menambah kekuatan pertahanan di Amarawa. Namun dalam kedudukan yang terjepit itu Ingris tak mau mengalah. Inggis dengan pasukan Ghurka, pasukan tank artileri terus melancarkan serangan untuk memecahkan kepungan.

Pasukan TKR dan para pejuang terus merapatkan kepungan. Mereka dengan gagah berani menerjang pasukan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun