Mohon tunggu...
Maskatno Giri
Maskatno Giri Mohon Tunggu... Guru - 🌄©Mas Guru B.INGGRIS SMA,The Alumnus of English P PS UNS SURAKARTA

🌄Sukatno Wonogiri, known as Maskatno Giri, the alumnus of English P PS UNS Surakarta, the owner of sukatnowonogiribelajar.blogspot.com: a learning blog for his students

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Modal Nekat Berwirausaha Tanpa Waralaba (Tip Membangun

22 September 2021   12:17 Diperbarui: 23 Oktober 2023   07:59 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurutku bisnis adalah seni berpikir kreatif. Walau sebenarnya profesi saya  seorang guru PNS, namun  saya  termotivasi untuk berwirausaha atau bisnis dengan modal nekat.  Profesi PNS  tidak bisa diwariskan  ke anak cucu, sedangkan menjadi wirausahawan bisa dinikmati dan diwariskan ke anak cucu.  Alhamdulillah  aku dan istri telah mampu membangun bisnis kecil-kecilan. 

Kami mengawali  bisnis dengan brand sendiri "Kedai Kopi Santri". Kedai ini  dijalankan oleh  istriku juga  sebagai sarana pembelajaran "entrepreneurship"untuk   ketiga anakku. Kami membuka usaha kedai kopi  yang dilengkapi dengan  warung klontong kecil-kecilan. Menurutku  "..need to be patient and tough to get a better business ".

Saya pernah mendapat nasihat dari teman, jika punya modal mending  ikut bisnis wara laba atau "franchise". Saya belum memutuskan untuk mengikuti nasihatnya. 

Akhirnya  saya "hunting" berbagai referensi tentang bisnis wara laba. Dan  saya menemukan bahwa bisnis wara laba memiliki kelemahan di antaranya  bahwa ter-waralaba atau "Franchisee" harus  memiliki modal financial terlebih dulu, modal nekat saja belum cukup. 

Kedua ter-waralaba atau "Franchisee"  tidak bisa berkreatif sendiri, karena kedua belah pihak  terikat  oleh peraturan dengan pewara laba atau "franchisor". Ketiga, keuntungan bisnis dari "franchisee"  dipotong , karena terikat aturan  royalty  dari perjanjian awal.

Kini kami sekeluarga memulai untuk memiliki usaha dengan "brand sendiri" tanpa ikatan peraturan wara laba. Keyakian saya  bahwa untuk menjadi wirausahawan dengan brand  sendiri tidak harus memiliki modal besar. 

Saya berusaha mewujudkan  impian dan niat positif  saya  bahwa dengan modal nekatpun kita bisa sukses. 

Kini bisnis  kedai saya sudah berjalan lebih dari dua tahun, walau keuntungan financial  belum maksimal, minimal kalau barang barang tidak laku terjual, kami sekeluarga juga membutuhkanya.

Mungkin di antara pembaca membutuhkan tip bagaimana memiliki dan mengembangkan bisnis dengan "brand" sendiri, berikut tip  4 M dari kami:

1.Merencanakan, dan menentukan  segmen usaha. Bisnis saya  berupa kedai  kopi dan warung kelontong kecil-kecilan . Kebetulan rumah kami  dekat dengan sekolahan pondok pesantren, jadi segmennya untuk anak  santri  dan anak sekolah.

2.  Mengundang investor. Investor percaya kalau kita bisa dipercaya. Salah satu investor saya adalah adik ipar saya dan sahabat.  Sobat saya termasuk pemberi pinjaman lunak tanpa bunga,  dia   percaya karena kami berusaha memiliki " track record " bisa dipercaya. Mereka sudah mencatat bahwa  uang pinjaman tahun  -tahun yang lalu beres terbayarkan. Tanpa ngemplang. Kebetulan  rumah saya strategis untuk bisnis. 

3. Memulai  usaha walau kecil. Kami tidak punya modal besar untuk membangun  usaha besar. Namun dengan modal kecil pun bisa.   Untuk meraih  yang besar,  dimulai dari kecil. 

4. Menghindari hidup boros. Dana yang efektif adalah dana untuk investasi. Investasi demi masa depan diri dan keluarga.  Kami sekeluarga sudah sepakat tidak mudah membelanjakan uang untuk  sesuatu yang tidak dibutuhkan. Bahkan kami hanya memiliki sepeda motor bekas. Padahal sebagai PNS dengan pangkat pembina , kami diberi kemudahan untuk kredit sepeda motor  dan mobil bagus.

Semoga dari tulisan ini mampu memotivasi untuk keluarga sendiri menjadi wirausawawan dengan modal nekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun