Perut mulas, lalu diare. Itulah saat -saat  aku  mendapat info  bahwa anaku  opname di RS  lagi. Sekitar satu tahun di ujung masa pandemi  antara 2021-2023  anaku harus  opname  di RS  sepuluh kali,  dan  setelah itu dalam proses penyembuhan kami putuskan stop tidak ke dokter dulu, karena mendapat nasihat untuk focus pengobatan herbal dulu.
Aku sangat merindukan  kesembuhan anaku. Anaku tidak kunjung sembuh dari pusing , badan lemas  gembreges dan kadang  vertigo lalu pingsan. Demikian  juga saat- saat ada info WA dari wali kelas  anaku, bahwa anakku  pingsan di sekolah. Ditambah lagi,saat aku bekerja,  istriku memberi kabar bahwa anaku pingsan di RS saat periksa dan  butuh perawatan sampai fit.
Anaku sebut saja Fulanah , gadis SMA periang,  cantik, energetic harus tinggal beberapa kali di RS . Di Tahun 2021, berawal  badanya  lemas dan pusing lalu pingsan sebentar  dibawa ke klinik . Karena tidak  kunjung  kuat untuk dibawa pulang.  Akhirnya anaku dibawake RS . Setelah dicek, beberapa jam kemudian  anaku dinyatakan positif covid 19. Demikian juga istriku yang mengantar,  dicek juga dinyatakan positif covid . Padahal istriku merasa sehat sehat saja. Selama sekitar seminggu anak dan istriku di bangsal isolasi dan tidak boleh dikunjungi siapapun kecuali perawat dan dokter yang jaga.
Sebelum dinyatakan positif covid, sebenarnya  anaku sudah divaksin. Kata beberapa ahli vaksin anti covid. Eh ternyata setelah divaksin anaku dinyatakan positif covid. Katanya vaksin pencegah covid. Kok setelah divaksin terkena covid?
Setelah dinyatakan sehat dan bebas covid anaku diperbolehkan pulang dari  RS.  Setelah anaku merasa sehat, dia masuk sekolah. Ternyata  saat masuk sekolah  dan  dia mengikuti upacara bendera di hari Senin , dia pingsan  tidak sampai upacara berakhir.  Di hari-hari berikutnya anaku masuk lagi. Dan terbiasa  pingsan di kelas , walau hanya beberapa menit.  Kalau dihitung pingsan di sekolah sudah berkali- kali. Padahal sebelum di SMA anaku belum pernah mengalami pingsan sama sekali. Bahkan belum pernah sakit serius dan  tidak pernah opname di  RS.
Sering pusing, lemas dan badan tidak enak, itulah keluhan anaku. Setelah pulang sekolah anaku dibawa ke klinik lagi. Nasihat dokter supaya cek tekanan darah, kadar hemoglobin dll. Setelah dicek, hasilnya masih  batas normal. Karena dinyatakan normal keesokan harinya masuk sekolah lagi. Di sekolah  anakku merasa pusing dan pingsan lagi .
Setelah pulang sekolah istri dan anaku Kembali ke klinik dan bercerita bahwa anaku sering lemas dan pingsan. Telapak tangan dan kakinya pun  juga pecah-pecah. Kadang perih menambah intensitas pusing. Lalu  anaku  diberi surat rujukan untuk periksa  ke dokter spesialis syaraf di RS suasta Solo. Setelah diperiksa dan konsultasi, Singkat cerita  anaku direkomendasikan tes  MRI (Magnetic resonance imaging )  adalah pemeriksaan medis yang menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio untuk melihat detil bagian tubuh.
Setelah pemeriksaan MRI  dugaan sementara anaku mengalami peradangan  di syaraf otaknya .  Salah satu obat yang diberikan dokter dexamethasone.  Di hari kemudian juga direkomndasikan juga tes EEG. Hasilnya  juga menyatakan ada gangguan  gangguan syaraf di otaknya  kata dokter ada indikasi epilepsy. Betapa saya kaget campur aduk persaanku. Aku sedih sekali, Epilepsi ? Padahal seluruh anggota keluargaku dan istri tidak ada yang epilepsy. Katanya epilepsy bisa karena keturunan. Apa ini benar? Dokter menyarankan periksa lagi setelah satu minggu, sempat dokter berkata mungkin epilepsy jenis lain: karena tanpa kejang dan disinyalir karena vaksin.
Dari rekomendasi dokter, anakku diharuskan  mengonsumsi dexamethasone dan divalproex (  obat anti kejang) disarankan dikonsumsi secara teratur . Sebenarnya kami juga bertanya-tanya kenapa pingsan tanpa kejang diberi obat  anti kejang ? Dari browsing aku mengenal  berbagi jenis obat karena ingin  tahu kasiat , cara minum dan efeknya. Keesokan harinya anaku masuk sekolah. Setelah beberapa hari masuk sekolah  anaku merasakan pusing dan pingsan.  Lalu diantar pulang ke rumah, hari berikunya tidak masuk sekolah dan menunggu jadwal periksa di rumah sakit.
Setelah konsultasi dan periksa , rasa-rasanya dokter belum yakin dengan obat-obat yang diresepkan  termasuk di antaranya obat kejang. Karena saya juga sering mengikuti di dialog di web Kesehatan bahwa jenis obat sering kucek  via online.  Indikasinya dokter ragu dengan ketepatan diagnosisnya. Diuputuskan  anakku menjalani  tes MRI yang kedua kali.  Sambil menunggu hasil yang pasti. Dokter spesialis yang pertama memberi rujukan  ke dokter spesialis THT , singkat cerita hasilnya  anaku harus menjalai operasi polip. Mungkin dokter menyimpulkan penyebab pusing salah satunya benjolan di lubang hidung dalam yang menonjol dan harus dilakukan operasi. Setelah operasi pengangkatan benjolan, anaku harus  opnam di RS sekitar 2-3 hari.
Beberapa hari setelah operasi, kami sekeluarga sudah merasa lega . Alhamdulillah ya Allah anaku sembuh. Betapa bahagianya.  Anakku masuk sekolah lagi, walau terkadang masih pusing. Benar sekitar hari  ke tiga  di sekolah anakku pingsan lagi.
Masih pusing dan lemas, itulah keluhan anaku. Kalau  malam hari rasanya  kami  merasakan susah, karena mendengar keluhan , anaku  mengingau , mengeluh dan  tidak merasakan  nyenyaknya tidur.  Lalu paginya istriku membawanya ke membawa ke RS dan ditanganai dokter seperti biasa. Di tangani dokter THT dicek telinganya barangkali ada infeksi telinga , sebagai penyebab pusing.  Ternyata hasilnya  aman. Tidak ada infeksi. Akhirnya anaku dirujuk ke dokter spesialis anak. Setelah pemeriksaan  anaku dinyatakan sakit tipes dan harus dirawat dan tinggal beberapa hari di RS. Setelah  beberapa hari dan anakku merasakan agak fresh dan pusingnya berkurang diperbolehkan pulang.
Sebetulnya aku curiga bahwa anaki tidak menderita  typus tapi asam lambung karena terlalu banyak konsumsi obat. Namun, tidak apa, obat typus tetap dikonsumsi. Obat yang diresepkan obat typus , obat asam lambung dan seperti biasa obat yang diharuskan dikonsumsi secara teratur dexamethasone, divalproex dan ditambahi dari dokter spesialis anak sibital. Sebenarnya dalam benakku bertanya-tanya: kenapa diberi obat anti kejang dua jenis divalproex dan sibital? Menurut referensi via searching di internet sibital adalah obat kejang. Padahal anaku memang benar  sering pusing vertigo lalu pingsan. Tapi  menurutku tanpa kejang.
 Sampai di rumah seperti biasa anaku minum obat secara teratur. Tapi setelah minum sibital beberapa jam kemudian muntah. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti minum sibital. Setelah pulang  anaku  masuk sekolah lagi sekitar 2 atau tiga hari pingsan lagi. Dan setelah pulang ke rumah, anaku dibawa ke RS dirawat dan dirujuk  oleh dokter pertama ke psikiater. Diduga anaku stress dan harus perlu penanganan psikiater. Selama ditreatmen oleh psikiater. Istriku disuruh keluar  dari bangsal. Sekitar 30 menit berlalu. Istriku bertanya kepada anakku, dia  disuruh ngapain. Kata anakku disuruh menjawab pertanyaan tertulis dan menjawab pertanyaan lisan salah satu pertanyaan mengacu pada kehidupan rumah tangga kami . Pertanyaannya apakah anaku bermasalah dengan ortunya atau ortunya sering bertengkar. Anaku menjawab dengan jujur bahwa  kehidupan rumah tangga ortunya harmonis. Demikian juga di sekolah terasa tidak ada masalah. Hari berikutnya anaku dipperbolehkan pulang. Seperti biasa  dokter meresepkan obat Pereda  pusing (paracetamol) , dexamethasone, divalproex dan sibital.
Pulang  dan kembali ke RS  sesuai  penjadwalan dari dokter sudah dilakukan. Tidak terasa sudah berjalan mendekati setahun . Dan belum ada tanda-tanda sembuh total.  Anaku masih sering sakit dan jarang masuk sekolah.  Jadwal  periksa ke dokter sudah diatur oleh dokter.  Istriku dan anaku tetap setia mengikuti nasihat dokter. Saya yakin dokter juga bingung menentukan penyakit dan obat pas. Buktinya beliau berkali kali merujuk ke dokter spesialis yang lain.  Pertma  anakku ditangani dokter ahli  syaraf, lalu dokter THT , dokter spesialis anak dan juga spesialis kulit karena telapak kaki dan sebagian tangan anaku sering mengelupas dan menipis. Kayaknya dokter curiga  bahwa pingsan dan pusing ada hubunganya dengan penyakit kulitnya. Akhirnya  kami disuruh bersabar dengan hasil lab di Prodia. Setelah diperiksa  anaku  disuruh pulang seperti biasa diresepkan obat dexamethasone, devalporoex, parasetamol . Jadi tumpukan obat yang belum dikunsumsi di rumah sudah menggunung. Sebagian obat tidak dikonsumsi. Kami memang sudah mulai ragu ketepatan obatnya.
Setelah jadwal periksa tiba istri dan anaku periksa lagi dan diberitahu bahwa hasil  lab anakku dinyatakan indikasi autoimun bukan epilepsy. Jika ingin yakin supaya cek ke lab yang berbeda di hari yang lain. Setelah diberi obat seperti biasa. Istri dan anaku pulang.
Sampai di rumah . Saya  bercerita kondisi anakku  ke gurunya. Lalu beliau  menyarankan ke ahli herbal. Karena beliau pernah bercerita bahwa muridnya dulu pernah ada yang sakit autoimun lebih parah  dibandingkan  kondisi anakku. Akhirnya kami putuskan tidak ke dokter atau ke RS. Di samping itu kami juga sering menyimak nasihat dari Dr, Zaidul Akbar yang sering berceramah tentang kehebatan khasiat herbal. Kami rutinkan menyiapkan minuman rebusan rimpang : jahe , kunyit,  sereh dan juga resep dari herbalis madu  (madu plus rempah-rempah) dan ramuan  herbalnya.
Alahmdulillah  anakku mengkonsumsi madu jahe, sereh berjalan lebih dari setengah tahun. Kini anaku semakin sehat dan tidak pingsan lagi, kini dia semakin ceria dan masuk sekolah seperti biasa.
Alahamdulillaah Ya Allah Engkau telah mengabulkan doaku selama ini. Kini aku bisa memtik hikmah atas kisah anakku dan semoga bagi pembaca yang baru diberi rezeki sakit  supaya tetap Ikhlas, sabar dan jangan putus asa. Pokoknya dijalani saja. Hikmah atas penyakit anakiu  di antaranya:  kita harus yakin setiap  penyakit ada obatnya, apapun yang terjadi kita harsu tetap belajar sabar dan Ikhlas. Suami istri harus tetap kompak rukun dalam menghadapi masalah, kita perlu cari berbagi refernsi tentang berbagai macam obat, kita tidak boleh buta tentang khasiat obat .Tidak semua obat cocok dengan kita (karena  kita bisa cari referensi  via browsing ) SEMOGA BERMANFAAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H