Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Santap Lahap Kembang Turi

18 Agustus 2020   17:46 Diperbarui: 18 Agustus 2020   17:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ijinkan aku menikmati setiap rasa pada tubuhmu. Mulai dari tekstur kelembutanmu. Kepahitanmu. Dan kepadatanmu saat dimasak dalam dandang yang longgar ruangannya. Menanti dan selalu menanti bau kekhas-an tubuhmu yang kau tebarkan melalui asap kepul. Haruskah aku segera menyantapmu panas?

Ijinkan aku menggairahkanmu lewat liur ludah, yang tak tertahankan. Menetes tak terbendungkan. Dari situ mulut menganga. Mata terpesona akan nikmat rasa dan kelembutanmu. Gatal sekali bila tidak segera menyantapmu. Dikira mereka, aku tergila-gila dengan wanita di pinggir jalan protokol. Berpakaian yukensi dan rok mini. Sedangkan mata dan mulutku jauh menyukai dirimu, wahai sayur kembang turi. Dan itu akalan mereka untuk menyudutkanku, agar aku cacat dengan banyak dosa.

Biarkan. Biarkanlah mereka beremansipasi semaunya. Aku hanya bisa nyinyir pada anggapan semata.

Kini, lidahku tidak tahan akan godaan rasa dan kelembutanmu, wahai sayur kembang turi. Setiap baumu menusuk hidungku. Ia dengan sangar segera melahap tubuhmu, tanpa memperdulikan orang sekitar. Yang dirasa adalah kenikmatan dan kelezatan dari tekstur tubuhmu.

Wahai sayur kembang turi, racun apa yang kau tuangkan pada otakku. Sehingga lidahku terus bergerilya mengeluarkan air ludah.

Satu-satunya kenikmatan yang menggairahkan adalah menyantap lahap kembang turi.

Warung Riezky Uye, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun