Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dia yang Kupanggil Ular

15 Agustus 2020   14:17 Diperbarui: 15 Agustus 2020   14:36 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki jangkung nan bertubuh kecil itu
Sering kupanggil ular berbisa
Mengapa aku sering menyebutnya begitu?
Ya.. Karena kelakuannya yang gesit
Wataknya yang licik
Serta selalu mencari celah kesalahan oranglain
Baik itu masalah uang gono-gini, percintaan, dan pekerjaan
Menurutnya: "Kalian harus patuh padaku!, tidak boleh membangkang."
Ucapannya bagaikan petir di siang bolong kala mencaci maki
Tatapannya bagaikan mata kuntilanak,
Yang sering mengikuti arah manusia berjalan kemana dituju

Lelaki jangkung nan bertubuh kecil itu
Bukanlah manusia biasa
Seperti manusia awamnya
Ia adalah iblis menyerupai manusia
Selalu mencelakai teman-teman sebayanya
Dengan ketajaman mulutnya yang lihai
Menuturkan bahasa manis
Mungkin, ini cara dia memenangkan kompetisi pencarian nama baik
Beradu akting di hadapan penonton
Sehingga tidak ada yang cacat sedikitpun
Gerak geriknya
Ya, pantas. Ia pantas dijuluki ular berbisa
Setiap yang dihadapinya dipandang musuh dalam selimut
Walaupun harus melewati lubang berparit tajam,
Setelah meraih hasratnya ia langsung
Menyemprotkan racunnya ke lawan

Sampai kini, banyak korban berjatuhan
Masuk ke dalam sarangnya
Dan terpikat oleh rayuannya yang gombal
Lelaki yang dijuluki ular berbisa

Andai aku mampu menghunusnya
Menetralkan racunnya dengan sebilah pedang perak
Lalu kutebas lidahnya tanpa ampun
Maka ia tidak mampu lagi bergerak
Atau mencari mangsa lagi
Untuk mencapai kemenangan bagi dirinya
Sedang, di sini sudah muak mendengarnya

Pasuruan, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun