Mohon tunggu...
Sukimah Yono
Sukimah Yono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Metamorfosis Sempurna, Sebuah Revolusi untuk Memajukan Desa

26 November 2014   02:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Bab  IV dengan judul Kepemimpinan dalam GERDEMA, dijelaskan  bahwa Kepemimpinan menjadi syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan GERDEMA. Tanpa kepemimpinan yang tepat, GERDEMA tidak akan berjalan secara maksimal. Adapun nilai-nilai utama yang menciptakan dan memperkuat kepemimpinan dalam GERDEMA adalah nilai kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, ekonomi dan nasionalis kebangsaan.

14169153731807593260
14169153731807593260

Sedangkan pada Bab V diterangkan  bahwa ada hubungan erat antara  Profil Desa dan  Antar Lembaga. Birokrasi desa pada akhirnya menjadi tujuan sebagai kekuatan dan juga peluang terwujudnya kekuatan gerakan di desa. Gerakan sebagai model aktivitas proses menjalankan dan menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan dan mewujudkan tujuan pembangunan, dan gerakan sebagai wujud dari upaya memberdayakan pemenuhan harapan masyarakat.

14169154991959855287
14169154991959855287

Tak hanya itu, pada Bab  VI dengan judul Mekanisme Keberhasilan GERDEMA,  disampaikan terobosan baru bahwa GERDEMA memerlukan mekanisme proses pelaksanaan yang mudah untuk dipahami. Mulai dari tahap perencanaan, pembiayaan, pengawasan, evaluasi, pertanggungjawaban, indikator kinerja hingga capaian keberhasilannya.

1416916492901176064
1416916492901176064

Dan yang terakhir, pada Bab VII  dengan judul Rekam jejak Sebelum dan Setelah GERDEMA, diberikan berbagai tabel dan gambaran serta kesimpulan bahwa GERDEMA terbukti berdampak besar terhadap terjadinya perubahan perilaku yang positif dan bermanfaat dalam membentuk kemampuan penyelenggaraan pemerintahan desa. Syaratnya yaitu dengan memberi kepercayaan sepenuhnya, melakukan pembinaan dan pendampingan yang konsisten dan terus menerus kepada pemerintah desa, masyarakat desa dan pelaku ekonomi di desa.

141691657120755970
141691657120755970

Lima Revolusi dari desa

Dengan sikap percaya disertai dengan pembinaan kepada aparat pemerintah desa, Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) sebagai model revolusi dari desa sangat diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pedesaan. Revolusi-revolusi yang dimaksud mencakup hal-hal berikut :

Revolusi Pertama dalam hal penerapan konsep pembangunan, integrasi antara pendekatan partisipatif dan teknokratik yang bermuara di desa

Revolusi Kedua  dalam penyerahan urusan dari perangkat teknis daerah kepada pemerintahan desa

Revolusi Ketiga dalam hal konsistensi antara formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan pembangunan desa oleh pelaku pembangunan dan masyarakat desa

Revolusi Keempat dalam hal pengelolaan dana pembangunan, dengan memberikan kepercayaan penuh kepada desa melalui kontrol anggaran secara mandiri

Revolusi Kelima dalam pelaksanaan otonomi secara penuh di desa, sebagai komitmen membangun kedaulatan rakyat yang menjadi cermin kedaulatan negara yang hakiki  (halaman 45).

Dengan GERDEMA, mimpi untuk membangun kembali kejayaan Indonesia  bukan sekedar mimpi di siang bolong. Karena GERDEMA  mengandung makna pembangunan yang berkarakter. Makna berkarakter dalam konteks GERDEMA adalah kepemimpinan yang sepenuhnya memberi kepercayaan kepada masyarakat dalam proses pembangunan desa, yang terdiri dari 3 prinsip :

Pertama : Pembangunan harus mencerminkan identitas kebutuhan masyarakat yang ingin dibangun

Kedua :  Pembangunan dilakukan oleh masyarakat sendiri

Ketiga :  Hasil pembangunan dirasakan secara langsung oleh masyarakat dari hasil kerjanya sendiri.


Tak bisa dinafikan jika keprihatinan Dr. Yansen yang menorehkan buah pikiran dalam buku ini patut disambut pemerintah,  kalau ingin masyarakat desa kembali jaya.  Di tangan seorang pemimpin yang kuat dan visoner, yang bisa mengartikulasikan visi, misi dan strategi, seluruh persoalan kemasyarakatan dan pembangunan, betapapun beratnya akan terpecahkan dengan baik. Kemajuan India, Brasil dan Cina, misalnya, sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang sangat kuat dan visioner, terlepas dari sistem politik yang dianutnya.  Indonesia sebenarnya memiliki kesempatan emas untuk meraih sukses, dengan catatan ada kepimimpinan yang kuat dan visioner.

Jujur,  buku  ini sangat unik karena  mengangkat tema yang tak biasa,  bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah pembangunan yang  sudah lama tak “dilirik” pemerintah. Buku yang merupakan hasil kajian doktoral penulis   ini juga sudah dipraktekkan di Malinau dan sejauh ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Keunikan lain dari buku ini adalah pemilihan cover bukunya. Mungkin di antara kita sebelumnya sudah membayangkan bahwa sebuah revolusi itu pasti merupakan gerakan-gerakan radikal, gerakan mengangkat senjata hingga menelan korban dan tumpahan darah di bumi pertiwi. Oleh penulis, cover buku ini dipilih dengan gambar yang tak biasa dan smart. Revolusi digambarkan sebagai sebuah gerakan metamorfosis sempurna, perubahan dari seekor ulat, kepompong hingga menjadi kupu-kupu nan  indah. Dan ternyata cover ini   memang sesuai dengan isi tulisan dalam buku ini. Penggambaran daerah  Malinau yang dijelaskan  secara gamblang lewat  tabel, grafik dan angka  dalam rekam jejak sebelum dan setelah revolusi desa (GERDEMA), telah bermetamorfosis sempurna dengan adanya perubahan perilaku yang positif dan bermanfaat dalam membentuk  kemampuan penyelenggaraan pemerintahan desa.  Telah terjadi perubahan yang sangat berarti dari masyarakat yang suka dilayani, dihormati, berkuasa (feodal) dan mau menang sendiri menjadi masyarakat yang banyak menerima penghargaan dari pemerintah pusat karena prestasinya.

“Tak ada gading yang tak retak.”  Karya penulis yang pernah mengantarkan  Malinau sebagai satu-satunya kabupaten di Kalimantan yang meraih penghargaan dari Kemeterian Keuangan  dalam bidang keuangan serta ekonomi ini  tidak bisa diingkari  juga menyimpan  sedikit kekurangan . Penulis   dalam memaparkan buah pikirannya banyak mengadopsi atau terkesan seperti bentuk tulisan disertasi aslinya.  Tulisan dalam buku  benar-benar seperti tulisan ilmiah berupa judul, bab dan sub bab. Tapi dalam sedikit kekurangan itu justru terkandung keuntungan yang lebih besar bagi para pembacanya, yaitu  langsung dijelaskan secara to the point, tak bertele-tele. Hingga lebih mudah dimengerti dengan  cepat.

Akhir kata, buku Revolusi dari Desa ini layak diapresiasi. Dengan kemasan fisik  bukunya yang tak terlalu tebal dan bernas, buku ini langsung memaparkan  step by step bagaimana merevolusi desa agar mencapai kemajuan yang maksimal. Acungan dua jempol juga layak diberikan untuk  buku yang dapat dijadikan panduan bagi stakeholders, terutama seluruh Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja Perangkat daerah (PNS SKPD), Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa, BPD, LPMD, Lembaga Ekonomi Desa, Lembaga Adat, PKK Desa), masyarakat, wiraswastawan, dan para pemangku kepentingan lainnya bahkan berbagai pihak yang ingin memahami dan belajar tentang bagaimana membangun desa secara tepat. Ke depan,  bukan hal yang mustahil  jika  desa tak lagi dianggap sebagai anak tiri  atau anak bawang. Justru  desa  akan dijadikan sebagai daerah yang memiliki visi yang jelas tentang pembangunan yang  berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun