Hujan pun tidak reda
Sejak dedaunan mangga diterpa angin
Berlenggak lenggok seperti penari jaipong
Bahwa musim dingin telah tiba
Dinginnya yang menguliti kulit hitamku
Membuat warnanya menjadi putih berseri
Pertanda tubuhku kedinginan
Dan perut keroncongan tak tertahankan
Sesaat otakku meretas memori tentang ayam geprek
Milik sahabatku; kiki si ganteng dari desa sebelah
Rasanya yang nikmat, menggoda lidah untuk bergoyang ria
Ditambah dengan sambalnya yang nendang
Semakin membuat hatiku terbang ke awan
Rasa itu tidak ada yang memiliki
Rasa itu tiada tandingannya
Bagaikan menikmati makanan di surga
Sambil bersila bersama ratusan kucing mungil menggemaskan
Oh, betapa nikmatnya ayam geprek itu
Ayam geprek yang menggoda pikiranku
Untuk sering menyantapnya meski tidak lapar
Hari ini, sesegera aku menyetater sepeda motor
Untuk pergi membelinya tanpa peduli
Apakah aku salah memakai sandal atau baju.
Warung geprek, 12/12/20
Menikmati ayam geprek cakhins
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H