Mohon tunggu...
SUKO WATI
SUKO WATI Mohon Tunggu... -

Man Jadda Wa Jadda.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pancasila di Era Global

2 November 2013   16:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:41 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila Di Era Global

Pancasila merupakan 4 pilar kebangsaan. Pancasila merupakan tiang dari Negara Indonesia. Tidak hanya itu pancasila juga merupakan sebuah pondasi dari negara indonesia. Diibaratkan sebuah rumah pancasila adalah pondasi sekaligus tiang penyangga dari rumah tersebut. Wajar saja jika pancasila dijadikan simbol kebesaran negara republik indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila meliputi nilai kejujuran dan kesopanan yang disebut kausa material dan harus dijaga kelestariannya seiring dengan berkembangnya peradaban manusia.

Seiring perkembangan zaman nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila seolah termakan oleh zaman. Nilai yang diagung-agungkan lambat laun mulai memudar keberadaannya dalam lingkungan masyarakat. Dunia seolah tanpa batas dan manusia yang berada didalamnya bebas melakukan apa saja yang diinginkannya.

Bukan hanya itu saja globalisasi telah membawa masyarakat indonesia kehilangan jati dirinya. Masyarakat Indonesia telah menjelma menjadi pribadi-pribadi yang tidak mempunyai adab seperti yang tercermin dalam pancasila. Ciri yang melekat dengan kuat yaitu masyarakat Indonesia dengan keramah-tamahannya hanya menjadi simbol negara Indonesia saat ini.

Hal ini terbukti dengan adanya sejumlah siswa yang tidak hafal pancasila dan maknanya. Meremehkan dan menganggap nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila hanya sebuah pajangan yang dipertontonkan. Mereka tidak peduli dengan apa yang dimaksud warisan luhur yang harus dilestarikan. Mengikuti gaya hidup orang barat lebih penting dibanding mengamalkan nilai pncasila dalam kehidupan.

Ironi sekali melihat sebagian besar kaum penggerak perubahan harus   termakan oleh perkembangan zaman. Kaum pemuda yang seharusnya menjadi motor penggerak dalam perubahan bangsa justru menjadi salah satu perusak hancurnya Negara Indonesia. Kaum pemuda yang seharusnya membawa perubahan-perubahan besar harus terseok dan tunduk terhadap peradaban. Gemerlapnya dunia membuat buta mata mereka bahwa Indonesia mempunyai cita-cita luhur yang harus diwujudkan. Demi terselenggaranya Negara Republik Indonesia yang aman, adil, dan sejahtera. Jauh dan bersih dari ulah tikus-tikus nakal di Birokrasi serta oknum-oknum nakal dalam masyarakat yang mencari keuntungan dengan membahayakan kesalamatan dan kesejahteraan orang lain.

Lantas jika dibiarkan terus berlanjut akan dibawa kemana Negara nan asri ini. Negara dengan segala kekayaan alam yang begitu melimpah ruah harus dibiarkan begitu saja, tanpa harus ada yang peduli untuk mengolah menjadikan sumber investasi negara. Padahal hutang Indonesia kian hari kian menumpuk. Para petinggi Negara yang diberi amanah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki Indonesia justru sibuk untuk memperkaya diri sendiri. Belum lagi kota yang dikenal sebagai kota pendidikan (kota pelajar) justru mendidik para penjahat.

Melihat realita yang ada, kota yang seharusnya melahirkan para cendikiawa-cendikiawa malah melahirkan para penjahat. Kejahatan bukan hanya dalam bentuk fisik akan tetapi lebih pada pelanggaran-pelanggaran terhadap nilai dan norma yang ada dalam masyarakat sejak dulu. Melihat realita tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah, keluarga, lembaga-lembaga sekolah, dan masyarakat dianggap kurang berhasil dalam mengiplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila kedalam diri individu.

Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda. Banyak kurikulum yang dikembangkan dari waktu kewaktu dengan tujuan untuk menjadikan anak menjadi pribadi yang berkarakter. Namun pada kenyataannya, kurikulum tersebut hanyalah suatu teori yang tidak terlaksana secara maksimal karena kurangnya pengawasan. Oleh karena itu perlu adanya kesungguhan dan aksi nyata dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.

Globalisasi membawa masyarakat dunia, khususnya Indonesia terombang-ambing dalam peradaban dunia yang bebas tanpa batas. Arus globalisasi semakin hari semakin kita rasakan dampaknya, jika kita biarkan akan merusak nilai-nilai yang merupakan tanda keagungan bangsa Indonesia. Supaya ideologi pancasila tetap menjadi jati diri bangsa Indonesia, maka harus ada upaya menanamkan cinta tanah air kepada bangsa Indonesia pada umumnya dan pada generasi penerus bangsa khususnya.

Saat ini telah dibentuk suatu wadah yang dapat mendidik generasi muda untuk mempunyai karakter yang baik, disiplin serta memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam masyarakat yaitu pramuka. Pramuka yaitu Praja Muda Karana merupakan suatu organisasi yang membantu guru dalam mengamalkan kausa material pancasila. Melalui kegiatan yang dilakukan secara nyata maka dapat membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang berkarakter. Selain itu kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk pembentukan kepribadian generasi muda serta penanaman nilai-nilai kausa materialis.

Suko Wati

Mahasiswa PGSD FIP

Universitas Negeri Yogyakarta

Jln. Bhayangkara No 7 Wates, Kulonprogo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun