KURIKULUM 2013 (K13)  memberikan Amanat: kepramukaan  sebagai ekstra kurikuler wajib dilaksanakan di sekolah dan wajib diikuti oleh semua siswa, mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK.  Pewajiban pendidikan kepramukaan didasarkan pada Permendikbud No. 63 Tahun 2014.
Kepramukaan tetap wajib diadakan di sekolah. Cuma ada sedikit perubahan.Mulai tahun  Pelajaran baru 2024/2025  yang diawali tanggal 8 Juli 2024, ada sedikit perubahan  kebijakan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)  mengeluarkan Permendikbud No. 12 Tahun 2024 telah  mencabut  Permendikbud No. 63 Tahun 2014 dan menyatakan  bahwa ekstrakurikuler Pramuka tidak lagi bersifat wajib untuk diikuti semua siswa . Kegiatan kepramukaan bersifat  opsional atau sukarela untuk siswa. Jadi siswa tdak merasa terpaksa. Sekali lagi Sekolah tetap menyediakan sarana dan kegiatan Kepramukaan. Jadi Pramuka tidak dihapuskan.
Namun jika kegiatan ekstrakurikuler pramuka tidak diwajibkan untuk diikuti semua siswa, rasa-rasanya para siswa tidak akan mengambil kepramukaan  sebagai  pilihan.  Menurut saya generasi digital native atau kaum millenialis tidak begitu tertarik kegiatan physical scouting  kepramukaan yang berhubungan dengan kegiatan fisik.
Saya sebagai guru Bahasa Inggris yang  pernah diamanati sebagai Pembina pramuka , berpendapat bahwa kegiatan pramuka banyak memberikan manfaat kepada siswa. Sebagian manfaat ini tidak didapatkan di pembelajaran di ruang-ruang kelas. Salah satu kegiatan kepramukaan adalah kegiatan outing class.
Kenapa kepramukaan masih  diterapkan di sekolah, dan masih relevan untuk ajang mendidik siswa? Menurut saya setidaknya ada 9 kebermaknaan yang bisa dipetik dari pembelajaran kepramukaan (scoutimg):
1. Meningkatkan jiwa Taqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa Seperti terkandung dalam Dasa Darma Pramuka, bahwa Pramuka   adalah bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka memahami Dasa Darma Pramuka diarahkan untu menjunjung tinggi nilai-nilai ketaqwaan.  Melalui kegiatan  kepramukaan  bisa diselipkan kegiatan "spiritual building",  dengan harapan melalui kegiatan ini bisa meningkatkan kesadaran  untuk menjadi pribadi bertaqwa kepada  Allah swt.
2. Menikmati pembelajaran kontekstual;
Para siswa diajak mempraktikkan hasil belajar yang bersifat teoritis melalui pengalaman langsung  (mengalami sendiri). Misalnya mereka secara langsung praktik memasak, memasarkan produk, menjaga Kesehatan diri dan membantu orang lain  agar tidak  sakit dll.
3. Meningkatkan Kemandirian Siswa
Para siswa diajarkan untuk mampu mandiri. Mereka harus mampu mengambil keputusan. Mereka dikondisikan mampu mengambil keputusan tepat tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
4. Meningkatkan Kedisiplinan Siswa